Edisi kali ini, kami akan menghadirkan lagu-lagu dari daerah Sumatera Selatan.Tetaplah bersama kami di RRI World Service Voice of Indonesia yang bisa anda dengar melalui shortwave di 9525 kHz, live streaming di www.voinews.id atau melalui aplikasi RRI Play dan rriworldservice di telpon pintar anda.kita buka perjumpaan kali ini dengan sebuah lagu dari daerah Sumatera Selatan berjudul “Empek-Empek Lenjer” yang dibawakan oleh Karel Simon.
demikianlah sebuah lagu berjudul “Empek-Empek Lenjer” yang dibawakan olek Karel Simon. Selain terkenal dengan Jembatan Ampera, Sumatera Selatan juga memiliki kuliner yang enak dan terkenal yaitu Empek-empek. Jenis kuliner ini juga ada beberapa diantaranya, empek-empek Lenjer, Kapal Selam, Kulit dan adaan. Seperti judulnya, lagu yang baru kita dengarkan bercerita tentang empek-empek Lenjer. Selain menggambarkan bentuk empek-empek lenjer yang panjang seperti lengan, cara memasaknya, dan ekspresi orang saat menikmati lezatnya empek–empek lenjer. Sebuah lagu riang yang dibawakan oleh Simon Karel. Lirik lagu ini juga mengatakan siapapun yang melihat kuliner ini, pasti ingin mencobanya.selanjutnya kita dengarkan sebuah lagu dari daerah Sumatera Selatan berjudul “Sayang Selayak” di bawakan oleh Hera Sofyan.
demikian lagu berjudul “Sayang Selayak” dibawakan oleh Hera Sofyan. Lagu ini bercerita tentang laki-laki yang mencari nafkah dengan cara berniaga dari desa ke desa, layaknya burung yang mengembara mencari sumber makanan. Lagu ini adalah salah satu lagu pop daerah yang cukup populer dikalangan masyarakat Sumatera Selatan atau dikenal sebagai Bumi Sriwijaya ini. syair dan musik yang mengiringi lagu ini juga mendapat pengaruh dari musik melayu.Pelangi Nada edisi kali ini kita tutup dengan lagu berjudul “Ting Berdenting” dibawakan oleh Karel Simon dan lagu berjudul “Ribu-ribu “yang dibawakan oleh Hera Sofyan. Sampai jumpa pada Pelangi Nada edisi berikutnya.//
Pelangi Nadakali ini, VOI akan menghadirkan lagu-lagu pop nostalgia dari Nunung Wardiman.Mengawali perjumpaan, saya putarkan sebuah lagu berjudul “Surat Undangan”.
perempuan bernama lengkap Nunung Yulianti Wardiman ini dikenal sebagai salah satu penyanyi jazz wanita terbaik di Indonesia. Namanya mulai dikenal sejak ia merilis dua seri album “Nada & Improvisasi” tahun 1981.
Lagu “Surat Undangan” yang telah anda dengar terdapat dalam album “Nunung Wardiman”. Album yang dirilis pada tahun 1983 itu berisikan 12 lagu di dalamnya. Lagu “Surat Undangan” diciptakan oleh Julius Fioole. Lagu ini bercerita tentang suatu hari, seorang perempuan mendapat surat dari mantan kekasih yang masih dicinta. Sayang, surat tersebut berupa undangan pernikahannya sang mantan. Pendengar, mari kita dengarkankembali lagu lainnya dari Nunung Wardiman berjudul “Sepanjang Jalan Kenangan”. Selamat mendengarkan...
demikian lagu berjudul “Sepanjang Jalan Kenangan” yang dinyanyikan oleh Nunung Wardiman. Lagu ini juga masih terdapat dalam album “Nunung Wardiman”. Memang album tersebut ingin menghadirkan sosok Nunung yang seorang penyanyi jazz membawakan lagu-lagu pop hits di era 1960-1970an. Lagu-lagu pop tersebut berhasil dibawakan oleh Nunung dengan sentuhan jazz. Salah satunya adalah lagu “Sepanjang Jalan Kenangan” ciptaan Is Haryanto ini. Pendengar, demikian Pelangi Nada hari ini. Menutup perjumpaansaya hadirkan dua buah lagu lainnya dari album “Nunung Wardiman” berjudul “Layu Sebelum Berkembang” dan “Senja Di Batas Kota”.
Tanggal 12 April diperingati sebagai “Hari Bawa Bekal Nasional”. Hari bawa bekal nasional awalnya ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional RI, BPOM, dan salah satu produk terkenal dari peralatan rumah tangga pada tahun 2013. Tujuannya, agar timbul kesadaran akan pentingnya kesehatan anak Indonesia. Penetapan hari bekal nasional menjadi tonggak awal untuk mencapai kesehatan yang merata bagi anak – anak seluruh Indonesia. Hal tersebut didukung dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 39/2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Salah satu isinya di pasal 3 menyatakan, materi pembinaan kesiswaan meliputi kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi. Hal ini meliputi antara lain Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat; Melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS), meningkatkan kesehatan reproduksi remaja, melaksanakan pengamanan jajanan anak sekolah.
