Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata dari Provinsi Jawa Timur. Kota Gresik yang berada di Provinsi Jawa Timur ini tak hanya dikenal sebagai kota industri saja. Sebab, Gresik juga memiliki tempat pariwisata yang tak kalah menarik dengan daerah lainnya yang ada di Indonesia. Terlebih lagi di Gresik juga ada salah satu tempat wisata alam untuk menikmati kesejukan di kala siang. Tempat wisata tersebut bernama Sendang Banyu Biru.
Sendang Banyu Biru saat ini telah menjadi tempat wisata andalan di Gresik. Terlebih sejak tahun 2013, pemerintah setempat ikut andil dalam pengembangannya, yaitu dengan memberikan dana untuk mempercantik dan menambah fasilitas penunjang kenyamanan wisatawan. Saat ini bagian pinggir danau telah dipercantik dengan tatanan batu bertingkat. Batu tersebut berguna untuk memudahkan wisatawan mendekati danau yang berdiameter 25 meter ini. Selain itu, batu tersebut juga bisa dijadikan sebagai tempat duduk apalagi saat akhir pekan yang memang tempat wisata ini selalu ramai dikunjungi.
sesuai dengan namanya, Sendang Banyu Biru memiliki air jernih berwarna kebiruan yang menjadi ikon utama. Air danau ini berwarna biru disebabkan oleh adanya kandungan belerang. Masyarakat setempat percaya bahwa keberadaan Sendang Banyu Biru ini sudah diketahui sejak dulu. Bahkan sebelum masa penjajahan Belanda. Selain itu, air danau ini juga dipercaydapat menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.
fasilitas di Sendang Banyu Biru yang sudah tersedia saat ini diantaranya seperti area parkir kendaraan, mushola, dan kamar mandi. Selain itu, apabila anda tidak membawa perbekalan makanan dan minuman, tidak perlu khawatir karena tak jauh dari lokasi ada warung makan sederhana milik warga setempat. Ke depan, fasilitas lainnya akan ditambah seperti wahana permainan anak-anak, kolam renang, gazebo, dan tempat kuliner yang menjajakan aneka makanan dan minuman.
jika dalam waktu dekat anda akan mengunjungi Provinsi Jawa Timur, jangan lupa untuk mampir ke Gresik dan berkunjung ke Sendang Banyu Biru. Untuk menuju ke tempat wisata ini, anda dapat mengarahkan kendaraan menuju Desa Lowayu, Kecamatan Dukun, Gresik, Jawa Timur.
Edisi Warna Warni kali ini kami akan mengetengahkan tentang Hari Buruh Internasional yang jatuh pada hari ini, 1 Mei. Hari buruh juga sering disebut sebagai May day dirayakan setiap tanggal 1 Mei. Asal usul hari buruh ini lahir dari rentetan perjuangan para pekerja yang memperjuangkan hak-hak mereka saat kapitalisme tumbuh dan berkembang pesat di abad 19 lalu. Perkembangan industri yang pesat melahirkan perubahan yang sangat drastis, terutama di Amerika Serikat dan di negara Eropa Barat. Kondisi kerja yang buruk dan upah yang rendah melahirkan adanya perlawanan dari para pekerja. Walaupun organisasi pekerja di Amerika Serikat dan Eropa Barat makin bertambah jumlahnya, masing-masing organisasi pekerja masih merayakan hari buruh di tanggal yang berbeda-beda.
Tanggal 1 Mei baru diperingati sebagai hari buruh setelah terjadinya bentrok antara pihak keamanan dan pekerja yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa pada tanggal 4 Mei 1886. Di tahun-tahun berikutnya, tanggal 1 Mei kemudian digunakan sebagai tanggal untuk memperingati peristiwa berdarah tersebut. Baru di tahun 1889, tanggal 1 Mei ini dipilih oleh kongres sosialis dunia sebagai hari buruh sedunia. Resolusi merayakan 1 Mei sebagai hari pekerja internasional ini mendapat sambutan hangat oleh seluruh negara. Di sinilah awal mula perayaan 1 Mei sebagai hari pekerja yang juga disebut sebagai May day yang diperingati oleh seluruh kaum pekerja di dunia. Hari buruh adalah hari perayaan keberhasilan dan andil para pekerja dan buruh atas kemajuan ekonomi dan sosial di seluruh dunia.
