Warna Warni kali ini akan menginformasikan kepada anda tentang Jintan Hitam untuk Obat Kanker Mulut. Jintan hitam (Nigella sativa L) atau habbatussauda dipercaya menjadi obat bagi bermacam penyakit terutama bagi kalangan Muslim. Khasiat habbatussauda ini bahkan disabdakan langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW dalam hadistnya. Terkait khasiat jintan hitam tersebut, tiga mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember, Rizky Putri Agma Wijayanti, Ari Intan Prajitno, dan Haifa Azzuhra Denanta meneliti potensi khasiat jintan hitam sebagai obat kanker mulut. Melalui kerja kerasnya, hasil riset ketiganya yang berjudul “Potensi Mesoprus Silica Nanoparticles Berbasis Thymoquinone Biji Jintan Hitam (Nigella Sativa L) Sebagai Induktor Apoptosis UMSCC-14C Oral Squamous Cell Carcinoma” telah berhasil merebut juara pertama kategori studi literatur dalam Moestopo Dentistry Scientific Competition Project 2018, yang diselenggarakan oleh FKG Universitas Prof. Dr. Moestopo, Jakarta pada tanggal 22 dan 23 Maret 2018. “
Potensi jintan hitam sebagai obat sebenarnya sudah terbukti dan banyak diteliti, misalnya sebagai obat untuk kanker usus, kanker payudara, dan penyakit lainnya. Ketiga mahasiswa tersebut akhirnya terpikir untuk menjadikan jintan hitam sebagai obat kanker mulut. Menurut Rizky hampir 76 persen pasien kanker mulut datang untuk memeriksakan diri dalam kondisi yang sudah akut atau parah. Hal tersebut dapat terjadi karena banyak yang tidak menyadari sudah terkena kanker mulut. Penyakit itu dapat terjadi karena ditimbulkan oleh antara lain karena kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol. Gejala kanker mulut awalnya mirip sariawan, berupa luka di rongga mulut berwarna kemerahan disertai dengan pinggiran luka yang agak meninggi. Namun masalahnya, jika jintan hitam dalam bentuk kapsul diminum begitu saja, maka efektivitasnya rendah sebab kandungan yang ada dalam jintan hitam tidak bisa langsung menuju pusat kanker mulut. Dalam karya tulis ilmiah tersebut, jintan hitam diekstraksikan menjadi minyak atau thymoquinone. Minyak hasil ekstraksi ini kemudian dimasukkan ke dalam mesoporus silika yang ukurannya sangat kecil atau nano partikel. Dengan cara ini diharapkan jintan hitam yang mengandung anti inflamasi, anti bakteri, anti kanker, dan membantu daya tahan tubuh dapat mengatasi kanker mulut.
Ternyata inovasi ketiga mahasiswi FKG Universitas Jember mendapatkan apresiasi dari para juri, yang kemudian memutuskan karya tulis ilmiah karya mereka sebagai juara pertama. Mereka telah menyisihkan sembilan tim lainnya yang berasal dari FKG Universitas Indonesia, FKG Universitas Airlangga, FKG Universitas Hasanuddin, dan tim lainnya..Ketiga mahasiswa FKG ini sudah sering mencetak prestasi di berbagai event lomba karya tulis ilmiah di Indonesia. Haifa sendiri telah menyabet juara pertama di ajang lomba karya tulis ilmiah yang digelar oleh Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang tahun 2016. Sementara Rizky dan Ari menjadi juara kedua dalam ajang serupa di Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo tahun lalu.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu kuliner khas Sumatra Utara. Jadi tetaplah bersama kami di RRI World Service Voice of Indonesia. Saat bulan Ramadan, setiap daerah selalu memiliki panganan khas yang menjadi menu wajib untuk berbuka puasa. Di Medan, Sumatra Utara, tepatnya di daerah Mandailing, pucuk rotan alias Pakat merupakan menu favorit untuk berbuka puasa.Pakat sering disajikan sebagai lalapan maupun pelengkap sayur ikan. Pakat merupakan pucuk rotan yang memiliki tekstur yang sangat lembut sehingga mudah dikonsumsi.
rasa Pakat seperti lalapan pada umumnya, yaitu cenderung pahit.
