Kami awali dengan Peristiwa 24 Januari 1916, Kelahiran Soedirman.
Jenderal Besar Raden Soedirman adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang paling terkenal. Ia lahir di Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang, menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas. Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi Tentara Keamanan Rakyat tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia. Namanya didedikasikan sebagai nama jalan utama di berbagai wilayah.
Beralih ke peristiwa 24 Januari 1927, Sutradara Alfred Hitchcock merilis film pertamanya, The Pleasure Garden, di Inggris.
Sir Alfred Joseph Hitchcock adalah seorang sutradara asal Inggris yang terkenal dengan film-film bergenre thriller. Terpengaruh oleh gerakan ekspresionisme di Jerman, dia memulai debut sutradaranya di Inggris sebelum akhirnya bekerja di Amerika Serikat pada tahun 1939. Dengan film-filmnya yang berjumlah lebih dari 50 buah sepanjang enam dekade kariernya, menjadikannya sebagai salah satu sutradara terbaik dan terpopuler sepanjang zaman. Inovasi dan visinya telah memengaruhi begitu banyak pembuat film, produser, dan juga aktor.
Kami akhiri dengan 24 Januari 1939, Gempa Bumi Chilli.
Pada 24 Januari 1939 terjadi gempa bumi terburuk sepanjang sejarah di bagian selatan Chilli dengan kekuatan 8,3 skala richter. Korban jiwa diperkirakan sebanyak 28 ribu orang. Pasca bencana, pemerintah Chilli membuat Badan kerjasama Pembangunan untuk merekonstruksi dan membangun kembali Chilli.
Hari ini kami akan mengajak anda berwisata ke Yogyakarta untuk menikmati salah satu objek wisata yang terletak di Jalan Hutan Pinus Nganjir, kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, yaitu Seribu Batu Songgo Langit.
Nama Seribu Batu Songgo Langit yang berarti penyangga langit ini memiliki makna tersendiri. Karena di Seribu Batu Songgo Langit terdapat bukit yang seakan akan merupakan tiang dari langit. Sebelum menjadi tempat wisata, di lokasi ini terdapat ribuan batu dan hutan pinus. Untuk menuju tempat wisata Seribu Batu Songgo Langit dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua, roda empat atau bus. Objek wisata ini berjarak kurang lebih 21 Km dari pusat kota Jogja dan memerlukan waktu tempuh sekitar 40-45 menit ini. Untuk masuk ke objek wisata Seribu Batu Songgo Langit, pengunjung dikenai tiket masuk sebesar Rp. 3000 perorang, untuk biaya parkir motor Rp. 2000, untuk mobil Rp. 5000 dan untuk bus Rp. 20.000.
Memasuki gerbang Seribu Batu Songgo Langit pengunjung terlebih dulu harus menuruni tangga yang terbuat dari kayu untuk mencapai spot yang pertama. Spot ini menawarkan rumah dongeng seribu kayu dan berbentuk rumah kecil-kecil yang menyerupai rumah kurcaci dalam dongeng. Di sana anda bisa duduk santai di panggung yang terbuat dari kayu pohon pinus, berfoto dan menikmati udara segar khas hutan pinus. Setelah melewati spot rumah hobbit yang unik, pengunjung bisa melanjutkan ke spot puncak dari tempat wisata Seribu Batu Songgo Langit, yaitu Bukit Songgo Langit. Spot ini berjarak kurang lebih 1 Km dari rumah hobbit. Anda tidak perlu khawatir karena dalam perjalanan ke Bukit Songgo Langit ada beberapa tempat untuk melepas lelah sejenak. Sampai di puncak Songgo Langit anda akan disuguhi pemandangan yang sangat indah, di mana Anda akan merasa berada di puncak langit atau orang mengatakan lantai duanya Jogja.
Selain menikmati udara segar di atas bukit yang tinggi, melihat hamparan sawah yang luas dan pemukiman warga , tentu saja Anda bisa puas berswa foto.
Waktu terbaik untuk berkunjung ke Seribu Batu Songgo Langit ini adalah pagi hari atau sore hari, karena pada waktu ini panas matahari tidak begitu terik. Selain memperhatikan waktu berkunjung, pengunjung diharapkan juga menyiapkan stamina yang cukup dan jangan lupa untuk membawa perbekalan. Tetapi bila tidak membawa, tidak usah khawatir karena di sini juga ada warung kuliner yang menyediakan makanan dan minuman. Pedengar, kita akhiri Pesona Indonesia kali ini, kita berjumpa kembali besok. Inilah Voice of Indonesia di Jakarta.
Ditengah hiruk pikuk pendemi dan vaksinasi, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme berbasis Kekerasan yang mengarah pada terorisme radikalisme ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada Januari 2021. Sejak 2017, proses pembuatan peraturan yang berisi dari lebih dari 120 rencana aksi yang akan dijalankan lebih dari 20 Kementrian atau lembaga disusun dan rancang oleh pemerintah. Munculnya perpres tersebut telah menimbulkan pro dan kontra dibeberapa kalangan.
Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Brigjen Pol Ahmad Nurwakhid dalam sebuah webinar di Jakarta, mengatakan radikalisme lebih “halus” dari pada virus sehingga seringkali orang tidak sadar bahwa dirinya sudah terpapar radikalisme. Menurut Ahmad Nurwakhid, dalam COVID-19, kita menyebutnya orang tanpa gejala. Ia juga menambahkan kekecewaan atau kebencian serta kemarahan pada seseorang terhadap situasi dan kondisi yang dialami akan memudahkan masuknya virus radikalisme.
Sementara, Direktur Wahid Foundation, Zannuba Ariffah Chafsoh menilai perpres no 7 2021 yang melibatkan masyarakat sipil dalam mengatasi persoalan radikalisme merupakan langkah maju. Menurutnya,di berbagai negara, ruang bagi keterlibatan masyarakat sipil dalam mengatasi persoalan radikalisme dan terorisme cenderung dibatasi.
Sedangkan Direktur Imparsial Gufron Mabruri menilai, konteks program pelatihan pemolisian masyarakat yang merujuk pada perpres no 7 tahun 2021 masih belum jelas. Ia mengkhawatirkan munculnya ekses dan efek lain dari harapan masyarakat setelah program dilaluinya.
Sejatinya harapan dan keinginan yang terlalu tinggi dan tidak terpenuhi akan menciptakan efek yang tidak baik untuk hati karena cenderung menghasilkan kekecewaan. Ada yang mengibaratkan radikalisme seperti virus HIV/AIDS yang dapat melemahkan ketahanan tubuh penderitanya. Sedangkan radikalisme melemahkan ketahanan berbangsa dan bernegara. Dari radikalisme cenderung akan berujung pada aksi terrorisme yang menghalalkan segala cara agar keinginannya terpenuhi. Untuk itu, terbitnya perpres ini yang melibatkan para tokoh masyarakat, agama dan lingkungan keluarga sangat baik. Semua harus dapat bersinergi agar rasa ketidakpuasan yang terjadi karena harapan dan keinginan yang tidak terpenuhi dapat diminimalisir. Selain itu, jika penanganan suatu masalah dilakukan secara jujur, transparan, dan adil, bukan tebang pilih dan manasuka pastinya radikalisme dan terrorisme akan hilang dengan sendirinya. Karena itu kearifan, kebijaksanaan dan ketegasan dalam memandang dan mengatasi masalah adalah suatu keutamaan. Karena itu, kita harus berhati hati dalam bertindak. Dapat dikatakan cara pemahaman dan penafsiran sesuatu yang tidak didasari dengan ilmu, akan menimbulkan hasil yang cenderung negative dan berbahaya.
Kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, kedelai terkait erat dengan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia, yaitu tempe, tahu, dan kecap. Namun beberapa waktu terakhir, harga kedelai naik drastis akibat naiknya harga kedelai impor sehingga pasokan kedelai di pasaran berkurang. Hal ini tentu saja berdampak pada produksi makanan berbahan baku kedelai. Menurut Kepala BATAN, Anhar Riza Antariksawan, kelangkaan kedelai ini menjadi hal yang serius dan perlu dicarikan solusinya sesegera mungkin. Karenanya, sebagai lembaga penelitian, BATAN menjadikan hal ini sebagai momentum untuk menguatkan program swasembada kedelai secara nasional.
Sebagai bentuk kontribusi dalam upaya meningkatkan produksi kedelai nasional, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melalui Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) telah menghasilkan 2 varietas kedelai unggul yang diberi nama Sugentan 1 dan Sugentan 2. Sugentan kependekan dari Super Genjah BATAN. Varietas kedelai ini hasil pengembangan dari varietas Argomulyo .Dibandingkan dengan induknya, Sugentan mempunyai beberapa keunggulan diantaranya umur tanamnya sekitar 68 hari lebih cepat dibandingkan induknya yang mencapai umur 87 hari. Produktivitasnya juga lebih tinggi yakni 3 ton per hektar sedangkan induknya pada kisaran 2,4 ton/hektar. Selain itu, Sugentan 1 dan Sugentan 2 lebih tahan terhadap penyakit karat daun dan hama yang biasa menyerang tanaman kedelai. Kedua varietas ini cocok ditanam di lahan sawah atau tegalan. Untuk mendapatkan varietas Sugentan 1 dan 2 ini, penelitiannya dimulai sejak tahun 2012 dan telah dilakukan uji multilokasi di 7 daerah yakni Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku, Bogor, Yogyakarta, dan Citayam sebanyak 2 lokasi.
Hingga saat ini BATAN telah menghasilkan 14 varietas unggul benih kedelai yang sebagian besar telah diperkenalkan kepada para petani melalui program pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan iptek nuklir yang bekerja sama dengan pemerintah daerah dan perguruan tinggi. Varietas unggul kedelai BATAN dihasilkan melalui sebuah proses yang memanfaatkan radiasi gamma. Pada tahun 2020, pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan peningkatan produksi kedelai 7% yakni dari 359.000 ton pada tahun 2019 menjadi 383.000 ton pada 2020. Untuk mencapai hal ini, pemerintah membuat program 300.000 ha di 21 provinsi ditanami kedelai. Deputi Pendayagunaan Teknologi Nuklir, Totti Tjiptosumirat mengatakan, terkait upaya pemerintah meningkatkan produksi kedelai nasional, BATAN turut berkontribusi dalam penyediaan benih unggul kedelai hingga mencapai 5 ton.