Pesona Indonesia kali ini, akan memperkenalkan kepada anda kuliner khas Bali yaitu Bubur Mengguh.Pulau Bali tidak hanya dikenal kaya akan wisata budaya dan wisata alamnya tapi juga kaya akan wisata kulinernya yang menggoda selera. Salah satu kuliner Bali yang wajib anda cicipi ketika berkunjung adalah Bubur Mengguh. Bubur Mengguh ini adalah bubur khas Bali yang berasal dari Desa Teja Kula, Buleleng, Bali Utara. Biasanya, kuliner ini disajikan saat upacara adat. Namun kini, bisa disantap setiap hari.
Bubur Mengguh atau yang disebut juga bubur Mangguh atau Mungguh, terbuat dari beras, daun salam, santan kental, dada ayam, sayur-sayuran, dan kacang tanah yang sudah digoreng. Selain bahan-bahan tersebut, bumbu yang harus dihaluskan adalah bawang putih dan bawang merah, cabai merah, kunyit yang dibakar, kemiri, merica, ketumbar, dan garam. Bumbu-bumbu tersebut dihaluskan dan dijadikan perasa juga sebagai penyedap dari bubur ini. Kemudian bubur disajikan dengan ayam suwir yang dibumbui lalu disiram kuah ayam kental dan urap sayur yang disajikan terpisah. Bubur khas Bali ini punya kekhasan yang berbeda dengan bubur lainnya, yaitu urap. Urap adalah campuran sayuran mentah yang dikombinasikan dengan kelapa parut dan citarasa dari bumbu-bumbu khasnya. Urap terdiri dari kelapa parut yang sudah setengah tua, kacang panjang, bawang putih, cabai merah, terasi, kencur, gula merah, dan daun jeruk.
saat disantap, Bubur Mengguh punya citara rasa yang komplit. Ada perpaduan rasa gurih dan sedikit pedas yang dikombinasikan dengan renyahnya sayur urap. Biasanya, masyarakat Bali menyantap bubur ini pada pagi hari untuk sarapan. Bubur ini juga sangat cocok jika disantap saat cuaca dingin. Anda bisa menemukan penjual Bubur Mengguh hampir di setiap sudut kota Bali. Harganya pun relatif terjangkau, sekitar Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000 per porsi.
VOI KOMENTAR Setelah tragedi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air di perairan Kepulauan Seribu Sabtu (9/1), bencana lainnya seperti datang susul menyusul di berbagai daerah di Indonesia. Gempa bumi terjadi di Sulawesi Barat persisnya Mamuju pada 15 Januari dengan magnitudo 6,2, menghancurkan berbagai bangunan termasuk kantor gubernur Sulawesi Barat dan menyebabkan puluhan orang meninggal dunia. Kemudian disusul dengan banjir yang melanda hampir seluruh provinsi Kalimantan Selatan sehingga mengakibatkan ratusan ribu warga terpaksa mengungsi ke daerah yang lebih aman. Sehari kemudian, pada 16 Januari terjadi erupsi gunung Semeru di Jawa Timur. Lava yang keluar dari bibir gunung tentu saja perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan korban jiwa. Yang pasti, erupsi tersebut menambah panjang kondisi kebencanaan yang harus diwaspadai dan diantisipasi di berbagai daerah di Indonesia.
Selain itu, yang masih masih terus memprihatinkan adalah serangan Pandemi Covid19. Di Indonesia jumlah mereka yang terinfeksi virus Covid19 masih terus meningkat. Proses vaksinasi memang telah mulai berjalan. Dimulai dari tenaga kesehatan yang mendapat giliran pertama untuk divaksin, dikuti oleh rakyat Indonesia yang lainnya sesuai urutan prioritas. Meski perlu waktu, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang banyak dan kondisi geografisnya yang terbentang luas dengan begitu banyak pulau, diharapkan proses vaksinasi yang sudah direncanakan oleh pemerintah bisa berjalan lancar. Dengan demikian, secara bertahap pandemi Covid19 dapat diatasi.
Kondisi kebencanaan bukanlah hal yang baru di Indonesia. Posisi Indonesia yang disebut berada di wilayah Cincin Api, karena dikelilingi gunung-gunung berapi aktif, memang membuat tanahnya sangat subur. Namun disaat yang sama hal ini menyimpan potensi kegempaan dan letusan gunung api yang kadang cukup dasyat. Begitu juga dengan banjir, bukan kebencanaan yang baru kali ini terjadi di Indonesia.
