Sumarno

Sumarno

27
September

 

Duta Besar RI untuk Malaysia, Rusdi Kirana, secara resmi membuka Jambore Anak Indonesia ke-5 di hutan rekreasi Taliwas, Lahad Datu, Sabah, Malaysia, Rabu (26/9). Dalam sambutannya, Duta Besar Rusdi Kirana menyampaikan harapannya agar kegiatan jambore itu dapat mendorong kecintaan anak-anak Indonesia terhadap bangsa dan negara.  Kantor Berita Radio Nasional melaporkan, Jambore Anak Indonesia diselenggarakan dalam rangka pembinaan murid Community Learning Centre-CLC atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat warga negara Indonesia yang kebanyakan lahir dan besar di Sabah, Malaysia, agar memiliki pengetahuan dan kecintaan terhadap Indonesia. Jumlah peserta jambore sekitar 528 anak dari 44 CLC.

 

Mereka didampingi 81 orang guru dan 85 orang guru panitia. Sebelum membuka kegiatan itu, Duta Besar Kirana mensosialisasikan kepada para guru, visi dan misi di bidang perlindungan warga Indonesia di Malaysia, khususnya pemajuan akses pendidikan. Ia menegaskan komitmen untuk membantu nasib Tenaga Kerja Indonesia -TKI perempuan dan hak pendidikan anak-anak TKI. kbrn

23
September

 

Wakil Presiden Jusuf Kalla akan memimpin delegasi Indonesia di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-73 di markas besar PBB, New York. Antara melaporkan, Wakil Presiden tiba di New York pada Minggu (23/9) sekitar pukul 12.00 siang waktu setempat. Menurut Juru Bicara Wakil Presiden RI, Husain Abdullah, pada Sabtu (22/9) malam waktu setempat, di New York, Wakil Presiden memulai agenda dengan menghadiri Nelson Mandela Peace Summit pada Senin (24/9) waktu setempat, sebagai tindak lanjut keputusan dalam resolusi sidang umum PBB 72/243 yang diadopsi pada 22 Desember 2017.

Resolusi sidang umum PBB itu antara lain menyatakan bahwa negara anggota PBB mengadakan pertemuan pleno tingkat tinggi tentang perdamaian global guna menghormati peringatan seratus tahun kelahiran Nelson Mandela. Sidang yang dihadiri oleh para kepala negara itu akan berlangsung dari pagi hingga sore hari. Selanjutnya Wakil Presiden dijadwalkan menyampaikan pandangan dalam debat umum sidang umum PBB ke-73 pada Kamis (27/9) waktu setempat. ant.

23
September

 

Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati meminta jajarannya di Kementerian Keuangan RI, khususnya Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, untuk meningkatkan pendalaman pasar obligasi pemerintah. Pendalaman pasar tersebut dilakukan melalui penjualan kepada berbagai manajer penjualan yang ada di dalam negeri dan diversifikasi instrumen. Dalam konferensi pers bertajuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Kita di Jakarta, baru-baru ini, Menteri Sri Mulyani menjelaskan, pendalaman pasar memiliki keterkaitan erat dengan jumlah simpanan rumah tangga, korporasi, dan pemerintah Indonesia.

“Mungkin yang bisa dan akan dilakukan di lingkungan Kementerian Keuangan melalui diversifikasi, melalui penjualan kepada berbagai macam fund manager yang ada di dalam negeri dan diversifikasi instrumen. Kita akan melakukan dalam rangka untuk pendalaman pasar. Tapi yang fundamental dari pendalaman pasar adalah suplai dari fundingnya di dalam negeri. Itu kalau selama Indonesia saving investment gap-nya adalah masih negatif, berarti kita import capital dari luar. Oleh karena itu pendalaman pasar ada hubungannya dengan jumlah saving yang dilakukan oleh rumah tangga, company, pemerintah.”

Menteri Sri Mulyani memberikan apresiasi kepada upaya pendalaman pasar melalui saving bond retail 004 yang baru dipasarkan, pemesanan dalam jaringan atau online, dan peningkatan minat masyarakat secara luas termasuk generasi milenial di Indonesia. Hasil penjualan saving bond retail merupakan potensi besar untuk terus melakukan pendalaman pasar dan menargetkan lebih banyak pembeli dalam negeri untuk memperkuat pasar surat utang yang stabil. Ia juga berharap, dalam lingkungan dinamis yang makin tinggi, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko  bisa meningkatkan kemampuan menjaga risiko pembiayaan keuangan Negara, baik berasal dari surat utang yang beredar dalam negeri, luar negeri, maupun instrumen lainnya. (Rezha)

23
September

 

Presiden RI Joko Widodo menyebut patung Garuda Wisnu Kencana sebagai sebuah mahakarya. Hal itu disampaikan Presiden saat meresmikan patung tersebut di Badung, Bali, Sabtu (22/9). Menurut Presiden Jokowi, patung Garuda Wisnu Kencana merupakan salah satu patung tembaga terbesar  sekaligus patung tertinggi ke tiga di dunia. Patung Garuda Wisnu Kencana bukan hanya merupakan kebanggaan bagi masyarakat Bali, namun juga bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dalam sambutannya,  Presiden mengatakan, keberadaan patung Garuda Wisnu Kencana menjadi bukti sejarah kebesaran bangsa Indonesia, yang bukan hanya mewarisi budaya leluhur yang indah, namun juga mampu mewariskan peradaban baru bagi generasi mendatang. 

Selesainya mahakarya ini bukan hanya membanggakan rakyat dan masyarakat Bali, tapi juga membanggakan seluruh rakyat Indonesia. Karena hal ini membuktikan bahwa sebagai bangsa yang besar, kita bukan hanya mewarisi karya-karya besar dari peradaban masa lalu yang sangat indah, yang mengagumkan dunia, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan. Tapi di era kekinian bangsa kita juga bisa berkarya, bisa berkreasi untuk membangun sebuah peradaban. Untuk melahirkan mahakarya yang baru yang juga membanggakan kita semuanya, yang diakui dan dikagumi oleh dunia.

Lebih lanjut Presiden Joko Widodo mengatakan, kemegahan patung Garuda Wisnu Kencana memberikan inspirasi bagi rakyat Indonesia bahwa sebuah karya besar harus dimulai dari keberanian untuk memiliki mimpi besar. Tanpa itu, menurut Presiden, akan sulit bagi bangsa Indonesia mampu menciptakan sebuah karya besar. Presiden menambahkan, patung Garuda Wisnu Kencana bukan hanya akan menjadi ikon budaya Bali, namun juga akan menjadi bukti sejarah bangsa Indonesia yang memiliki ide besar. Hadir dalam peresmian patung Garuda Wisnu Kencana, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur Bali, I Wayan Koster. Selain itu, hadir pula Presiden Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden Indonesia ke-6 Try Sutrisno. (Ndy)