Indonesia terpilih sebagai salah satu negara yang mendapat penghargaan dari UNDP atau Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB). Penghargaan Equator Prize 2020 terkait inisiatif lingkungan hidup dari UNDP ini diberikan kepada Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA) dan diumumkan pada 5 Juni bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Komunitas masyarakat adat tersebut terdiri dari 11 kelompok adat yang berada di area seluas 20.000 kilometer persegi di lingkungan Taman Nasional Kayan Mentarang, Kalimantan Utara, yang berbatasan langsung dengan wilayah Sabah, Malaysia. UNDP Indonesia dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta Jumat menulis, Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang (FoMMA) berhasil mengadvokasi pengaturan pengelolaan kolaboratif pertama untuk Taman Nasional di Indonesia, di mana pemerintah dan otoritas adat memutuskan bersama pengelolaan dan akses sumber daya dan penggunaan hak-hak adat.
Equator Prize sendiri adalah penghargaan yang diberikan untuk 10 komunitas lokal dan masyarakat adat dari seluruh dunia yang menunjukkan solusi inovatif berbasis alam untuk mengatasi masalah keanekaragaman hayati serta perubahan iklim. Komunitas adat lain yang memenangkan penghargaan itu berasal dari Kongo, Ekuador, Guatemala, Kenya, Madagaskar, Meksiko, Thailand, serta Kanada dan Myanmar untuk pertama kalinya.
Mereka terpilih dari total 583 nomine yang berasal dari 120 lebih negara. Seleksi dilakukan oleh Komite Penasihat Teknis independen yang terdiri dari para pakar internasional. Para pemenang itu masing-masing mendapatkan dana sebesar 10.000 dolar AS (sekitar Rp140 juta) serta kesempatan untuk bergabung dalam serangkaian acara khusus yang terkait dengan Majelis Umum PBB, KTT Alam PBB, juga Pekan Iklim Global pada akhir September mendatang.
Administrator UNDP, Achim Steiner, dikutip dari keterangan yang sama mengatakan ketika negara-negara bergerak untuk membangun kembali negaranya setelah pandemi COVID-19, cara-cara inovatif untuk melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati, mengatasi perubahan iklim menjadi lebih penting daripada sebelumnya.
Sulawesi Tenggara menyimpan banyak wisata alam, salah satunya adalah Pulau Bokori. Pulau ini terletak di tengah lautan luas. Pulau kecil yang indah ini terletak di kecamatan Soropia dan di depan tanjung Soropia。Dahulu pulau ini didiami oleh orang-orang suku Bajo. Suku Bajo yang kadang disebut juga suku Bajau merupakan suku laut, yang menggantungkan hidupnya dari laut dan memiliki kehidupan yang tak pernah jauh dari laut. Kemudian suku Bajo ini berpindah ke tempat lain. Pulau Bokori saat ini menjadi salah satu objek wisata unggulan Sulawesi Tenggara。
pulau Bokori terkenal dengan pasir putihnya yang panjang dan juga memukau pengunjung。 Selain itu di pulau ini terdapat juga sebuah lapangan yang pada waktu air laut sedang pasang, maka lapangan tersebut akan terisi air laut sehingga akan tampak seperti danau di tengah laut。 Keindahan dan ketenangan yang di dapat serta birunya laut berpadu dengan putihnya pasir membuat pantai ini benar -benar menjadi unggulan obyek wisata ini。
Ada dua cara yang bisa ditempuh untuk sampai ke Pulau Bokori. Cara pertama adalah menggunakan transportasi laut dari pelabuhan Kendari langsung ke pulau ini. Sedangkan cara ke dua adalah menggunakan transportasi darat dari Kendari menuju perkampungan Suku Bajo。 Sedangkan dari pusat kota ke perkampungan Suku Bajo hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit。 Di sini banyak penduduk setempat menyediakan jasa antar ke Pulau Bokori. Tarifnya juga terbilang murah, dengan membayar kira-kira Rp. 30,000 per orang, anda sudah mendapatkan layanan antar jemput。
