Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu berirama Melayu, yang dibawakan oleh Al Rizal. Untuk membuka perjumpaan kali ini, kita dengarkan sebuah lagu melayu berjudul Bunga Seroja.
Seroja adalah nama bunga. Menurut wikipedia, di Indonesia bunga seroja sering juga disebut bunga teratai. Seroja menjadi judul sebuah lagu melayu yang diciptakan oleh Husein Bawafie dan Said Effendi pada tahun 1950-an. Meskipun merupakan lagu lawas, namun lagu ini seolah tidak lekang oleh waktu. Lagu ini merupakan salah satu lagu melayu yang cukup populer di Indonesia. Lirik lagu Seroja ditulis seperti pantun. Hal itu dapat dilihat dengan adanya pengulangan kata, atau ungkapan pendek. Lagu Seroja berisi ajakan kepada seorang gadis remaja yang sedang bersedih karena asmara, agar dia kembali tersenyum. Seperti syair melayu pada umumnya, lagu ini mengandung nasehat atau kata-kata bijak. Misalnya, Mengapa kau bermenung oh adik berhati bingung, janganlah engkau percaya dengan asmara...Sekarang bukan bermenung, mari bersama oh adik memetik bunga...
hampir sama dengan lagu sebelumnya, lagu Fatwa Pujangga merupakan salah satu lagu melayu lawas yang populer di kalangan masyarakat Indonesia, juga di negeri rumpun melayu. Lagu ini merupakan karya Said Effendi. Lagu ini dibawakan dengan sangat baik oleh Al Rizal. Karakter vokalnya yang kuat membuat lagu di enak untuk didengarkan. Lagu Fatwa Pujangga sendiri adalah sebuah lagu yang bercerita tentang surat yang ditulis dengan indah bagaikan fatwa pujangga. Lagu ini juga mengisahkan kasih tak sampai. Seperti yang diungkapkan dalam syairnya : Kan Kusimpan suratmu yang itu, bak pusaka yang sangat bermutu. Walaupun kita tak pernah bersua, sayang, cukuplah sudah tandamu setia....Selain Al Rizal, lagu ini juga telah dibawakan oleh penyanyi-penyanyi melayu lainnya salah satunya Eddy Silitonga.// Wati
Vegetarian atau Vegan secara umum dipahami sebagai pola makan yang tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari makhluk hidup seperti daging, unggas, ikan atau hasil olahannya. Pola makan seperti ini telah menjadi gaya hidup tren masa kini. Para vegetarian, sebutan untuk orang yang menerapkan gaya hidup ini mempunyai berbagai alasan untuk memilih tren ini. Yang paling sering adalah karena gaya hidup ini terbukti secara ilmiah bisa menyehatkan dan bahkan bisa menyembuhkan berbagai penyakit degenerative kronis seperti jantung, diabetes, kanker usus, darah tinggi dan lain-lain. Selain itu gaya hidup vegetarian juga dilakukan untuk diet menurunkan berat badan. Menurut data Indonesia Vegeterian Society (IVS, pelaku vegan di Indonesia mencapai dua juta orang. The Global Vegetarian Index, indeks vegetarian global dari 183 negara mengungkapkan Indonesia berada di posisi ke 16 negara ramah pelaku vegan. Untuk memperkenalkan gaya hidup sehat ini, sebuah even dengan nama “Vegan Culinary Festival 2018” akan diselenggarakan pada minggu ini.
Indonesia Vegetarian Society (IVS) akan menyelenggarakan Vegan Culinary Festival di Tribeca Central Park Mall, Jakarta Barat dari tanggal 23 sampai 25 Maret 2018. Acara tersebut termasuk dalam rangkaian acara ‘Earth Day Vegan Festival & Forum 2018’. Festival kuliner vegan ini bertujuan untuk memperkenalkan serta mempromosikan aneka makanan vegan nusantara yang menjadi bagian penting dalam industri pariwisata. Terutama untuk menarik minat wisatawan mancanegara ke Indonesia, khususnya komunitas vegan dari seluruh dunia. Vegan Culinary Festival 2018 membidik segmen wisatawan dari komunitas vegetarian. Ajang ini juga diharapkan bisa memperkenalkan dan mempromosikan aneka makanan berbasis nabati nusantara kepada wisatawan. Kementerian Pariwisata sangat mendukung terselenggaranya Vegan Culinary Festival 2018 mengingat segmen wisatawan yang memerlukan layanan vegetarian cukup tinggi. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I Gde Pitana Brahmananda dalam jumpa pers di Jakarta mengatakan bahwa Vegan Culinary Festival ini penting karena ini kesempatan bagi kita menunjukkan Indonesia yang kaya dengan herbal dan tumbuh tumbuhan yang memang sangat cocok untuk acara ini. Tentu ini menjadi material dasar makanan vegetarian. I Gde Pitana mengungkapkan, wisatawan dari komunitas vegetarian dan vegan di Indonesia dan mancanegara semakin banyak dan terus berkembang, sehingga mendorong tumbuhnya rumah makan vegetarian dan vegan yang kini menjamur di berbagai kota dan daerah di Indonesia. Lebih dari 1000-an rumah makan vegetarian dan vegan baik yang berskala besar seperti restoran hingga warung kaki lima tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Bahkan, banyak rumah makan non-vegetarian atau vegan juga menyediakan menu khusus vegetarian termasuk hotel, tempat wisata, hingga kantin sekolah. Sementara itu, Sekjen IVS sekaligus Sekjen World Vegan Organization dan Presiden Yayasan Tempe Internasional, Susianto mengatakan festival kuliner vegan ini dapat menjadi media untuk memperkenalkan kepada masyarakat pola makan sehat terutama dari bahan makanan kacang-kacangan.
