VOInews.id- Indonesia berharap dapat meningkatkan kehadirannya di Afrika ketika benua tersebut memperingati 60 tahun berdirinya Organisasi Persatuan Afrika (OAU), yang kini disebut sebagai Uni Afrika, kata Kementerian Luar Negeri RI. Juru bicara Kemlu Teuku Faizasyah mengatakan bahwa dari sisi kebijakan luar negeri, Afrika menjadi bagian penting dari Indonesia, dan isu-isu di benua tersebut juga menjadi perhatian Indonesia.
“Kami sangat berharap bisa menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi Afrika dan selalu berharap ada perdamaian dan stabilitas di Afrika,” kata dia kepada ANTARA dalam perayaan "Africa Day" di Jakarta, Senin. Indonesia dan Afrika terakhir kali menggelar kegiatan bersama melalui Forum Indonesia-Afrika (IAF) yang diselenggarakan di Bali pada 2018.
Forum tersebut merupakan bagian dari strategi Indonesia untuk meningkatkan keterlibatan dan keterhubungan dengan negara-negara Afrika. Faizasyah mengatakan Forum Indonesia-Afrika menjadi bagian dari perencanaan pemerintah Indonesia. Namun, dia tidak dapat memastikan kapan forum edisi kedua dapat terselenggara. Selain Forum Indonesia-Afrika, Faizasyah menyebut ada beberapa kegiatan lain yang juga pernah digelar antara Indonesia dan Afrika, salah satunya adalah Indonesia-Afrika Infrastruktur Forum yang diselenggarakan pada 2019.
“Keduanya memang (bertujuan) bagaimana memperkenalkan Afrika kepada para pelaku bisnis dan BUMN Indonesia sehingga kehadiran kita benar-benar bisa dirasakan dan (kedekatan) tidak lagi dari aspek politik dan sosial budaya, tetapi juga pada aspek kerja sama ekonomi,” katanya. Sementara itu, Duta Besar Maroko untuk Indonesia Ouadia Benabdellah mengatakan bahwa dia berharap akan ada edisi berikutnya dari Forum Indonesia-Afrika dan penyelenggaraan pekan kebudayaan Jakarta-Afrika. "Kami berharap dapat mendorong kerja sama yang lebih besar (antara Indonesia dan Afrika) di berbagai bidang," kata Benabdellah. "Africa Day" yang diperingati setiap 25 Mei merupakan hari bersatunya 32 negara-negara Afrika yang menandatangani Piagam Organisasi Persatuan Afrika (OAU), yang kini disebut Uni Afrika, pada 1963 silam. "Africa Day" juga dimaksudkan untuk merayakan keberhasilan Uni Afrika dalam perang melawan kolonialisme dan apartheid, serta kemajuan yang telah dicapai benua tersebut, dengan tetap merefleksikan tantangan bersama yang dihadapi Afrika di kancah global.
VOInews.id- Presiden Joko Widodo bertemu dengan para pemimpin redaksi (pimred) media massa dan juga pegiat media di Istana Merdeka Jakarta. "Ya ngobrol saja, ngobrol tentang 'cawe-cawe' pokoknya," kata Helmy Yahya, pemilik kanal Youtube "Helmy Yahya Bicara" di lingkungan istana kepresidenan Jakarta.
Para pimred tersebut mengobrol dengan Presiden jokowi selama sekitar 2 jam dengan ditemani Menteri Serketariat Negara Pratikno dan juga Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin. "'Cawe-cawe' tidak melanggar undang-undang, jadi 'cawe-cawe' itu demi negara, bukan demi pribadi," ungkap Pimred TVOne Karni Ilyas. Obrolan diakhiri dengan makan malam bersama dengan menu sate Padang, siomay hingga pempek.
Sedangkan Wapemred Kompas TV Yogi Nugraha mengatakan Presiden Jokowi menekankan soal momentum Indonesia untuk 13 tahun ke depan. "Jadi Pak Jokowi mengatakan, bahwa bacaan beliau, ya bahwa negara-negara yang punya momentum 13 tahun itu yang akan naik. Setelah itu lepas. Kemudian dikaitkan lah dengan soal capres, jadi tadi mengatakan begini 'pemimpin di tahun 2024, 2029 dan 2034 itu sangat krusial untuk mewujudkan 13 tahun," kata Yogi.