Selain karena daya tarik pasirnya yang putih, Pulau Bokori juga menjadi tempat ideal untuk berenang dengan bebas dan sepuas hati, jika laut sedang dalam kondisi tenang dan gulungan ombaknya yang tidak terlalu tinggi. Tetapi jika ingin berenang lebih jauh ke tengah laut, sebaiknya berhati-hati agar tidak menginjak bulu babi. Bagi anda yang memiliki hobi memancing, anda bisa menyewa perahu nelayan dan memancing sekitar pulau, atau bisa juga hanya mendayung sambil mengitari pulau。Bagi anda yang suka fotografi, pulau ini juga cocok untuk objek pemotretan, apalagi dengan pemandangan matahari tenggelam yang cantik.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berupaya bersaing secara global sebagai universitas yang diperhitungkan di kancah dunia Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, ITS dinyatakan berhasil meraih peringkat pertama sebagai perguruan tinggi terbaik di Indonesia pada bidang Computer and Science versi Times Higher Education (THE) World University Rankings 2020. THE sendiri merupakan lembaga kredibel penyaji data kinerja universitas di kancah internasional yang bekerja sama dengan Quacquarelli Symonds (QS). THE, menurut The Globe and Mail, merupakan salah satu World University Rankings (WUR) yang bisa dibilang paling berpengaruh yang diadakan setiap tahunnya
Berdasarkan pemeringkatan tahun ini, ITS berhasil mencapai posisi di peringkat 401-500 besar dunia, naik dari peringkat tahun lalu yang menunjukkan ITS berada pada posisi 501-600 besar dunia. Dalam proses pemeringkatan di bidang Computer Science ini, THE melihat perguruan tinggi setidaknya dari lima aspek penilaian, yaitu Citations, Industry Income, International Outlook, Research, dan Teaching. Dr I Ketut Eddy Purnama ST MT, Dekan Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas ITS memaparkan, produktivitas riset dosen dan mahasiswa menjadi kiat yang selama ini digalakkan. Setelah berhasil menyalip perguruan tinggi yang menjadi pesaing beratnya tahun lalu, ITS tak lantas kemudian mengistirahatkan diri. ITS semakin menggiatkan transfer pengetahuan dan pendapatan industry.
Menurut Ketut, menjadi nomor satu memang menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Namun, untuk mempertahankannya tentu akan menjadikan ITS semakin tertantang. Ketut mengatakan akan terus mendukung program-program internasionalisasi, meski kini telah berhasil merebut predikat peringkat satu di bidang Computer Science dari Universitas Indonesia (UI). Menurutnya, di tengah pandemi saat ini justru akan membuka peluang kerja sama, publikasi, dan supervisi dengan universitas ternama dunia lebih mudah melalui daring.
Pulau Sangiang adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Selat Sunda, yakni antara pulau Jawa dan Sumatra. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. Awalnya Pulau Sangiang merupakan kawasan cagar alam, namun pada tahun 1991 pulau ini secara resmi diubah sebagai Taman Wisata Alam.
Pulau Sangiang menawarkan banyak keindahan wisata bahari di Banten. Pulau dengan luas sekitar 720 hektar ini punya beberapa pantai dengan ekosistem bawah laut yang memukau. Terumbu karang di pulau ini memang masih bagus. Biota laut yang paling banyak ditemukan di Sangiang adalah ikan badut atau orang sering menyebutnya ikan nemo.
dengan hamparan pasir putih yang bersih, anda dapat melakukan berbagai aktivitas di tepi pantai pulau Sangiang, seperti olahraga air dan bersantai di tepi pantai. Anda juga dapat menikmati keindahan bawah laut pulau ini dengan snorkeling, diving, atau menyewa glass bottom boat yang tersedia di pulau ini.
Pulau Sangiang menyimpan berbagai pesona keindahan, mulai dari panorama pantai dengan pasir putih hingga rimbunya vegetasi hutan yang masih terjaga kealamiannya. Keindahan Pulau Sangiang Serang menjadikannya menyandang gelar The Seven Wonders of Banten.
jika anda ingin berwisata ke Sangiang, anda dapat menempuh perjalanan dari Jakarta menuju kota Cilegon. Dari Cilegon dilanjutkan menuju ke Anyer. Waktu perjalanan yang diperlukan kira-kira 3 jam jika melewati jalan tol.
Setelah itu, perjalanan masih dilanjutkan dengan jasa perahu penyeberangan menuju ke Pulau Sangiang dari Pantai Manuk, di Anyer. Waktu perjalanan yang dibutuhkan dari Pantai Manuk untuk sampai di Pulau Sangiang sekitar 1 jam.