Sulawesi Utara tak hanya terkenal akan keindahan tempat wisatanya, tapi juga beragam kuliner khasnya yang unik. Cita rasa kuliner khas Sulawesi Utara pun tak kalah dengan kuliner dari daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, tak lengkap rasanya jika mengunjungi Sulawesi Utara tanpa menyicipi kuliner khas Sulawesi Utara. Salah satu kuliner khas Sulawesi Utara yaitu Sate Kolombi.
Sate kolombi berbahan dasar daging kolombi yaitu siput dengan ukuran yg cukup besar yang berwarna emas atau hitam. Kolombi ini banyak ditemukan hidup di Danau Tondano. Untuk mendapatkan kolombi, biasanya para pencari menggunakan jaring. Selain itu, mereka harus datang di pagi hari, karena jika sudah mulai terasa panas maka kolombi yang muncul di permukaan air, menenggelamkan dirinya ke dalam danau.
Kuliner khas Sulawesi Utara ini bisa anda temukan di Kawasan Kuliner Boulevard Tondano, Kabupten Minahasa, Sulawesi Utara. Terdapat puluhan warung makan yang berjejer di sepanjang jalan. Selain itu, lokasinya yang berada di kawasan persawahan, membuat anda dapat mencoba Sate Kolombi ini sekaligus melihat pemandangan yang dapat memanjakan mata. Sebab, kawasan ini berada di anah datar dan dikelilingi pegunungan yang membentuk lingkaran sehingga seolah anda berada di sebuah kawah raksasa.
cita rasa Sate Kolombi ini pedas karena sesuai dengan selera mayoritas masyarakat di Sulawesi Utara. Bumbu-bumbu yang dipakai adalah bawang putih, bawang merah, cabai rawit, jahe, kemiri, kunyit, jeruk nipis, gula, dan garam. Cara memasaknya pertama pisahkan daging dengan cangkangnya. Setelah itu daging direbus dan dibersihkan. Kemudian gigi keong yang masih tersisa dikeluarkan. Setelahnya, daging direndam dengan bumbu-bumbu. Setelah beberapa jam direndam, daging kemudian direbus untuk membuat dagingnya empuk. Lalu daging pun siap dibakar. Setelah dibakar, campuran bumbu yang sudah disiapkan terlebih dahulu lalu disiram ke atas Sate Kolombi.
Memasuki salah satu situs bersejarah di Minahasa Utara ini butuh sedikit perjuangan. Letaknya yang berada di belakang perumahan dan lahan penduduk membuat salah satu situs bersejarah di Sulawesi Utara ini agak tersembunyi. Inilah Situs Waruga Sawangan yang merupakan kuburan tua peninggalan zaman megalitik orang Minahasa.
Waruga di Minahasa diperkirakan berkembang pada sekitar awal abad ke-13 sebelum Masehi. Kemunculan Waruga pertama kali di daerah Bukit Kelewer, Treman, dan Tumaluntung, Kabupaten Minahasa Utara. Kemunculan Waruga kemudian terus berkembang di berbagai daerah di Sulawesi Utara hingga awal abad ke-20 Masehi.
Pada zaman pra-sejarah masyarakat Minahasa masih percaya jika roh leluhur memiliki kekuatan magis. Untuk itu, kuburan dibuat secara khusus dan seindah mungkin. Waruga terdiri dari dua bagian, bagian badan dan bagian tutup. Bagian badan berbentuk kubus dan bagian tutup berbentuk menyerupai atap rumah
Uniknya, waruga tidak dibuat oleh kerabat atau keluarga dari orang yang meninggal akan tetapi dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggal. Ketika orang itu akan meninggal maka dengan sendirinya akan memasuki waruga yang dibuatnya itu setelah diberi bekal kubur lengkap. Suatu hari bila itu dilakukan dengan sepenuhnya akan mendatangkan kebaikan bagi keluarga yang ditinggalkan.
Sebenarnya di Sulawesi Utara banyak terdapat situs Waruga, salah satunya di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Terdapat 143 buah Waruga di desa ini yang dibagi dalam beberapa ukuran yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
kelompok pertama, Waruga berukuran kecil dengan ketinggian antara 0-100 cm sebanyak 10 buah. Kedua, Waruga berukuran sedang dengan ketinggian antara 101-150 cm sebanyak 52 buah. Ketiga, Waruga berukuran besar dengan ketinggian antara 151-250 cm sebanyak 81 buah.
Waruga sendiri berasal dari bahasa Tombulu, yakni dari suku kata Wale Maruga yang memiliki arti rumah dari badan yang akan kering. Waruga juga memiliki arti lainnya yakni Wale Waru atau kubur dari Domato atau sejenis tanah lilin.
