Gunung Salak yang terletak di Bogor, Jawa Barat menawarkan banyak tempat eksotis dan berkesan serta bisa menjadi referensi untuk para wisatawan yang mempunyai hobi menelusuri alam . Banyak mitos yang beredar di kalangan masyarakat mengenai misteri kawah Ratu gunung Salak yang terkenal angker . Di luar mitos , taman nasional gunung Salak sampai saat ini masih menjadi tempat wisata favorit dan menjadi icon wisata alam kota Bogor, Jawa Barat. Salah satu tempat yang memiliki pesona eksotis di area gunung Salak adalah pesona kawah Ratu dan menjadi incaran para pecinta alam.
Untuk menuju Kawah Ratu harus menelusuri hutan dan sungai yang cukup jauh. Terdapat 3 alternatif rute untuk sampai kawah Ratu dari Bogor melalui Sukabumi yang bisa anda pilih . Jalur pertama melalui gunung Bunder lewat pasir Reungit dengan jarak sekitar 3,5 Km dan dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih sekitar 2,5 jam. Jalur berikutnya masih melalui arah bumi perkemahan Cidahu-Sukabumi dengan panjang jalur sekitar 4,5 Km. Akses menuju Kawah Ratu memang cukup menantang walupun tidak terlalu terjal karena berada di ketinggian 800-900 meter di atas permukaan laut. Tingkat kerapatan pepohonan masih sangat natural dengan berbagai jenis pepohonan. Dan anda akan mendapati jalur sungai dan lumpur yang menjadi tantangan tersendiri untuk menuju kawah ini.
Kawasan wisata Kawah Ratu masih aktif mengeluarkan asap. Waktu yang tepat untuk mengunjungi kawah ini sebaiknya di pagi hari ketika asap belerang tidak begitu kuat. Jika di sore hari asap yang dikeluarkannya biasanya akan semakin tebal dan kuat. Namun pada kenyataannya masih banyak orang yang ingin berwisata ke kawah Ratu ini , untuk menikmati keindahan alamnya yang memukau.
Pada edisi kali ini, akan sajikan lagu-lagu dari Budi Doremi. Sebagai pembuka, berikut satu lagu berjudul "Do Re Mi". Selamat mendengarkan
Lagu Do Re Mi" dirilis pada tahun 2011, nama Budi Doremi semakin dikenal masyarakat Indonesia. Pesan kesetiaan cinta yang disajikan dengan irama reggae dalam lagu "Do Re Mi" sukses membuat nama Budi Doremi terkenal di Indonesia. Budi Doremi lahir dengan nama Syahbudin Syukur di Serang, Banten, pada tanggal 19 September 1984. Nama panggung "Budi Doremi" diambil dari nama panggilannya yaitu "Budi" dan "Doremi" single pertamanya yang cukup sukses.
Jauh sebelum sukses, Budi Doremi hanyalah seorang penggemar berat berbagai musisi dunia dan Indonesia. Tak hanya menjadi penggemar, Budi Doremi sempat tampil di berbagai panggung, meski kala itu karir bermusiknya tidak banyak berkembang. Hingga suatu hari, Budi Doremi dipertemukan dengan sebuah perusahaan rekaman, dan memberi kesempatan Budi Doremi untuk menggarap karya-karyanya, hingga lahirlah lagu "Do Re Mi" yang membawakannya awal kesuksesan.
berikut kami hadirkan sebuah lagu dari Budi Doremi berjudul "123456". Selamat mendengarkan.
demikianlah lagu “123456" dari Budi Doremi. Setiap karya dan penampilan Budi Doremi pasti selalu terdengar irama ukulele. Ukulele memang menjadi instrumen yang wajib bagi Budi Doremi. Menurutnya, tanpa ukulele, Budi tidak lengkap.
Belakangan ini, wajah Budi Doremi sudah jarang tampil di layar kaca. Bukannya pensiun dari dunia musik, Budi Doremi tengah sibuk dengan kegiatan "Sejarah Lewat Nyanyian", sebuah kampanye sejarah dan budaya ke sekolah-sekolah di berbagai daerah Indonesia sejak 2013. Bersama Kementerian Pariwisata dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Budi Doremi ingin menularkan semangat kepada generasi muda untuk lebih cinta dengan sejarah dan budaya Indonesia.
Banyuwangi memiliki banyak wisata yang potensial. Saat ini, Kabupaten yang berasal di Provinsi Jawa Timur ini sedang memperbanyak fasilitas di beberapa tempat wisata. Tujuannya adalah untuk menjadi kota favorit wisatawan untuk berwisata. Tak hanya itu, Banyuwangi juga mengenalkan banyak kuliner khas mereka yang istimewa. Salah satunya adalah kuliner yang diperkenalkan dalam acara Festival Banyuwangi Kuliner (Bakul) 2018 pada tanggal 12 April lalu. Dalam acara yang digelar rutin setiap tahun sejak 2013 itu, mereka memperkenalkan Ayam Kesrut.