Sehingga konteks "cawe-cawe" yang dimaksudkan Presiden Jokowi dalam Pemilu 2024 adalah untuk menjaga momentum 13 tahun tersebut demi kepentingan negara. "Harus 'cawe-cawe' untuk tingkat nasional, dia menggarisbawahi bahwa ini tidak ada kaitan dengan 'abuse of power' sebagai Presiden untuk menjaga bonus demografi dan tidak secara langsung mengatakan 'ini siapa'," ungkap Yogi. Hal lain yang dibicarakan adalah soal mobil listrik, pertumbuhan ekonomi, pertemuan G7, G20 hingga hilirisasi.
"Termasuk Presiden mengatakan bahwa presiden nanti melanjutkan apa yang disampaikan, maka akan ada ekosistem EV (electric vehicle) itu, Presiden memastikan pada 2027 tuntas," kata Yogi.
antara
VOInews.id- Recep Tayyip Erdogan kembali terpilih sebagai presiden Turki pada putaran kedua pemilu presiden, demikian pimpinan Dewan Pemilu Turki (YSK) pada Minggu waktu setempat. Ketua YSK Ahmet Yener mengatakan Erdogan unggul atas pesaingnya Kemal Kilicdaroglu pada pemilu presiden Turki putaran kedua.
Berdasarkan hasil suara yang belum disahkan, petahana Turki ini memperoleh 52,14 persen suara, sementara Kilicdaroglu mendapatkan 47,86 persen suara, kata Yener kepada pers di Ankara. Yener menambahkan sejauh ini sudah 99,43 suara dibuka. Dalam pidatonya di Istanbul pada Minggu sore, Erdogan mengatakan 85 juta warga Turki adalah pemenang pilpres tahun ini.
Lebih dari 64,1 juta orang terdaftar sebagai pemilih, termasuk sekitar 1,92 juta orang yang berada di luar negeri yang sudah lebih dulu memberikan suaranya. Hampir 192.000 kotak suara dipersiapkan di seantero Turki. Pada putaran pertama 14 Mei tidak ada calon presiden yang menembus ambang batas 50 persen suara sehingga pilpres dilanjutkan ke putaran kedua, meski Erdogan mengantongi 49,52 persen suara. Pada hari itu, Aliansi Rakyat pimpinan Erdogan juga menjadi pemenang kursi mayoritas parlemen.
VOInews.id- Arab Saudi menegaskan kembali dukungannya kepada utusan PBB untuk Yaman Hans Grundberg atas upaya solusi politik komprehensif di Yaman yang dilanda perang. Menteri Pertahanan Arab Saudi Khalid bin Salman bin Abdulaziz menegaskan lagi "dukungan negaranya untuk mencapai solusi politik yang komprehensif dan berkelanjutan untuk krisis Yaman," demikian menurut kantor berita Arab Saudi, SPA.
Pernyataan itu disampaikan saat pertemuan dengan kepala pemerintahan Yaman yang diakui internasional, Rashad al-Alimi, di Riyadh. Al-Alimi memuji sejumlah langkah yang diambil kerajaan di sektor ekonomi dan pembangunan untuk meringankan penderitaan warga Yaman, mengutip "peran penting" negara tetangga sebelah utara Yaman dalam mencapai gencatan senjata dan mengaktifkan kembali proses politik yang diawasi PBB.
Kelompok Houthi, yang didukung Iran, di Yaman telah menguasai ibu kota Sana'a dan sejumlah wilayah lainnya sejak September 2014. Pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi mendukung pemerintah Yaman melawan Houthi sejak Maret 2015. Warga Yaman berharap adanya sebuah resolusi untuk krisis dan konflik di negara tersebut, menyusul kesepakatan 6 April antara Iran dan Arab Saudi, yang menandai terjalinnya kembali hubungan kedua negara setelah tujuh tahun putus.
antara