Hari ini, 9 Februari, insan pers di seluruh Indonesia merayakan Hari Pers Nasional. Mereka memperingati hari berdirinya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 9 Februari 1946. PWI lahir di tengah perjuangan seluruh elemen bangsa untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang baru saja dideklarasikan dari ancaman kembalinya penjajahan. Tugas wartawan saat itu adalah membangkitkan kesadaran nasional untuk mempertahankan kemerdekaan, selain tugas-tugas pemberitaan mereka.
Saat ini, pers tetap bertugas mengawal eksistensi bangsa Indonesia, menghadirkan informasi faktual yang masyarakat berhak mengetahuinya. Berbagai ancaman terhadap kinerja pers Indonesia telah dialami. Pers Indonesia pernah mengalami pengekangan, bahkan pembreidelan. Kini di era keterbukaan tanpa pembreidelan, keberadaan pers juga diuji oleh berkembangnya teknologi informasi dan pandemi Covid-19. Ada beberapa media yang sudah berguguran. Harian Suara Pembaruan, Indo Pos dan Koran Tempo tahun ini berhenti beroperasi. Pamitnya ketiga harian tersebut menambah panjang daftar media cetak yang lebih dulu memutuskan berhenti terbit. Beberapa media beralih ke platform digital. Memang fenomena ini tidak terjadi hanya di Indonesia. Bahkan banyak media di negara maju juga berhenti beroperasi atau pindah ke platform digital.
Lalu kemana saja masyarakat sekarang mencari informasi? Pada Konvensi Nasional Media Massa Hari Pers Nasional (HPN) 2021, Senin (8 Februari), Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate mengatakan, berdasarkan survei Kementeriannya pada tahun lalu, 20 persen responden menyatakan bahwa media sosial menjadi kanal informasi terpercaya masyarakat. Angka tersebut tidak kecil. Fenomena ini menjadi tantangan bagi media arus utama. Kebutuhan dan permintaan masyarakat terhadap akses informasi yang cepat dan gratis pun turut meningkat dengan adanya digitalisasi. Menurut Menteri Johnny G Plate, pers dituntut untuk mengubah proses pemberitaan menjadi semakin ringkas dan efisien.
Platform digital tidak akan mengurangi peran pers sebagai penyedia informasi yang akurat dan terpercaya, serta sarana mencerdaskan bangsa. Platform digital bahkan membuat jangkauan sebuah media semakin jauh dan semakin luas. Yang penting bagi pers adalah tetap berlandaskan pada kejujuran, profesionalisme dan imparsialitas dalam menyampaikan berita, informasi dan data secara akurat. Dengan sikap ini, peran pers sebagai ‘The Fourth Estate’ atau Kekuatan Keempat dalam demokrasi tidak akan tergantikan oleh media sosial apapun.
Beberapa waktu yang lalu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan meresmikan peluncuran Gerakan Jakarta Bermasker di Aula Gedung Promoter Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan. Gerakan ini turut menggandeng Polda Metro Jaya dan Kodam Jaya. Pada peluncuran tersebut Anies menyampaikan bahwa tantangan terbesar bagi penanganan Covid-19 di Jakarta bukan hanya penanggulangan, namun juga pencegahan penyebaran di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu penggunaan masker bagi setiap warga adalah hal yang mutlak diterapkan karena perjuangan melawan pandemi belum berakhir.
Gerakan Jakarta Bermasker menyasar lokasi yang berpotensi memunculkan keramaian dan merangkul komunitas di level masyarakat. Melalui gerakan tersebut akan dibagikan sebanyak 100 ribu lembar masker setiap hari kepada masyarakat. Anies Baswedan mengatakan, pemakaiam masker menjadi instrumen pencegahan penyebaran Covid-19. Selain itu, memakai masker adalah salah satu bentuk dalam menghormati dan melindungi orang lain dari virus. Di sisi lain, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan bahwa cara paling efektif untuk memutus mata rantai penularan adalah dengan cara 3M, yakni mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak. Karenanya, menurut Anies, masyarakat harus bisa disiplin dalam menerapkan 3M agar penyebaran Covid-19 bisa segera diatasi.
Gerakan Jakarta Bermasker juga turut diikuti oleh sejumlah wilayah penyangga Jakarta, yakni Kota Tangerang, dan Kota Depok. Gerakan ini juga diikuti oleh sekitar 413 kampung tangguh yang berbasis komunitas. Di kampung tangguh tersebut dilakukan pembagian masker, yang melibatkan gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Karang Taruna, Persatuan Istri Tentara (Persit) dan Bhayangkari. Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran berharap, gerakan ini dapat mengingatkan kembali kepada masyarakat tentang pentingnya menggunakan masker untuk mencegah penularan Virus Corona. Di kesempatan sama, Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman juga mengharapkan bahwa gerakan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Sebab, kesadaran masyarakat dalam menggunakan masker merupakan hal yang penting dibanding penegakan oleh aparat.