Tujuan terhadap kesehatan dalam memperingati hari bawa bekal nasional, selaras dengan peringatan hari kesehatan Internasional pada 7 April 1950, dimana WHO menentukan tema “From Farm to Plate Make Food Safe”.- "Dari Pertanian ke Piring Membuat Makanan Aman". Hari Kesehatan Dunia diselenggarakan untuk memperingati pendirian WHO dan dipandang sebagai kesempatan menarik perhatian dunia untuk menyadari masalah-masalah besar kesehatan global setiap tahunnya.
Di Indonesia, sejak zaman dulu budaya memberikan bekal makanan kepada anak masih sering dilakukan di daerah perkotaan. Di daerah pedesaan pun seperti petani maupun nelayan membawa bekal makanan dan minuman dalam bekerja.
Namun, sekarang mulai bergeser karena kesibukan dan pengaruh makanan cepat saji. Lalu, kenapa penting membawa bekal? Menurut data penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) 2009 – 2013 sebanyak 99% anak sekolah selalu jajan. 59% - 70% jajanan di lingkungan tidak higienis, sehingga edukasi untuk membawa bekal yang bersih dan sehat berguna untuk mencegah anak – anak untuk jajan sembarangan. Membawa bekal berarti bertanggung jawab secara langsung dalam pemilihan dan pengolahan makanan, bahan – bahan yang digunakan juga pasti aman dan sehat. Selain itu, survei resiko kesehatan dasar menunjukkan masih banyak penduduk Indonesia kurang konsumsi buah dan sayur tiap hari dalam proporsi Rumah Tangga melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, sehingga ada baiknya untuk menyediakan bekal yang disertai sayur dan buah.
dengan membawa bekal, masyarakat bisa melakukan pola hidup sehat karena bekal dibuat sendiri sehingga dari segi kebersihan dapat terjamin dan bahan yang diolah dari bahan-bahan yang dipilih sendiri. Selain itu dengan membawa bekal bisa menghemat dari segi finansial. Dan yang pasti bisa mengurangi sampah bekas makanan, karena tempat makanan yang dibawa bisa dipakai kembali.
Di tengah banyaknya makanan yang tidak bisa dipastikan kebersihan dan gizinya, bekal bisa jadi solusi, utamanya buat anak-anak. Selamat Hari Bawa Bekal Nasional.Demikianlah edisi Warna Warni untuk hari ini. Kita jumpa lagi dalam acara yang sama dengan tema tema menarik lainnya.
setiap penyelenggaraan industri baik tradisional maupun modern, hampir selalu berhadapan dengan masalah limbah. Limbah yang tidak ditangani secara tepat, akan merusak lingkungan di sekitarnya. Hal ini sering dialami oleh produsen tepung tapioka, tempe, tahu dan lain-lain.Atas dasar hal tersebut, dua mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Rahmatusyifa dan Muflihah Dini, mengembangkan plastik ramah lingkungan dari limbah tempe. Plastik kemasan dari limbah tempe ini mudah terurai.
Menurut Rahma, limbah dari proses pembuatan tempe mengandung polimer protein yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan packaging. Pembuatan packaging tersebut cukup mudah dan tidak memerlukan alat yang rumit.Pembuatan tempe menghasilkan limbah yang berupa cairan dan kulit ari. Keduanya diambil bagian proteinnya kemudian dihancurkan dan dicampur bahan tambahan untuk membuat gel. Hasilnya berupa lempengan plastik yang elastis dan mudah terdegradasi di alam.Plastik yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengganti bungkus tempe yang biasanya dari daun pisang. Hal ini meminimalisir kerusakan tempe dan tidak mudah tercemar dan tahan lama. Tidak hanya tempe, plastik ini juga bisa dimanfaatkan untuk membungkus bahan pangan lainnya.
Rahma berharap inovasi ini dapat bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik di masyarakat, terutama untuk kehidupan hewan laut. Karena, banyak hewan laut mati karena memakan sampah plastik yang terbawa sampai ke laut. Selain itu, biaya untuk mengelola limbah plastik juga mahal. Selain itu, produsen tempe pun memperoleh dua keuntungan dari produk tempe yang dibuatnya.
Rahma menambahkan, plastik limbah tempe ini masih perlu disempurnakan. Salah satunya proses pengolahannya yang harus dipersingkat dan tidak membutuhkan biaya mahal agar tempe yang menggunakan packaging dari limbah tempe ini tetap murah dan terjangkau di masyarakat.