Pada 20 September 1993, Majelis Umum PBB memutuskan, bahwa tanggal 15 Mei setiap tahun diperingati sebagai Hari Keluarga Internasional atau International Day of Families melalui Resolusi A/RES/47/237 dan mempertimbangkan kepentingan hubungan komunitas internasional dengan keluarganya. Perayaan hari tersebut bertujuan untuk mempromosikan kesadaran tentang pentingnya berhubungan dengan keluarga dan meningkatkan pengetahuan terhadap proses sosial, ekonomi, dan demografi terhadap keluarga.
Peringatan Hari Keluarga Internasional 2018 dengan tema “Families and inclusive societies” atau “Keluarga dan masyarakat inklusif” ini akan mengeksplorasi peran keluarga dan kebijakan keluarga dalam memajukan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 16 dalam hal mempromosikan masyarakat yang damai dan inklusif untuk pembangunan berkelanjutan. Hari Keluarga Internasional tahun ini fokus untuk meningkatkan kesadaran akan peran keluarga dan kebijakan keluarga dalam mencapai masyarakat yang lebih inklusif dari perspektif regional dan juga fokus pada pentingnya memastikan keadilan yang setara bagi semua anggota keluarga, terutama perempuan. Meskipun keluarga di seluruh dunia telah sangat berubah selama dekade terakhir dalam hal struktur mereka dan sebagai akibat dari tren global dan perubahan demografis, PBB masih mengakui keluarga sebagai unit dasar masyarakat..
kegiatan dalam rangka Hari Keluarga Internasional setiap tanggal 15 Mei meliputi lokakarya dan konferensi, program radio dan televisi, artikel surat kabar dan program budaya yang menyoroti tema yang relevan.
Sementara di Indonesia sendiri dalam rangka menyambut Hari Keluarga Internasional 2018, Instagram memperkenalkan serangkaian fitur buat orang tua. Peran orang tua sangat penting dalam membangun dan menjaga komunitas yang positif, baik di kehidupan nyata maupun di dunia maya, termasuk di media sosial atau medsos. Helena Lersch, Head of Public Policy, Instagram Asia-Pacific di acara Instagram #SafetyonInstagram di Go Work, Jakarta Pusat, mengatakan Instagram baru saja meluncurkan fitur penyaring komentar bullying (anti-bullying filter) yang secara otomatis menghilangkan komentar bersifat melecehkan atau membuat pengguna nggak nyaman. Instagram juga memperkenalkan filter komentar mengganggu yang secara otomatis menyembunyikan komentar yang menimbulkan provokasi. Hal ini untuk memastikan anak remaja senantiasa mendapatkan pengalaman dan interaksi yang aman, positif dan suportif di Instagram.
Edisi kali ini, kami akan menghadirkan lagu-lagu dari daerah Sulawesi Utara. Mengawali Pelangi Nada kali ini, nikmati lagu berjudul So Putus Putus dibawakan oleh Hery Sumarto.
Demikianlah sebuah lagu berjudul So Putus Putus yang dibawakan oleh Hery Sumarto. Walaupun irama lagu ini terdengar riang, namun lagu pop dari daerah Sulawesi Utara ini bercerita mengenai seorang yang putus cinta. Teringat akan janji-janji yang pernah diucapkan bahwa tidak ada cinta yang lain, namun kini semua sudah berubah. Pendengar, lagu ini diiringi dengan musik modern serta nuansa musik tradisional Sulawesi Utara yang cukup kental terdengar. selanjutnya mari dengarkan sebuah lagu berjudul Di Pantai Ene Mawira yang dibawakan oleh Maramis Thomas.itulah sebuah lagu yang berjudul di Pantai Ene Mawira yang dibawakan oleh Maramis Thomas. Seperti lagu sebelumnya, lagu pop ini juga memadukan musik pop dengan musik tradisional daerah Sulawesi Utara. pantai menjadi tempat yang sering dikunjungi orang saat melepas lelah atau sekedar menikmati keindahannya. Lagu ini bercerita tentang seorang yang duduk di salah satu pantai di Sulawesi Utara, yaitu pantai Ene Mawira untuk sekedar merenung dan menghilangkan kesedihannya. Pantai yang sepi biasanya lebih cocok bagi orang yang sedang merenung, yang terdengar hanya debur ombak yang memecah di pantai.
Pelangi Nada kali ini kita tutup dengan lagu berjudul Ser Pa Ngana yang dibawakan oleh Maramis Thomas dan Mo Pe Mana Le yang dibawakan oleh Obet Mahino.