Edisi pesona Indonesia kali ini, akan memperkenalkan kepada anda “Getuk Goreng”. Makanan khas Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah ini akan diikutkan dalam ajang festival kuliner di Slovenia pada pertengahan 2021. Menurut Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus Mutrikah, getuk goreng dipilih untuk mengikuti festival karena ada inovasi baru yang dikembangkan oleh salah satu pelaku usaha di Kudus dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia. Mulai dari bahan baku utamanya, yakni ketela pohon atau ubi hingga pemanfaatan toppingnya yang menggunakan bahan baku lokal, seperti buah alpukat.
Getuk goreng berbahan dasar singkong dan gula merah. Getuk goreng ditemukan pada tahun 1918 secara tidak sengaja oleh bapak Sanpirngad seorang penjual nasi rames keliling di daerah Sokaraja di mana getuk basah adalah salah satu dagangannya. Pada saat itu getuknya tidak laku sehingga ia menggoreng kembali getuknya, agar bisa dikonsumsi kembali dan dijual. Ternyata getuk goreng ini digemari oleh para pembeli dan hingga kini banyak dijual di berbagai daerah.
Getuk Goreng bercita rasa manis, gurih dan mengenyangkan, Getuk Goreng cocok sebagai camilan sekaligus pendamping minuman panas, seperti kopi, teh, jahe, dan susu. Sebelumnya, getuk goreng yang dijual ada tiga varianyaitu original, gula merah dan gula putih, namun seiring perkembangan zaman, varian getuk goreng pun bertambah. Ada rasa urap kelapa muda serta rasa cokelat. Ada pula varian rasa yang berhasil dikembangkan baru-baru ini, yakni getuk goreng saus alpukat dengan aneka topping serta getuk goreng krispi. Harga getuk goreng pun relatif murah dan bergantung jenis varian rasanya. Harga getuk original seharga Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000 per satu besek kecil yang berisi getuk goreng kurang lebih 4 ons.
Myanmar kembali menjadi perhatian internasional. Penolakan rakyat Myanmar terhadap Kudeta pemerintahan sipil oleh militer, menyedot perhatian masyarakat di berbagai negara. Kendati televisi dan pemberitaan di dalam negeri dibatasi, berita mengenai kudeta dan demo ribuan rakyat Myanmar di seantero negara itu, telah menyebar ke seluruh dunia. Untuk meredam penyebaran ajakan demo dan pemberitaan tentang itu, militer pun mengambil tindakan menutup akses media sosial.
Perhatian dan keprihatinan atas kudeta militer terhadap pemerintahan sipil akan menjadi pembahasan di Perserikatan Bangsa Bangsa. Diberitakan, Jumat 12 Pebruari 2021, Dewan Hak Asasi Manusia PBB akan bersidang secara khusus. Sebagaimana dinyatakan oleh Dewan Keamanan PBB, yang diberitakan kantor berita Reuters, Agenda yang akan dibahas adalah krisis di Myanmar. Inggris dan Uni Eropa telah meminta pembahasan khusus mengenai hal itu, pada hari Senin 8 Februari 2021. Negara Asia yang ikut mendukung Gerakan di PBB tersebut adalah Korea Selatan dan Jepang. Sementara, hingga awal pekan kedua Februari 2021, belum satupun negara anggota ASEAN yang mengomentari masalah tersebut. Dapat dimaklumi, dalam Komitmen Bersama ASEAN memang ditegaskan bahwa anggota ASEAN tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri masing masing. Krisis politik di Myanmar pun tampaknya dipandang sebagai persoalan dalam negeri di negara itu.
Amerika Serikat akan mendukung usulan Inggris dan Uni Eropa, sebab sejak Joe Biden menjadi Presiden, Amerika Serikat telah menyatakan kembali masuk menjadi anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB. Washington pun telah memberikan reaksi atas kudeta militer di Myanmar dan menegaskan kemungkinan pemberian sanksi.
Menghadapi sikap dunia internasional tersebut, Junta Militer Myanmar sejauh ini belum memberikan reaksinya. Jenderal Senior Myanmar Min Aung Hlaing telah menyatakan akan segera mengadakan pemilu. Kemungkinan besar Pemilu ini tidak dapat diikuti Suu Kyi yang telah ditahan oleh polisi, atas tuduhan untuk perkara yang tidak substansial.
Apakah desakan internasional, minus ASEAN, akan menggoyahkan junta milter, memang masih belum tentu. Kudeta militer dan pemilu yang dipaksakan pastinya akan memberikan implikasi pada kehidupan demokrasi dan rakyat Myanmar. Negara yang belum lama memasuki era demokrasi dan mengakhiri rezim diktator militer itu, kini berada pada momentum menentukan. Akan kembali ke era totaliter atau demokrasi. Demikian komentar.