Edisi kali ini, akan memperkenalkan Kampung Djowo Sekatul di Kendal Jawa Tengah.
Nuansa pedesaan , penerangan hanya obor , tak ada Televisi , tapi bisa akses internet. Petani, lenguhan kerbau dan ayunan pacul di persawahan, kicau burung, menambah suasana di pagi hari. Suasana itu akan didapat di Kampung Djowo yang berada di Dukuh Sekatul, Desa Margosari , kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Kampung Djowo merupakan objek wisata dengan luas sekitar 12 hektar dan teletak tepat di kaki gunung Ungaran. Objek wisata ini meiliki panorama alam yang indah dengan perbukitan Medini yang berhawa sejuk serta hamparan kebun teh mengelilingi Kampung Djowo Sekatul.
Untuk menuju Kampung Djowo Sekatul ini bisa ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum kira-kira 60 menit,baik dari kota Semarang maupun Ungaran, ibukota kabupaten Semarang. Dari Kendal, objek ini bisa diakses melalui Kaliwungu dengan waktu tempuh yang tak jauh berbeda dari kota Semarang atau Ungaran. Dengan tarif masuk hanya Rp. 2000 (pelajar) dan Rp. 3000 (umum) pengunjung bisa melihat rumah 6 (enam) joglo besar berikut isinya yang antik. Mulai dari pernak-pernik , hiasan, ornamen, ukiran hingga furnitur khas Jawa klasik yang masih terawat rapih. Nuansa pedesaan Jawa akan terasa sangat kental , jika Anda bermalam di Kampung Djowo ini. Tidak ada gemerlap lampu merkuri dan sejenak lupakan televisi. Namun, tersedia beberapa tempat hot spot untuk mengakses internet.
Tak sekedar menawarkan keunikan bangunan klasik dan semua yang berbau Jawa, Kampung Djowo Sekatul juga menawarkan wisata Agro bernuansa pedesaan yang tak kalah menarik. Hamparan sawah , budidaya tanaman obat, bunga hias, perkebunan vanili dan strawberi segar yang bisa dipetik langsung, budidaya buah-buahan serta arena pemancingan bisa anda temukan di obyek wisata ini. Untuk wisata edukasi ditawarkan paket pembuatan gula Jawa serta tahu dan tempe. Kampung Djowo Sekatul juga dilengkapi fasilitas area perkemahan serta fasilitas pesta kebun. Kampung Sekatul bukan sekedar menyuguhkan Joglo Klasik yang unik dan masih terpelihara keasliannya. Keberadaan Kampung Djowo juga merupakan bukti kesetiaan pemilik ,KPH Herry Djojonegoro, pada sejarah sekaligus upaya untuk melestarika kebudayaan Jawa.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan Kampung Djowo Sekatul di Kendal Jawa Tengah.
Nuansa pedesaan , penerangan hanya obor , tak ada Televisi , tapi bisa akses internet. Petani, lenguhan kerbau dan ayunan pacul di persawahan, kicau burung, menambah suasana di pagi hari. Suasana itu akan didapat di Kampung Djowo yang berada di Dukuh Sekatul, Desa Margosari , kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Kampung Djowo merupakan objek wisata dengan luas sekitar 12 hektar dan teletak tepat di kaki gunung Ungaran. Objek wisata ini meiliki panorama alam yang indah dengan perbukitan Medini yang berhawa sejuk serta hamparan kebun teh mengelilingi Kampung Djowo Sekatul.
Untuk menuju Kampung Djowo Sekatul ini bisa ditempuh 30 menit dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum kira-kira 60 menit,baik dari kota Semarang maupun Ungaran, ibukota kabupaten Semarang. Dari Kendal, objek ini bisa diakses melalui Kaliwungu dengan waktu tempuh yang tak jauh berbeda dari kota Semarang atau Ungaran. Dengan tarif masuk hanya Rp. 2000 (pelajar) dan Rp. 3000 (umum) pengunjung bisa melihat rumah 6 (enam) joglo besar berikut isinya yang antik. Mulai dari pernak-pernik , hiasan, ornamen, ukiran hingga furnitur khas Jawa klasik yang masih terawat rapih. Nuansa pedesaan Jawa akan terasa sangat kental , jika Anda bermalam di Kampung Djowo ini. Tidak ada gemerlap lampu merkuri dan sejenak lupakan televisi. Namun, tersedia beberapa tempat hot spot untuk mengakses internet.