Kesiapan Indonesia menghadapi bencana ditentukan oleh rangkaian langkah antisipasi baik oleh pemerintah maupun masyarakat. Prosedur tetap evakuasi dan edukasi sejak awal akan menentukan jumlah masyarakat yang berhasil dimitigasi dalam sebuah kondisi bencana. Sarana dan prasarana kebencanaan pun sudah disiapkan di daerah yang rawan bencana. Seperti sirene penanda datangnya gempa dengan magnitude tertentu atau kesiapan lokasi pengungsian dan sebagainya. Tiap daerah di Indonesia sudah memiliki Badan Penanggulangan Bencana yang diharapkan mampu bergerak sinergis dengan masyarakat maupun berbagai lembaga bantuan yang datang dari dalam maupun luar negeri saat menangani bencana.
Baik gempa di Mamuju, maupun banjir di Kalimantan Selatan memang masih menimbulkan korban jiwa yang tentunya tidak diharapkan. Tampaknya meski siap secara infrastruktur, masyarakat Indonesia masih belum benar-benar sadar dan terlatih menghadapi bencana yang tak pernah diketahui kapan datangnya. Merupakan tanggung jawab semua orang untuk membangun kesadaran itu. Semoga apa yang terjadi di awal tahun 2021 ini menjadi pengingat bagi semua warga untuk semakin waspada dan siap menghadapi bencana, apapun itu.
Hari Ini dalam Sejarah. Kami awali dengan peristiwa 18 Januari 1919- Pembukaan konferensi perdamaian di Paris.
Konferensi Perdamaian Paris tahun 1919 adalah konferensi yang dilaksanakan oleh pemenang Perang Dunia I untuk menegosiasikan perjanjian perdamaian antara Sekutu dan Blok Sentral yang telah kalah. Konferensi ini dibuka di Istana Versailles pada tanggal 18 Januari 1919.// Konferensi tersebut melibatkan diplomat dari 32 negara, dan keputusan utamanya adalah pembentukan Liga Bangsa-Bangsa dan lima perjanjian damai dengan negara-negara yang kalah; pemberian hak milik Jerman dan Ottoman di luar negeri sebagai mandat , terutama kepada Inggris dan Prancis.//
Kita beralih ketanggal 18 Januari 1964- The Beatles tampil dalam tangga lagu majalah Billboard untuk pertama kalinya.
The Beatles tampil dalam tangga lagu majalah Billboard untuk pertama kalinya pada 18 januari 1964. Grup musik ini pun dinobatkan sebagai musisi rock tersukses tahun 60-an. The Beatles adalah salah satu grup musik rock paling awal sekaligus paling berpengaruh di era modern. Beranggotakan John Lennon, Paul McCartney, George Harrison, dan Ringo Starr. The Beatles dipandang sebagai perwujudan ide-ide progresif, berpengaruh terhadap revolusi sosial budaya dekade 60-an .//
Kami akhiri dengan tanggal 18 Januari 1966- demonstrasi besar mahasiswa atas ketidakpuasan penanganan gerakan 30 September
Usai terjadinya gerakan 30 September 1965 Partai Komunis Indonesia (PKI), masyarakat kecewa dan marah karena pemerintahan Presiden Soekarno tidak banyak mengambil tindakan serta ekonomi nasional memburuk. Akhirnya muncullah gerakan-gerakan demonstrasi menuntut pembubaran PKI beserta organisasi massanya serta menuntut tokoh-tokoh PKI diadili sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Hingga pada tanggal 18 Januari 1966 terjadi demonstrasi besar besaran yang dilakukan pemuda, pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam Front Pancasila menuju ke Gedung Sekretariat Negara menuntut perubahan ekonomi oleh pemerintah
VOI PESONA INDONESIA Uwi adalah sejenis umbi-umbian yang bisa dimakan. Warnanya putih dan berserabut. Tanaman ini begitu populer di Nusa Tenggara Timur. Sebelum mengenal tanaman padi, warga petani di seluruh Manggarai Raya, Nusa Tenggara Timur sudah mengenal tanaman uwi sebagai makanan pokok. Sebagai makanan pokok, awalnya masyarakat setempat mengolah tanaman uwi yang tumbuh di hutan. Kini, warga petani sudah menanam tanaman uwi yang tersebar di seluruh ladang di kampung di Manggarai Raya. Selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok, uwi juga dimanfaatkan sebagai bahan utama ritual Kewur uwi.
