Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu dari daerah Kalimantan Selatan. Untuk membuka perjumpaan kali ini, mari kita dengarkan sebuah lagu berjudul Ampar-Ampar Pisang yang dibawakan oleh Henny Purwonegoro.
setiap daerah di Indonesia memiliki lagu daerah masing-masing. Diantara lagu daerah tersebut ada yang sudah populer tak hanya di dearah asalnya, namun juga di Indonesia, salah satunya lagu berjudul Ampar-Ampar Pisang dari daerah Kalimantan Selatan ini. Lagu berbahasa Banjar ini diciptakan oleh Hamiedan AC. Lagu ini biasa dinyanyikan anak-anak dalam permainan sehari-hari. Sambil selonjoran dengan menepuk satu persatu kaki yang mengikuti permainan seiring dengan irama lagu, dan tepukan terakhir saat lagu berakhir dan sang anak harus melipat kaki. Ampar Ampar Pisang dapat diartikan sebagai menghamparkan pisang, menyusunnya sebelum dijemur. Pada zaman dahulu, pisang merupakan salah satu makanan utama di daerah Kerajaan Banjar. Pisang diolah menjadi aneka makanan, namun sebelum diolah pisang dijemur terlebih dahulu. Demikianlah sekelumit tentang lagu Ampar-Ampar Pisang.
berikut kita dengar sebuah lagu dari daerah Kalimantan Selatan, berjudul Sapu Tangan Papuncu Ampat yang dibawakan oleh Lucy Koes Endang.
demikianlah sebuah lagu berjudul Saputangan Babuncu Ampat, salah satu lagu terkenal dari daerah Kalimantan selatan. Lagu ini cukup mudah diingat dengan iramanya yang riang. Meski memiliki lirik yang tidak terlalu panjang, lagu ini memiliki makna yang cukup dalam dan penuh pesan moral. Dalam bahasa Indonesia, Sapu Tangan Babuncu Ampat berarti Sapu Tangan berujung empat.
Dalam pergaulan sosial, hubungan antar manusia selalu dihiasi dengan konflik. Tak jarang, konflik tersebut menimbulkan rasa sakit hati. Seperti dalam lirik "luka nang di tangan kawa dibabat, luka nang di hati hancur sakali". Luka di tangan atau luka yang mengeluarkan darah dapat dibalut, namun luka di hati sulit disembuhkan. Karena itu kita harus hati-hati menjaga ucapan agar tidak menyakiti orang lain. Namun bagi pihak yang sakit hati, jangan sampai disimpan. Lagu ini juga berpesan agar manusia saling memaafkan. Lagu Sapu Tangan Babuncu Ampat memiliki bentuk lirik puisi lama berupa pantun. Seperti kebanyakan puisi lama, pantun kerap dibuat untuk menyampaikan pesan tertentu.
untuk mengakhiri Pelangi Nada kali ini, mari kita dengarkan 2 buah lagu dari daerah Kalimantan Selatan berjudul Pucuk Pisang yang dibawakan oleh Rama Sugiatma, dan lagu Anak Pipit yang dibawakan oleh Fenny Bauty.
Warna Warni kali ini kami akan menginformasikan kepada anda kegiatan Bintan Triathlon 2018. Kegiatan berolahraga bersama keluarga sehat dan bergembira di akhir pekan tentunya sangat menyenangkan. Dan semua itu bisa didapat dengan bergabung dalam Bintan Triathlon yang tahun ini bakal digelar pada 11-13 Mei. Para peserta Triathlon akan berlomba dalam tiga cabang olahraga berturut-turut: berenang, bersepeda dan berlari. Seluruh rangkaian acara berlangsung dalam kawasan wisata terpadu Nirwana Gardens di Pulau Bintan. Sebagai pulau terbesar di Provinsi Kepulauan Riau, Bintan bisa ditempuh dalam waktu 55 menit pelayaran dengan menggunakan feri dari Singapura. Event olahraga bertaraf internasional ini diorganisasi oleh Tribob, sebuah perusahaan manajemen olahraga yang berkedudukan di Singapura, dan didukung oleh Kementerian Pariwisata.Peserta Bintan Triathlon tahun lalu berasal dari negara-negara seperti Australia, Inggris, Prancis, Belanda, Jerman, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura dan tentu saja Indonesia. Sekitar 30 Negara ikut dalam Bintan Triathlon 2017. Diharapkan acara Bintan Triathlon 2018 dapat lebih meriah dan diikuti lebih banyak peserta yang nantinya dapat meningkatkan industri pariwisata di Kepulauan Riau. Kegiatan Bintan Triathlon ini memacu adrenalin untuk beradu keterampilan dan ketahanan dalam lomba yang kompetitif, dan tentunya sembari menikmati keindahan surga tropis. Para peserta pertama-tama harus berenang melalui laut yang relatif sepi, tapi kemudian melintasi rute yang memiliki banyak tikungan dan belokan serta pendakian yang curam di atas daerah perbukitan. Pada tahap ketiga, pelari akan ditantang oleh cuaca tropis yang panas dan beruap.
