Kali ini mengetengahkan topik mengenai Limbah Daun Tembakau Sebagai Bahan Baku Insektisida Alami. insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga. Insektisida dapat memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga pengganggu tanaman.Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida (Zat kimia untuk membasmi berbagai macam hama pertanian). Ada dua jenis insektisida yaitu organik dan anorganik.Insekstisida organik mengandung unsur karbon umumnya bersifat alami diantaranya dapat diperoleh dari limbah daun tembakau. Sedangkan insektisida anorganik tidak mengandung unsur karbon.
peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur, Harwanto, mengatakan ekstrak limbah daun tembakau (Nicotiana Tabacum L.) dapat dipakai sebagai insektisida nabati untuk membasmi ulat bawang merah (Lepidoptera:Noctuidae) yang selama ini merugikan petani. Jawa Timur merupakan salah satu daerah produsen tembakau terbesar di Indonesia, selain Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Sehingga bahan baku berupa limbah tembakau mudah didapatkan.
Harwanto yang melakukan penelitian di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur mengatakan, ekstrak limbah daun tembakau yang mempunyai kandungan nikotin tinggi di Indonesia masih terbatas penelitiannya dan belum banyak diungkap secara mendalam.
Dengan dilakukannya penelitian yang terus dikembangkan, Herwanto berharap keberadaan ulat bawang merah sebagai hama utama tanaman itu semakin berkurang. Penelitan itu juga bertujuan untuk meluaskan penggunaan insektisida nabati yang lebih aman. Mengingat selama ini untuk mengatasi hama tersebut petani pada umumnya masih bertumpu pada insektisida kimia sintetik. Padahal pemakaian kimia sintetik berlebihan akan menimbulkan dampak buruk, yaitu terjadinya pencemaran lingkungan, resistensi, dan musnahnya organisme bukan sasaran.
Pelangi Nada edisi kali ini, akan sajikan lagu-lagu dari Vidi Aldiano. Sebagai pembuka, berikut satu lagu berjudul "Tak Sejalan".
demikianlah lagu berjudul "Tak Sejalan" oleh Vidi Aldiano. Lagu "Tak Sejalan" adalah single terbaru yang dirilis oleh Vidi Aldiano pada awal April 2018. Liriknya bercerita tentang harapan untuk bersama dengan sang pujaan hati. Namun, harapan itu pupus sebab sang pujaan sudah bersama yang lain.
"Tak Sejalan" adalah satu dari enam lagu yang dibuat oleh Vidi Aldiano saat berlibur di Amerika Serikat. Lagu "Tak Sejalan" berangkat dari pengalaman menyaksikan pertunjukan musik di Broadway yang menurut Vidi Aldiano berhasil menyentuh para penontonnya. Karenanya, Vidi ingin membuat musik serupa melalui lagu "Tak Sejalan".selanjutnya mari kita dengarkan lagu "Definisi Bahagia" oleh Vidi Aldiano berkolaborasi dengan Andi Rianto.
demikianlah lagu "Definisi Bahagia" oleh Vidi Aldiano berkolaborasi dengan Andi Rianto. Lagu ini terinsipirasi oleh orang-orang terdekat Vidi Aldiano. Mereka adalah sahabat, keluarga, dan bahkan produser yang sering Vidi temui. Lagu "Definisi Bahagia" Vidi Aldiano dirilis dalam dua versi. Versi pertama bernuansa gembira dan semangat. Sementara itu, versi kedua yang diaransemen ulang bersama Andi Rianto pun bernuansa lebih khidmat.Dalam industri hiburan Indonesia, Vidi Aldiano sudah mengalami berbagai perubahan, baik dari sisi musik dan penampilan. Tidak hanya bermain di depan layar sebagai penyanyi dan aktor, Vidi Aldiano pun juga memberanikan diri menjadi produser musik. Melalui label rekamannya VA Records, Vidi Aldiano ingin mewujudkan mimpinya menjadi seorang pebisnis. Namun tentunya, Vidi tidak akan berhenti menghibur penikmat musik Indonesia.
Kabupaten Badung, Bali, Dinas Pariwisata Kabupaten Badung akan menggelar Festival Budaya Bahari pada bulan Mei 2018. Festival ini berlangsung hampir sebulan penuh.Kabupaten Badung, Bali, merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah akomodasi/hotel terbesar di Indonesia. Kabupaten Badung memiliki banyak objek wisata laut yang sangat indah. Sekarang, Kabupaten Badung berusaha untuk terus meningkatkan kualitas sektor pariwisata di wilayahnya. Salah satu caranya dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan, misalnya Festival Budaya Bahari.Festival Bahari ini merupakan salah satu festival budaya dari tiga festival besar yang rutin diadakan di Badung. Festival besar yang dimaksud adalah Festival Pertanian di Badung Utara, Festival Budaya di Badung Tengah dan Festival Bahari di Wilayah Badung Selatan, serta beberapa festival lain yang diadakan di wilayah kecamatan seperti festival Kuta, Legian, Nusa Dua, Berawa dan masih banyak lagi kegiatan budaya yang rutin diadakan tiap tahun.Untuk tahun 2018 ini, Festival Budaya Bahari akan digelar di Pantai Pandawa Kuta Selatan pada tanggal 9 Mei 2018. Tahun ini, festival bahari mengusung tema “Offering to The Sea”, yang merupakan bentuk penghormatan dan persembahan bagi laut dan isinya agar senantiasa dalam keadaan seimbang dan harmonis sesuai dengan konsep Tri Hita Karana.