Ritual Kewur Uwi merupakan ritual tahunan yang diwariskan leluhur di seluruh warga kampung Paua, Mangarai Raya. Ritual Kewur Uwi merupakan tanda dimulainya panen padi ladang yang tersebar di lereng dan bukit di sekitar kampung. Padi di ladang tak bisa panen apabila belum dilaksanakan ritual Kewur Uwi. Seluruh petani di Kecamatan Elar Selatan taat terhadap ritual ini. Ritual Kewur Uwi dilaksanakan setiap April dalam kalender pertanian dari warga setempat. Ritual ini digelar secara massal di seluruh kampung di kecamatan Elar Selatan. Warga setempat menggelarnya satu hari saja dan digelar dari rumah ke rumah.
Saat Ritual Kewur Uwi, tanaman uwi dibakar untuk disajikan. Tidak hanya uwi saja yang disajikan, warga setempat juga menyajikan ghan rupang. Ghan Rupang merupakan makanan yang dibungkus dengan daun bambu muda. Rupang merupakan makanan tradisional dari berbagai suku di wilayah Kecamatan Elar Selatan. Rupang selalu dihidangkan saat dilangsungkan ritual kewur uwi. Sebelum uwi dan rupang dinikmati, tetua adat akan mendoakan makanan tersebut. Saat ritual kewur uwi berlangsung, perempuan dilarang makan. Selain itu, warga dilarang menabuh gendang dan gong di rumah adat setempat. Menabuh gendang dan gong bisa dilaksanakan apabila ritual tersebut sudah selesai. Selain tanda dimulainya panen padi, Ritual Kewur Uwi merupakan warisan leluhur warga Elar Selatan untuk menghormati alam semesta, nenek moyang maupun Sang Pencipta kehidupan yang memberikan makanan pokok bagi warga setempat sebelum mengenal nasi. Hingga kini ritual tersebut terus dilestarikan dan bahkan menjadi daya tarik wisata di Manggarai Raya.
Uwi adalah sejenis umbi-umbian yang bisa dimakan. Warnanya putih dan berserabut. Tanaman ini begitu populer di Nusa Tenggara Timur. Sebelum mengenal tanaman padi, warga petani di seluruh Manggarai Raya, Nusa Tenggara Timur sudah mengenal tanaman uwi sebagai makanan pokok. Sebagai makanan pokok, awalnya masyarakat setempat mengolah tanaman uwi yang tumbuh di hutan. Kini, warga petani sudah menanam tanaman uwi yang tersebar di seluruh ladang di kampung di Manggarai Raya. Selain dimanfaatkan sebagai bahan makanan pokok, uwi juga dimanfaatkan sebagai bahan utama ritual Kewur uwi.
Ritual Kewur Uwi merupakan ritual tahunan yang diwariskan leluhur di seluruh warga kampung Paua, Mangarai Raya. Ritual Kewur Uwi merupakan tanda dimulainya panen padi ladang yang tersebar di lereng dan bukit di sekitar kampung. Padi di ladang tak bisa panen apabila belum dilaksanakan ritual Kewur Uwi. Seluruh petani di Kecamatan Elar Selatan taat terhadap ritual ini. Ritual Kewur Uwi dilaksanakan setiap April dalam kalender pertanian dari warga setempat. Ritual ini digelar secara massal di seluruh kampung di kecamatan Elar Selatan. Warga setempat menggelarnya satu hari saja dan digelar dari rumah ke rumah.
Saat Ritual Kewur Uwi, tanaman uwi dibakar untuk disajikan. Tidak hanya uwi saja yang disajikan, warga setempat juga menyajikan ghan rupang. Ghan Rupang merupakan makanan yang dibungkus dengan daun bambu muda. Rupang merupakan makanan tradisional dari berbagai suku di wilayah Kecamatan Elar Selatan. Rupang selalu dihidangkan saat dilangsungkan ritual kewur uwi. Sebelum uwi dan rupang dinikmati, tetua adat akan mendoakan makanan tersebut. Saat ritual kewur uwi berlangsung, perempuan dilarang makan. Selain itu, warga dilarang menabuh gendang dan gong di rumah adat setempat. Menabuh gendang dan gong bisa dilaksanakan apabila ritual tersebut sudah selesai. Selain tanda dimulainya panen padi, Ritual Kewur Uwi merupakan warisan leluhur warga Elar Selatan untuk menghormati alam semesta, nenek moyang maupun Sang Pencipta kehidupan yang memberikan makanan pokok bagi warga setempat sebelum mengenal nasi. Hingga kini ritual tersebut terus dilestarikan dan bahkan menjadi daya tarik wisata di Manggarai Raya.