Lomba dibagi dalam beberapa kategori, yakni Olympic Distance (berenang 1,5 km, bersepeda 40 km, berlari 10 km); Sprint Distance (berenang 750 m, bersepeda 20 km, berlari 5 km); Youth Distance (berenang 300 m, bersepeda 12 km, berlari 3 km); dan Kids Distance (berenang 150 m, bersepeda 6 km, berlari 1,5 km). Ada pula kategori tambahan khusus, seperti Sunset Swim Classic 1000 yang merupakan ajang lomba renang 1 km, dan Fun Duo Challenge – kategori yang dimaksudkan untuk memperkenalkan olahraga triathlon pada pemula dan anak-anak, dengan jarak yang lebih pendek dan lebih banyak unsur fun-nya. Sedangkan Fun Race Challenge mencakup lari 1,5 km, berenang 150 meter dan lari ke garis finish. Ini adalah favorit untuk wisata olahraga keluarga. Semua lomba akan dimulai di Nirwana Garden Beach Resort. Setelah menyelesaikan tahap renang, peserta akan melanjutkan lomba bersepeda dengan mengambil rute: Nirwana Gardens Resort - Ria Bintan - Waduk Lagoi - Pasar Ole-ole dan kembali ke garis finish.
yang menyenangkan dalam Bintan Triathlon adalah bahwa semua anggota keluarga bisa ikut lomba. Ada Family Package untuk keikutsertaan orangtua dan anak-anaknya. Jadi, event ini tidak sekadar lomba yang serius, melainkan juga ada hiburan, aktivitas-aktivitas yang menyenangkan, dan pesta besar. Bintan sendiri sejatinya merupakan destinasi wisata, dengan pantai berpasir putih, hutan bakau dan wisata bawah laut yang menawan. Resor mewah serta fasilitas olahraga lengkap juga tersedia di pulau ini.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan ”BAPONGKA, tradisi penangkapan ikan laut suku Bajo yang menghargai alam”. Tetaplah bersama kami di RRI World Service-Voice of Indonesia yang bisa anda dengar melalui www.voinews.id
Bajo adalah sebuah etnik yang tidak terpisahkan dengan laut, pola pemukiman masyarakat Bajo sangat unik, rumahnya kebanyakan berada di atas air, dahulu kala justru bertempat tinggal di perahu-perahu atau Lepa. Kini orang Bajo telah menyebar di seluruh penjuru nusantara, yang terbanyak di wilayah Sulawesi. Ada satu tradisi penangkapan ikan yang biasa mereka lakukan, yang mengharuskan mereka melakukan perjalanan sampai jauh, tradisi tersebut adalah Bapongka.Bapongka adalah tradisi masyarakat Bajo yang menggunakan peralatan tradisional dan tetap memelihara lingkungan laut dari kerusakan.
Bapongka adalah berlayar mencari nafkah atau hasil-hasil laut ke daerah atau provinsi lain, selama beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Mereka pergi melaut secara berkelompok. Setiap kelompok terdiri dari tiga sampai lima perahu, masing-masing perahu terdapat satu orang. Pembentukan kelompok kecil bapongka lebih sering dilakukan berdasarkan kedekatan hubungan. Biasanya kelompok kecil tersebut akan bertemu dengan kelompok kecil yang lain di suatu lokasi penangkapan dan akhirnya membentuk kelompok besar yang jumlahnya bisa mencapai 15 bahkan 20 perahu.
Perahu tradisional yang mereka gunakan disebut lepa, yang dilengkapi cadik dan atap yang terbuat dari daun sagu. Umumnya perahu dijalankan dengan dayung, meskipun saat ini ada beberapa perahu dilengkapi mesin katinting. Pada saat bapongka mereka membawa cukup banyak bahan makanan seperti sagu dan perlengkapan, seperti lampu petromaks, tempat air, perlengkapan memasak dan makan, perlengkapan tidur, perlengkapan memasak teripang, serta peralatan menangkap untuk teripang dan hasil laut lainnya.