Di Indonesia hari buruh ini sebenarnya telah diperingati sejak 1 Mei 1920. Namun pada masa orde baru, hari buruh di Indonesia tidak lagi diperingati dan tanggal 1 mei tidak lagi ditetapkan sebagai hari buruh karena gerakan buruh dan perserikatan pekerja selalu dikaitkan dengan partai komunis. Ketika orde baru berakhir, meski pada tanggal 1 Mei bukan hari libur namun aksi para buruh dan pekerja di berbagai kota di Indonesia kembali marak setiap tanggal 1 Mei. Baru di tahun 2013, Pemerintah Indonesia kembali menetapkan tanggal 1 Mei sebagai hari buruh internasional dan penetapannya sebagai hari libur nasional telah dilakukan pada tahun 2014 lalu.
terkait peringatan hari Buruh 1 Mei tahun ini, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia ( KSPI) Said Iqbal mengungkapkan, sebanyak 1 juta buruh akan memperingati Hari Buruh pada 1 Mei tahun ini. Para buruh akan menggelar aksi di 250 kabupaten/kota di 25 provinsi. Pada aksi tersebut, ada tiga tuntutan yang akan disampaikan buruh kepada pemerintah, yaitu turunkan harga beras, listrik, dan BBM, bangun kedaulatan pangan dan energi, dan menolak upah murah. Dalam hal ini KSPI meminta pemerintah mencabut PP No 78 tahun 2015 tentang Pengupahan dan Pepres No. 20 tahun 2018 tentang Tenaga Kerja Asing. Perayaan Hari Buruh tahun ini dipusatkan di Istora Senayan Jakarta, di mana dalam perayaan tersebut Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia ( KSPI) bersama Federasi Serikat Pekerja Indonesia (FSPMI) akan mendeklarasikan calon presiden ( capres) yang mendukung buruh pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Edisi Pelangi Nada kali ini, kami akan menghadirkan lagu-lagu berirama keroncong. Sebagai pembuka perjumpaan kali ini, mari kita dengarkan sebuah lagu keroncong berjudul Rindu Lukisan, dibawakan oleh M. Rivani.
demikianlah sebuah lagu keroncong asli yang dibawakan oleh M. Rivani. Sebuah lagu indah yang dibawakan oleh seorang penyanyi lelaki dengan karakter vokal yang khas dan kuat. Lagu Rindu Lukisan bercerita tentang rasa rindu. Rasa rindu yang besar namun tiada daya untuk mengungkapkannya. Rindu Lukisan adalah lagu keroncong lawas yang ditulis dengan syair dan irama yang indah sehingga tidak lekang oleh waktu. Tidak banyak referensi dan informasi yang menceritakan perjalanan karier M. Rivani di dunia hiburan tanah air, khususnya keroncong. Namun sejumlah album musik keroncong milik M. Rivani membuktikan kontribusinya untuk musik keroncong Indonesia, diantaranya Lagu Keroncong Tempo Doloe Vol.2, Lagu Keroncong Tempo Doloe Vol.3 dan Album Emas Keroncong M. Rivani.
anda telah mendengarkan sebuah lagu berjudul Aryati. Sebuah lagu lawas yang masih enak untuk didengarkan. Aryati dicipatkan oleh seorang komposer produktif Indonesia, Ismail Marzuki. Seperti lagu sebelumnya, lagu ini juga merupakan lagu cinta. Bercerita tentang kekaguman kepada seorang wanita. Seperti kutipan syairnya : Aryati, Dikau mawar asuhan rembulan, Aryati, Dikau gemilang seni pujaan....
selain dibawakan dalam gendre keroncong, lagu Aryati juga dibawakan dalam gendre pop. Tidak mengherankan jika lagu lawas ini masih dikenal di kalangan masyarakat pencinta musik Indonesia.
selanjutnya kami hadirkan lagu bernunasa kecintaan dan kebanggaan kepada negara Indonesia berjudul Rayuan Pulau Kelapa yang dibawakan oleh M. Rivani. Acara pelangi nada edisi kali ini kita tutup dengan lagu berjudul Di Bawah Sinar Bulan Purnama.