Cara mengolah Pakat terbilang cukup mudah. Pucuk rotan dipotong sepanjang satu meter lalu dibakar selama setengah jam menggunakan tungku dengan arang atau batok kelapa. Bila sudah matang dan mengeluarkan getah berwarna putih, kupas lapisan luarnya lalu ambil bagian isi. Potong-potong isi pucuk rotan sepanjang 10 sentimeter.Isinya yang putih lembut sudah bisa langsung dikonsumsi untuk dicocol dengan sambal kecap sebagai lalapan. Selain itu, Pakat juga bisa dimasak sayur gulai dengan ikan salai. Selain rasanya yang khas, harga Pakat pun ekonomis. Dengan selembar uang sepuluh ribu rupiah, Anda bisa membawa pulang lima batang Pakat yang sudah dibakar dan dikupas.
Para pedagang Pakat biasanya hanya menjual Pakat bakar serta menyediakan bumbu anyang, yaitu bumbu yang terbuat dari santan kelapa dan daging buah kelapa yang digoreng.Permintaan Pakat saat bulan suci Ramadan cenderung meningkat pesat. Bila pada hari biasa Pakat laku terjual sebanyak 300 batang, maka di bulan puasa mencapai seribu batang per harinya.Selain suku Mandailing, Pakat juga digemari oleh hampir semua orang di Sumatra Utara, termasuk mereka dari suku Jawa dan Padang yang tinggal di sana.Mereka percaya bahwa Pakat dapat meningkatkan nafsu makan. Itu sebabnya pakat selalu dikonsumsi sebagai menu buka puasa maupun jelang sahur.
rasa Pakat yang pahit membuat makanan lain terasa jauh lebih enak. Manfaat lain Pakat adalah untuk menjaga kesehatan.Pakat dipercaya dapat mengobati penyakit kencing manis, malaria dan darah tinggi. Untuk mengobati kencing manis, konsumsi Pakat tanpa nasi.Di daerah asalnya, Tapanuli Selatan, Pakat tak hanya dijadikan menu buka puasa, tetapi sekaligus makanan adat saat upacara-upacara khusus bagi masyarakat Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal.
anda Berminat mencicipi pakat?. Segeralah menuju Sumatera Utara saat bulan Ramadan karena Pakat termasuk kuliner musiman. Jika Anda ingin mencari Pakat, sangat mudah menemukannya di pinggir-pinggir jalan kota Medan maupun di restoran. Misalnya di Jalan Karya Medan, Jalan Suka Ramai, Simpang Aksara, Jalan Denai, di bawah tol dan di beberapa lokasi lainnya.
Hari ini kami akan memperkenalkan Malamang, kegiatan membuat makanan tradisional yang disebut lemang di Sumatera Barat.
menjelang bulan Ramadhan, atau pada kegiatan keagamaan lain, setiap daerah memiliki tradisinya sendiri dalam merayakannya. Salah satunya Sumatera Barat, khususnya Minangkabau dengan Tradisi Malamangnya.
tradisi Malamang ini memiliki arti “Memasak Lemang”. Lemang adalah penganan yang berasal dari bahan ketan, kemudian di masukkan ke dalam bambu yang sudah berlapis daun pisang muda. Kemudian di panggang di atas bara api. Biasanya Lemang disajikan dengan tapai atau ketan hitam yang sudah difermentasikan. Lemang ini akan disajikan untuk para tamu yang hadir dalam acara adat tersebut.