Bapongka berdampak baik bagi kelestarian laut, khususnya terumbu karang, karena hanya menggunakan peralatan sederhana. Dalam tradisi Bapongka suku Bajo punya beberapa pantangan yang harus mereka patuhi. Pantangan-pantangan tersebut bagi orang Bajo diyakini dapat mempengaruhi hasil tangkapan, seperti tidak boleh membuang sesuatu di laut saat melakukan Bapongka. Saat sedang Bapongka tidak boleh membuang air cucian beras, arang kayu bekas memasak, ampas kopi, air cabe, air jahe, kulit jeruk , abu dapur ke laut. Pada saat mencuci beras air cuciannya ditampung di dalam perahu, dan akan dibuang setelah mendekati daratan. Demikian juga dengan arang kayu bekas memasak, abu dapur, kulit jeruk, air cabe dan air jahe.
Kesederhanan perahu dan peralatan mengambil hasil laut dan pantangan yang harus dilakukan, dimana mereka tak boleh melanggarnya karena dipercaya akan terjadi bencana karena alam laut diyakini ada penguasa dalam bentuk roh yakni Mbo. Hal-hal ini membuat tradisi Bapongka sangat menghargai dan melestarikan alam, sebagai sebuah kearifan lokal masyarakat Bajo.
Edisi kali ini menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh Tuti Maryati. Wanita kelahiran Makasar , Sulawesi Selatan, pada 8 Oktober 1956 ini, juga dikenal dengan nama Tuti Tri Sedya. Kita dengarkan sebuah lagu pertama dibawakan oleh Tuti Tri Sedya berjudul Rayuan Pulau Kelapa.
Rayuan Pulau Kelapa adalah sebuah lagu yang ditulis oleh Ismail Marzuki. Lagu ini bercerita tentang keelokan negeri Indonesia. Pulau-pulaunya yang subur dengan pohon kelapa yang melambai-lambai dan menjadi pujaan rakyatnya sepanjang masa. Lagu ini merupakan salah satu lagu wajib nasional Indonesia.
Tuti Tri Sedya menghabiskan masa remajanya di Bandung, Jawa Barat. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke ASMI Jakarta, lalu melanjutkan kuliah di Fakultas Hukum UPN Veteran, Jakarta. Selama menempuh pendidikan, Tuti Maryati meraih sejumlah prestasi. Pada tahun 1975, ia terpilih dalam pertukaran pelajar pada ‘Indonesia-Canada World Youth Exchange Program’. Dalam dunia tarik suara, namanya mulai dikenal sejak mendapat gelar juara pertama Bintang Radio dan Televisi (BRTV) tahun 1986 untuk kategori keroncong. Sebelumnya ia juga meraih gelar juara pertama lomba keroncong Antar Kotama TNI-Angkatan L aut Se-Jakarta II dan meraih juara kedua pada tahun 1983. Menurutnya, dia tak pernah belajar menyanyi keroncong dan hanya belajar dari mendengar cara menyanyi Waldjinah dan Sundari Soekotjo.
hampir sama dengan lagu sebelumnya, lagu Tanah air merupakan lagu yang menunjukkan rasa cinta dan kekaguman akan keindahan tanah air Indonesia.
pada tahun 1988, Tuti menjadi penyanyi di Istana Negara, yang menyanyi di depan para tamu Negara. Dia juga sempat menjadi pembawa acara, penyanyi sekaligus koordinator acara dalam ‘Gebyar Keroncong’, yang di tayangkan di stasiun televisi nasional TVRI.
Bersama rombongan kesenian Indonesia, ia beberapa kali ikut berkeliling ke berbagai negara. Tuti juga mendirikan Warung Keroncong Gaul (WKG) yang menjadi tempat berkumpulnya insan pecinta keroncong, serta menjadi wadah bagi penyanyi keroncong muda untuk menjajal suaranya. Sanggar tersebut telah melahirkan beberapa penyanyi keroncong muda dan telah masuk dapur rekaman, misalnya Sriyono, seorang tuna netra bersuara emas. Selama karirnya di dunia musik, Tuti telah merilis lebih dari 15 album keroncong telah dirilisnya, baik lagu keroncong lama maupun lagu keroncong baru.