Pulau Sumba adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Sumba berbatasan dengan Sumbawa di sebelah barat laut, Flores di timur laut, Timor di timur, dan Australia di selatan dan tenggara. Pasola berasal dari kata "sola" atau "hola", yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Pasola merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang dilakukan oleh orang Sumba yang masih menganut agama asli yang disebut Marapu atau agama lokal masyarakat sumba.
Permainan pasola diadakan pada empat kampung di kabupaten Sumba Barat. Keempat kampung tersebut antara lain Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura. Pelaksanaan pasola di keempat kampung ini dilakukan secara bergiliran, yaitu antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya. Menurut cerita rakyat Sumba yang berkembang secara turun temurun, Tradisi Pasola berawal dari kisah seorang janda cantik bernama Rabu Kaba di Kampung Waiwuang yang mempunyai seorang suami bernama Umbu Dulla, salah satu pemimpin di kampung Waiwuang.
Pada suatu hari, Umbu Dulla pamit kepada isterinya untuk pergi melaut bersama dua orang pemimpin adat lainnya yaitu Ngongo Tau Masusu dan Yagi Waikareri. Namun dalam perjalanan, mereka bertiga berubah pikiran dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke selatan pantai Sumba untuk bercocok tanam padi. Oleh karena itu, mereka tidak pulang dalam waktu lama sehingga rakyat mereka menganggap mereka telah meninggal di laut. Rakyat pun mengadakan upacara perkabungan. Dalam keadaan yang demikian itulah, janda cantik dari almarhum Umbu Dula, Rabu Kaba terlibat asmara dengan Teda Gaiparona, seorang laki-laki dari Kampung Kodi.
Sejak peristiwa inilah tradisi pasola dilakukan di Sumba dan Sumba Barat. Tradisi Pasola pun di awali dengan adat nyale. Adat nyale adalah salah satu upacara rasa syukur atas anugerah yang didapatkan, yang ditandai dengan datangnya musim panen dan cacing laut yang melimpah di pinggir pantai. Adat tersebut dilaksanakan pada waktu bulan purnama dan cacing-cacing laut (dalam bahasa setempat disebut nyale) keluar di tepi pantai. Para Rato (pemuka suku) akan memprediksi saat nyale keluar pada pagi hari, setelah hari mulai terang. Setelah nyale pertama didapat oleh Rato, nyale dibawa ke majelis para Rato untuk dibuktikan kebenarannya dan diteliti bentuk serta warnanya. Bila nyale tersebut gemuk, sehat, dan berwarna-warni, pertanda tahun tersebut akan mendapatkan kebaikan dan panen yang berhasil. Sebaliknya, bila nyale kurus dan rapuh, akan didapatkan malapetaka.
Setelah upacara penangkapan nyale sukses yang ditandai dengan banyaknya hasil tangkapan yang kemudian “disidangkan” di hadapan Majlis Para Rato, maka setelah itulah upacara pasola dapat dilaksanakan. Pasola dilaksanakan di lapangan yang luas sebagai “medan pertempuran” dan disaksikan oleh seluruh warga dan wisatawan baik lokal maupun internasional. Setiap kelompok yang terlibat dalam pasola terdiri dari sekitari 100 orang pemuda bersenjatakan sola atau tombak yang terbuat dari kayu berujung tumpul dan berdiameter kira-kira 1,5 cm.
Kedua kelompok pemuda tersebut saling berhadap-hadapan dan saling menyerang layaknya sebuah peperangan sungguhan antara dua kelompok kesatria Sumba. Dalam pelaksanaannya, tradisi pasola tidak jarang memakan korban jiwa. Dalam kepercayaan Marapu, korban yang terjatuh merupakan orang yang mendapatkan hukuman dari para Dewa karena telah melakukan dosa dan kesalahan dan darah yang tercucur dianggap dapat menandakan kesuburan tanah dan tanaman pada musim tanam mendatang. Bagaimana pendengar? Apakah Anda tertarik untuk menyaksikan langsung tradisi Pasola tersebut?. Anda dapat datang langsung ke pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.