Konsep Tri Hita Karana terdiri dari tiga yaitu Tri berarti tiga, Hita berarti kebahagiaan atau sejahtera dan Karana artinya sebab atau penyebab. Jadi, Tri Hita Karana berarti tiga penyebab hubungan harmonis dan kebahagiaan yang seimbang dan saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya. Antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan alam dan antara manusia dengan sesamanya atau hubungan sosial.
Kali ini festival akan diisi dengan berbagai kegiatan besar yang dilaksanakan secara bergantian, seperti kegiatan Bali fishing Tournament, Surfing competition, Dragon Boat Competition, Beach soccer Tournament, Badung Bali Aerial Competition (BABAC), Underwater Photo Competition, Bali Blues Festival, Tradisional Jukung Parade, Food Festival dan lain sebagainya.
Untuk acara Grand Opening tahun ini menampilkan pagelaran Badung International Art Carnival (BIAC) yang diikuti oleh peserta dari Luar negeri dan peserta karnaval dari berbagai wilayah di Indonesia seperti Jember, Malang, Cirebon, Salatiga, Palu, Gorontalo, dan Banyuwangi. Badung International Art Carnival untuk pertama kalinya digelar di Kabupaten Badung, merupakan cikal bakal dari agenda kegiatan karnaval yang akan rutin digelar di Bali khususnya Kabupaten Badung.
Pada acara Grand Opening di Pantai Pandawa ditampilkan tari nelayan kolosal yang diikuti oleh 200 penari anak-anak dari tingkat SMP se kecamatan Kuta Selatan, dan juga akan digelar atraksi Kendang Bebarungan “Ketug Gumi” dari Institut Seni Indonesia Denpasar yang menurunkan 250 orang penabuh kendang. Parade akan digelar pada sore hari dengan diawali oleh kendaraan hias yang bertemakan Laut dan isinya.
Festival Budaya Bahari ini digelar bertujuan untuk menunjukkan pada dunia bahwa Kabupaten Badung sangat dekat dengan dunia bahari. Dengan memperkenalkan kekayaan laut Kabupaten Badung pada wisatawan, diharapkan di masa yang akan datang potensi pendapatan daerah, khususnya yang dimiliki oleh nelayan dan masyarakat pantai, bisa lebih bersinergi dengan dunia pariwisata.Budaya bahari yang diwariskan turun-temurun sejak zaman nenek moyang harus terus dijaga dan dilestarikan eksistensinya. Festival Budaya Bahari 2018 diharapkan bisa membuat masyarakat semakin mencintai laut dengan segala potensinya sehingga akan terus bisa dirasakan manfaatnya oleh generasi-generasi selanjuthya.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tradisi dari Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu Tradisi Batu Pemali. masyarakat Kabupaten Belu dan Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT), melakukan Tradisi Batu Pemali setiap tahunnya di bulan Juli hingga November. Tradisi ini berupa sebuah ritual pemotongan hewan. Biasanya hewan yang dijadikan persembahan adalah kerbau dan ayam. Selain itu, dalam ritual ini juga mempersembahkan beberapa daun sirih dan pinang.
Tradisi Batu Pemali merupakan sebuah ritual persembahan yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih kepada para leluhur dan Sang Pencipta. Persembahan ini dilakukan di tempat pemali, seperti Ksadan Lulik (batu pemali) yang berada di puncak Gunung Mandeu, Kecamatan Raimanuk, Desa Faturika. Lokasi ini dapat ditempuh selama dua jam dari Kota Atambua.
menurut kepercayaan masyarakat Belu, roh leluhur dan alam sangat kental hubungannya. Mereka yakin jika leluhur mendiami sebuah media di alam semesta ini. Salah satunya yaitu di Batu Pemali yang terdapat di hutan adat dan tempat-tempat pemali. Batu Pemali atau Ksadan Lulik ini berbentuk susunan batu yang ditata rapi dalam lingkaran bulat setinggi satu meter atau lebih. Dapat dikatakan jika Batu Pemali ini menyerupai punden berundak.
ritual ini diawali dengan mengucapkan sumpah atau janji adat. Setelah mengucap sumpah, peserta ritual diminta untuk tidak melanggar, sebab akan berdampak buruk bagi yang melanggar. Oleh karena itu, pengucapan sumpah ini harus mendapat kesepakatan terlebih dahulu dari para kepala adat.Dalam Tradisi Batu Pemali ini, Kepala Suku Belu beserta warganya wajib hadir sehingga semua dapat menyaksikan dan mendengar aturan yang disepakati. Setelah ritual sumpah, persembahan diletakkan di susunan batu yang menyerupai punden berundak. Tempat ini merupakan tempat utama untuk meletakkan persembahan. Kemudian setelah meletakkan persembahan, peserta ritual bergotong royong membersihkan makam leluhur.