kegiatan Malamang ini dapat ditemui hampir di seluruh wilayah Minangkabau, baik di daerah darek (darat), seperti Solok, Bukittinggi, Payakumbuh ataupun daerah pesisir seperti, Padang, Pariaman, dan Painan. Dalam adat Minang, Tradisi Malamang ini dilakukan secara bergotong-royong, dan tidak dilakukan oleh pribadi untuk kepentingan pribadi. Tradisi ini merupakan bagian dari kebiasaan yang dilakukan secara bersama oleh sekelompok masyarakat atau kerabat. Pelaksanaan Tradisi Malamang ini, dilaksanakan untuk kepentingan tertentu, beberapa hari sebelum datangnya bulan Ramadhan, acara Maulid Nabi, dan acara adat lainnya.
untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan sebagai event yang penting dalam acara saling bermaaf-maafan, Lemang dihidangkan pada saat menerima tamu yang berkunjung untuk silahturahmi. Penghidangan Lemang sebagai menu kudapan dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu. Sementara itu, di sebagian masyarakat Minangkabau seperti di Solok, tradisi Malamang juga dilaksanakan pada saat memperingati hari kematian. Biasanya pada peringatan empat belas hari kematian, empat puluh hari kematian, atau seratus hari kematian. Tujuannya pun tidak jauh berbeda dengan yang lain, yaitu untuk menjamu tamu.
Pada Warna Warni edisi kali ini akan mengajak Anda untuk mengetahui pelestarian tarsius. Primata kecil ini sering disebut sebagai monyet terkecil di dunia, meskipun satwa ini bukan monyet. Sedikitnya terdapat 9 jenis Tarsius yang ada di dunia. 2 jenis berada di Filipina sedangkan sisanya, 7 jenis terdapat di Sulawesi Indonesia. Yang paling dikenal adalah dua jenis yang terdapat di Indonesia yaitu Tarsius tarsier dan Tarsius pumilus. Kesemua jenis tarsius termasuk binatang langka dan dilindungi di Indonesia.
Tarsius memang layak disebut sebagai primata mungil karena hanya memiliki panjang sekitar 10-15 cm dengan berat sekitar 80 gram. Bahkan Tarsius pumilus atau Pygmy tersier yang merupakan jenis tarsius terkecil hanya memiliki panjang tubuh antara 93-98 milimeter dan berat 57 gram. Panjang ekornya antara 197-205 milimeter. Tarsius juga memiliki kepala yang unik karena mampu berputar hingga 180 derajat ke kanan dan ke kiri seperti burung hantu. Telinga satwa langka ini pun mampu digerak-gerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa.
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "balao cengke" atau "tikus jongkok" jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.
Sebutan tersebut didapatkan oleh Tarsius karena memang tarsius terlihat seperti tikus yang sedang membungkuk. Meskipun tarsius hidup di dalam hutan, saat ini populasinya mulai berkurang. Tarsius tidak pernah sukses membentuk koloni pembiakan dalam kurungan, dan bila dikurung, tarsius diketahui melukai dan bahkan membunuh dirinya karena stress. Satu situs mendapat keberhasilan mengembalikan populasi tarisus di pulau Filipina Bohol. Philippine Tarsier Foundation telah mengembangkan kandang besar semi-liar yang memakai cahaya untuk menarik serangga nokturnal yang menjadi makanan tarsius.
Populasi satwa langka tarsius, primata terkecil di dunia yang hidup di hutan-hutan Sulawesi diperkirakan tersisa 1.800. Ini menurun drastis jika dibandingkan 10 tahun terakhir dimana jumlah satwa yang bernama latin Tarsius spectrum ini, masih berkisar 3.500 ekor.
Bahkan untuk Tarsius pumilus, diduga amat langka karena jarang sekali ditemukan lagi. Penurunan populasi tarsius dikarenakan rusaknya hutan sebagai habitat utama satwa langka ini. Jadi alangkah baiknya jika kita terus menjaga kelestarian hutan. Agar hewan unik seperti tarsius masih dapat terlihat wujudnya oleh anak dan cucu kita. Baiklah pendengar, demikian informasi mengenai pelestarian tarsius. Terimakasih atas perhatian Anda dan sampai jumpa pada Warna Warni edisi berikutnya.