TNI AD menginginkan pencapaian target maksimal rencana strategis di 2018 di program 100 Hari pertama Panglima TNI MArsekal Hadi Tjahjanto. Demikian diungkapkan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Mulyono disela-sela acara Rapat Pimpinan TNI AD 2018 di Markas besar Angkatan Darat Jakarta Senin (5/2) kepada media. Dikatakan Mulyono target yang ingin dicapai adalah dalam bidang-bidang Organisasi, Doktrin, Personel, Pengembangan Kemampuan, Material, dan Penggunaan Kekuatan Untuk Perang dan Selain Perang. Namun terkait dengan Alat utama sistim persenjataan Alutsista, TNI AD akan fokus pada perlengkapan sarana pendukungnya.
“Saya melengkapi, saya tidak mengadakan alat baru tapi saya melengkapi yang sudah dibeli. Saya memantau kan sekarang di 2018 dan 2019 itu alutsista yang baru akan datang itu juga ada untuk melengkapi yang sudah kita beli. Yang sudah kita beli ini kita lengkapi dengan sarana pendukung lainnya agar bisa dioperasikan semua alat yang kita beli.”
Jenderal TNI Mulyono mengatakan TNI AD tetap memperhatikan skala prioritas dalam pengadaan senjata baru yang disesuaikan dengan anggaran yang ada. Dengan demikian dalam Rencana Strategis kedua, TNI AD ingin semua alat utama sistim persenjataan yang dibeli dapat dioperasikan segera. (voi/AF)
Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, Indonesia berpotensi jadi pusat pertumbuhan industri petrokimia. Achmad Sigit di Jakarta, Senin mengatakan, Industri petrokimia sebagai salah satu sektor hulu yang menyediakan bahan baku untuk hampir seluruh sektor hilir, seperti industri plastik, tekstil, cat, kosmetik hingga farmasi. Sehingga keberlanjutan dalam pembangunan industri petrokimia sangat penting bagi aktivitas ekonomi.
Menurut Sigit, Indonesia telah menghasilkan beberapa produk industri petrokimia, namun jumlahnya masih belum memenuhi kebutuhan domestik yang cukup besar. Sigit meyakini, Indonesia mampu menjadi pusat pertumbuhan industri petrokimia, bahkan bisa kompetitif di tingkat ASEAN maupun Asia. Hal ini karena Indonesia memiliki potensi cadangan minyak dan gas hingga 7,5 miliar barel dan 150 triliun kaki kubik serta cadangan batu bara 30 miliar ton. (ant.6.2’18.mar/edit r)
Sejumlah negara yang tergabung dalam organisasi ASEAN membahas upaya menekan tingkat kehilangan hasil produksi pertanian di kawasan tersebut yang dinilai masih tinggi.
Pembahasan tersebut dilakukan dalam pertemuan Regional Consultation (RC) Proyek Penurunan Susut Pasca Panen Hasil Pertanian dan Produk-produknya di Asean yang berlangsung di IPB International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, selama 4-7 Februari 2018.
Delegasi dari 10 negara anggota ASEAN tersebut yakni Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Myamar, Malaysia, Lao PDR, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian Musdhalifah Machmud ketika memberikan sambutan kunci dalam pembukaan kegiatan tersebut, Senin mengatakan, tingkat kehilangan hasil pada kegiatan pasca panen secara global maupun nasional masih sangat tinggi.
Di tingkat global, lanjutnya, angka kehilangan hasil produksi pada kegiatan penanganan pasca panen dan penyimpanan mencapai 54 persen, sedangkan di tingkat pengolahan, distribusi dan konsumsi mencapai 46 persen.
"Sementara itu tingkat kehilangan hasil produksi pasca panen secara nasional masih di atas 20 persen rata-rata per tahun," katanya.
Tingginya kehilangan hasil pasca panen tersebut, lanjutnya, tidak hanya berdampak pada menurunnya sistem ketahanan pangan namun juga dampak negatif ekonomi dan lingkungan.
Secara ekonomi, menurut Musdhalifah, tingginya tingkat kehilangan hasil produksi tersebut akan menurunkan panen yang diperoleh petani serta pendapatan mereka.
Menurut dia, untuk menekan tingginya tingkat kehilangan hasil produksi tersebut diperlukan peran pemerintah terutama dengan memberikan bantuan alat-alat dan mesin penanganan pasca panen.
"Selama ini bantuan alat dan mesin pertanian yang diberikan ke petani masih berupa alat-alat pengolahan lahan maupun untuk menanam, sedangkan alat-alat penanganan pasca panen belum banyak diberikan pemerintah," katanya.
Alat-alat dan mesin penanganan pasca panen tersebut, lanjunyat, seperti mesin pengering, gudang penyimpanan maupun silo.
Sementara itu Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian Evi Savitri Iriani mengatakan, sebagai upaya penurunan tingkat kehilangan hasil produksi akan dilakukan Kegiatan Pilot Penurunan Susut Pascapanen di tiga negara Asean yakni Indonesia, Thailand dan Vietnam.
Untuk Indonesia, tambahnya, proyek percontohan ini diterapkan pada komoditas cabai, sedangkan Thailand komoditas nanas dan Vietnam yakni beras.
"Setelah dilakukan proyek pilot nantinya hasilnya diharapkan dapat diterapkan di negara-negara Asean lainnya," katanya.
Pembantu Rektor IV IPB Erika Budiarti Laconi mengatakan, pihaknya siap memberikan pendampingan terhadap petani untuk melakukan upaya-upaya penanganan pascapanen yang baik guna menurunkan tingkat kehilangan hasil.
"Pemberian edukasi ke petani ini perlu sekali agar mereka bisa mempertahankan kualitas hasil panen mereka," katanya.
Dalam kegiatan Regional Consultation tersebut akan dilakukan peluncuran website Asean PHL (post harvest losses) agar negara-negara anggota bisa berbagi informasi tentang susut pascapanen hasil pertanian mencakup kebijakan, regulasi metodologi, metodologi maupun informasi bisnis terkait. Ant
Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu, melalui Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata, saat ini mulai mempersiapkan Festival Danau Sentarum yang akan kembali dilaksanakan pada Oktober 2018. Antara menulis, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kapuas Hulu, Antonius, di Putussibau, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Senin (5/2) mengatakan, tahun ini pelaksanaan Festival Danau Sentarum akan digelar pada 27 - 29 Oktober, dengan kemasan yang berbeda dari festival tahun lalu. Target festival tersebut menarik perhatian wisatawan luar negeri. ant.5.2’18.mar