Vegan Culinary Festival 2018 akan menyajikan kuliner vegan nusantara, dan dimeriahkan dengan berbagai acara menarik, seperti Mr & Miss Vegan Indonesia, Green Speech Competition, Fashion Show dengan material dasar barang bekas, Parenting & Vegan Talk Show, Flash Mob oleh INLA (International Nature Loving Association), serta Art Performance & Entertainment. Acara ini juga mengundang perwakilan sepuluh negara untuk hadir dan berbagi pengetahuan mengenai vegan. Dalam ajang ini akan ada 168 menu makanan untuk vegan. Mulai dari empek-empek, rendang, bakso hingga sate yang khusus dibuat untuk vegan. Tahun ini, IVS akan menggelar juga Indonesia International Vegan Festival & Forum 2018 pada 13-15 April 2018 di Neo Soho Mall di Jakarta Barat.
Perpaduan rasa asin, manis, asam dan pedas ada dalam sepiring sate bulayak. Sate khas Lombok ini adalah sajian yang wajib Anda coba saat menjelajah kawasan Nusa Tenggara Barat. Sate bulayak menggunakan sapi sebagai bahan utamanya. Biasanya penjaja memberikan pilihan sate daging, jeroan, atau campur. Ada juga yang menyajikan pilihan daging ayam.
Racikan bumbu sate bulayak mengandung rempah-rempah Suku Sasak. Buah asam Sumbawa adalah salah satu yang membuat special rasanya.
Bumbu sate bulayak dibuat dari kacang tanah sangrai yang ditumbuk dan direbus bersama bumbu dapur. Rempah lain seperti bawang merah dan bawang putih, ketumbar, lengkuas, terasi, cabai, dan jintan juga digunakan dalam bumbu sate.
Bumbu tersebut dihaluskan lalu digoreng, dimasak dengan santan hingga mengental. Hasil akhirnya mirip bumbu kari berwarna oranye.
Di Nusa Tenggara Barat ini, menyebut sate bulayak saja langsung teringat Kecamatan Narmada, tempat asal kuliner ini. Memang banyak yang bukan dari daerah aslinya membuat sate bulayak tapi rasanya kurang enak dan biasanya bumbunya encer, sementara satenya dibakar, diberi perasan jeruk nipis dan sambal setelah matang.
Selain bumbu khas Lombok, bulayak, pendamping sajian lainnya yang mirip lontong dan ketupat merupakan ciri khas masakan kaya cita rasa ini.
Bulayak dibuat dari beras ketan dan santan. Dibungkus menggunakan daun pohon enau, sehingga meninggalkan aroma daun yang menambah sedap. Daun ini dililit melingkar, memudahkan penikmat sate menyantapnya. Tekstur bulayak padat namun terasa lembut dan gurih di lidah.
Bentuknya memanjang ramping sekitar 12 sentimeter. Seporsi sate biasanya dilengkapi enam buah bulayak yang disajikan terpisah.
Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi keroncong pria Indonesia, Bram Aceh.
Mawar Sekuntum merupakan lagu keroncong asli. Mawar Sekuntum adalah sebuah perumpamaan untuk sosok wanita yang diidamkan. Lirik dalam lagu ini ditulis dengan menggunakan kalimat-kalimat yang puitis.Seperti: Bilakah kuncup mawar indah mekar, lama sudah aku menanti ingin memetik sekuntum. Dikala cahya senja kemerah-,merahan tertiup angin pasang merayu kesuma...
sebagian besar lagu keroncong asli merupakan lagu lawas. Karena itu lagu Mawar Sekuntum juga telah dinyanyikan oleh banyak penyanyi, termasuk Bram Aceh. Penyanyi lelaki yang berasal dari Aceh atau tanah rencong ini mempunyai karakter vocal yang kuat. Kepiawaiannya membawakan lagu terutama lagu keroncong tidak perlu diragukan lagi. Sehingga julukan sebagai Bapak Keroncong Indonesia pun diberikan kepadanya.
lagu ini diciptakan oleh R. Maladi. Keindahan bulan purnama sering kali diangkat dalam berbagai cerita maupun syair lagu. Seperti judulnya lagu ini bercerita tentang indahnya malam di kala bumi diterangi bulan purnama. Sinar bulan purnama tak hanya memberi cahaya namun juga menghilangkan rasa susah di hati. Seperti kutipan lirik lagu ini: di bawah sinar bulan purnama, hati susah tak dirasa, gitar berbunyi riang gembira, jauh malam dari petang....
Pendengar, pada tahun 1955 Bram Aceh meraih juara 1 pada Lomba Keroncong Jakarta Raya. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1980 Bram Aceh juga memenangkan Lomba Keroncong Tempo Doeloe se-Jabodetabek. Dia juga sering tampil di stasiun Televisi Nasional – TVRI, dalam acara Hawaian Senior sebulan sekali. Selain itu, Bram juga sering tampil dalam acara Aneka Keroncong bersama OK Gita Pusaka, Telerama dan Dari Masa ke Masa.
Bram Aceh melahirkan generasi-generasi berbakat di dunia musik Indonesia, seperti Harvey Malaiholo, Irma June dan Glen Fredly. Para penyanyi ternama Indonesia tersebut merupakan cucu dari Bram Aceh. Bram Aceh meninggal pada tanggal 8 Mei 2001 di Jakarta karena faktor usia. Kita akhiri pelangi nada edisi kali ini dengan lagu berjudul Tanah Airku dan Terkenang-kenang yang dibawakan oleh Bram Aceh.