Tak sekedar menawarkan keunikan bangunan klasik dan semua yang berbau Jawa, Kampung Djowo Sekatul juga menawarkan wisata Agro bernuansa pedesaan yang tak kalah menarik. Hamparan sawah , budidaya tanaman obat, bunga hias, perkebunan vanili dan strawberi segar yang bisa dipetik langsung, budidaya buah-buahan serta arena pemancingan bisa anda temukan di obyek wisata ini. Untuk wisata edukasi ditawarkan paket pembuatan gula Jawa serta tahu dan tempe. Kampung Djowo Sekatul juga dilengkapi fasilitas area perkemahan serta fasilitas pesta kebun. Kampung Sekatul bukan sekedar menyuguhkan Joglo Klasik yang unik dan masih terpelihara keasliannya. Keberadaan Kampung Djowo juga merupakan bukti kesetiaan pemilik ,KPH Herry Djojonegoro, pada sejarah sekaligus upaya untuk melestarika kebudayaan Jawa.
Pelangi Nada edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu nostalgia dari penyanyi wanita Indonesia, Andi Meriem Matalatta.
demikian lagu “Hasrat Dan Cita” yang dinyanyikan oleh Andi Meriem Matalatta. Lagu ciptaan musisi Indonesia, Fariz RM ini terdapat dalam album bertajuk "Bahtera Asmara" yang dirilis pada tahun 1979. Lagu ini menggambarkan hubungan antara manusia dan Tuhan dimana manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya akan selalu membutuhkan pertolongan-Nya. Pendengar, hadir kembali sebuah lagu ke dalam ruang dengar anda berjudul “Lembah Biru”. .
penyanyi dengan nama lengkap Andi Sitti Meriem Nurul Kusumawardhani Mattalatta ini, dikenal juga dengan julukan "Mutiara Dari Selatan". Julukan ini pertama kali diberikan oleh Iskandar, seorang komposer Indonesia. Iskandar menciptakan lagu untuk Andi Meriem berjudul “Mutiara Dari Selatan”. Iskandar sendiri banyak berperan sebagai pencipta lagu dan produser di album Andi Meriem. Selain itu, Andi Meriem pun belajar olah vokal dari Iskandar. Pendengar, menutup perjumpaan, hadir kembali dua buah lagu lainnya dari Andi Meriem Mattalatta berjudul “Bahtera Cinta” dan “Cinta yang Hitam”.
Warna Warni hari ini dengan tema Tour de Flores 2018. .
Setelah sukses menyelenggarakan Tour De Flores tahun lalu, tahun ini Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan didukung sepenuhnya Kementerian Pariwisata akan kembali menggelar Tour De Flores (TDF) 2018 yang akan dilaksanakan tanggal 6 - 16 Mei 2018. Tour De Flores 2018 adalah perlombaan balap sepeda internasional yang menantang di pulau Flores. Penyelenggaraan Tour De Flores terinspirasi Event sejenis lainnya, seperti Tour De France (Sejak 1903), Tour De Singkarak (Sejak 2009) dan Tour De Banyuwangi “Ijen” (sejak 2012). Event ini merupakan event olahraga namun memiliki dampak Pariwisata yang luar biasa.
Tour De Flores 2018 akan menempuh jarak sepanjang 743 KM dan terdiri atas 5 Etape selama 10 hari. 5 etape perjalanan akan melalui semua wilayah pulau seluas 14.300 kilometer persegi di berbagai suhu. Flores memiliki dua musim, namun masing-masing daerah memiliki perbedaan suhu yang memberi pengendara tantangan nyata. Tour de Flores 2018 diawali dari Larantuka di Flores timur dan berakhir di Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat .
Tour de Flores bertempat di Pulau Flores menyajikan acara olah raga kelas dunia sambil menikmati keindahan pulau eksotis di sepanjang pantai yang spektakuler. Selain itu para peserta Tour de Flores dapat meyaksikan heterogenitas etnis, budaya, tradisi megalitik, fauna langka Komodo (Varanus romodoensis dan Varanus riungensis), Danau Kelimutu dan Pantai Pink . Selain itu mereka juga bisa mengenal lebih dekat bahasa dan agama di sana.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa Tenggara Timur Kensius Didimus, mengatakan bahwa 100 pembalap dari i 20 negara yang terdiri dari 10-15 tim akan ikut serta dalam Tour de Flores 2018.
Kensius Didimus menambahkan, balapan sepeda jalanan tahun ketiga ini juga memilih finish setiap etape di destinasi wisata di setiap kota. Pemilihan finish di destinasi ini diharapkan bisa mendorong promosi dan kunjungan wisatawan asing dan domestik ke Pulau Flores. Tour De Flores sudah jadi event tahunan semua kabupaten di Pulau Flores. Event ini jadi branding pariwisata Flores. Flores berasal dari bahasa Portugis yang berarti "bunga" . Nama Flores berasal dari bahasa Portugis yaitu “cabo de flores “ yang berarti “Tanjung bunga.Nama tersebut semula di berikan oleh S.M. Cabot untuk menyebut wilayah timur dari pulau Flores. Sebuah studi yang cukup mendalam oleh Orinbao tahun 1969 mengungkapkan bahwa nama asli sebenarnya pulau Flores adalah Nusa Nipa atau pulau ular.