Ayam Kesrut juga biasa disebut dengan Uyah Asem. Kata kesrut sendiri diambil dari cara makan masakan ini yang diseruput atau masyarakat setempat menyebutnya kesrut. Sementara nama Uyah Asem diambil dari rasanya yang asin dan segar asam serta bumbu yang digunakan. Sesuai dengan namanya, kuliner Ayam Kesrut ini berbahan dasar ayam. Kuliner khas Banyuwangi ini umumnya memakai ayam kampung yang masih muda agar rasa yang didapat lebih istimewa.
Ayam Kesrut sebenarnya sudah populer sejak tahun 1950-an. Setelah kedatangan penjajah Jepang, isi makanan ini menjadi semakin beragam. Saat itu Ayam Kesrut tak hanya berisi daging, tapi juga ditambahkan balungan (tulangan) ayam seperti ceker dan sayap. Hal itu karena saat zaman Jepang, masyarakat sulit mencari bahan makanan sehingga mereka membuat masakan dengan bahan makanan yang ada.
Ayam Kesrut memiliki rasa kuah yang gurih dan pedas asam. Rasa gurih ini didapat dari kuah kaldu ayam, sedangkan rasa pedas asamnya dari bumbu yang digunakan. Bumbu-bumbu untuk membuat Ayam Kesrut antara lain cabai, bawang merah, bawang putih, lengkuas, terasi, dan belimbing wuluh. Cara memasaknya tidak terlalu sulit. Mula-mula, rebus ayam hingga empuk. Kemudian tumis bumbu-bumbu hingga harum. Setelah itu, masukan rebusan ayam dalam tumisan bumbu tersebut. Terakhir, masukan belimbing wuluh yang dipotong kecil-kecil agar mendapatkan rasa kuah yang asam.Ayam Kesrut biasany disajikan bersama dengan nasi, lauk puk seperti tahu, tempe atau pepes tahu.
Malaria merupakan suatu penyakit yang penyebarannya melalui gigitan nyamuk yang sudah terinfeksi Parasit Plasmodium. Parasit tersebut hanya disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina. Jika tidak ditangani dengan tepat, maka gigitan nyamuk ini dapat menyebabkan kematian.Setiap tanggal 25 April, masyarakat dunia memperingati Hari Malaria yang ditetapkan oleh World Health Assembly (WHA). Kemudian, penetapan tersebut diratifikasi pada 23 Mei 2007 di Jenewa, Swiss yang dihadiri oleh 192 negara anggota WHO.
Hari Malaria Sedunia (HMS) bertepatan dengan Deklarasi Abuja pada tanggal 25 April 2001 oleh negara-negara endemik malaria. Deklarasi Abuja merupakan persetujuan beberapa negara di Afrika untuk mengalokasikan Angaran Pendapatan dan Belanja Negara-APBN setidaknya 15% untuk meningkatkan kesehatan warga negaranya. Selain itu, 0,7% APBN disumbangkan untuk membantu negara lain di Afrika yang membutuhkan.
di Indonesia sendiri, peringatan HMS baru dilaksanakan sejak tahun 2008. Peringatan HMS memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan komitmen bangsa Indonesia tentang malaria untuk mencapai masyarakat Indonesia bebas malaria 2030. Setiap tahun, Indonesia memiliki tema nasional untuk memperingati HMS. Tahun 2018, tema nasional untuk Hari Malaria adalah “Bebas Malaria, Prestasi Bangsa”.
Terkait pencapaian Indonesia bebas malaria pada tahun 2030 serta untuk mendorong pemerintah dan pemangku kepentingan dalam mempercepat kemajuan program pengendalian malaria, maka diluncurkan kampanye dengan tema "Ready to Beat Malaria" atau “Siap Mengalahkan malaria”. Selain untuk megintervensi pihak-pihak terkait, kampanye ini juga dilakukan demi meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya malaria.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat sepanjang 2017 sekitar 90 persen penyakit infeksi malaria terjadi di daerah endemis tinggi seperti Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor Kemenkes Elizabeth Jane Soepardi mengakui, Kemenkes mencatat sepanjang 2017 telah terjadi 261.617 kasus malaria.
Elizabeth mengatakan pemerintah yaitu Kemenkes telah melatih tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, kader melalui manajemen vektor. Selain itu, telah mendistribusikan kelambu, dan melakukan fogging dinding rumah. Namun, pihaknya menegaskan dibutuhkan kerja sama lintas sektor untuk mengatasi penyakit ini, seperti Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), tentara nasional Indonesia (TNI)/Polri, Kementerian Pariwisata, hingga Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk melakukan langkah membuat parit hingga menutup lubang bekas pertambangan timah atau bekas gunung kapur yang dibangun untuk permukiman seperti terjadi di Bangka Belitung dan Sulawesi Tengah.