Dalam edisi Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai Jakarta Karnaval 2018.
22 Juni lalu, Jakarta berulang tahun ke- 491. Rangkaian acara perayaan Ulang Tahun Jakarta dimulai dari upacara di Lapangan Silang Monas,setelah itu, sidang paripurna perayaan HUT DKI Jakarta. Pada malam harinya digelar acara jamuan makan malam. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pemerintah provinsi DKI Jakarta juga menggelar kegiatan Malam Muda Mudi dan Jakarta Karnaval (Jakarnaval). Untuk kegiatan Malam Muda Mudi telah digelar di Jakarta Fair Kemayoran (JFK), area PRJ Kemayoran, Jakarta Pusat, 21 Juni lalu. Dalam acara ini digelar grand final Miss Jakarta Fair 2018 dan pesta kembang api. Sedang Jakarnaval akan digelar pada 8 Juli Mendatang.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali menggelar Jakarta Karnaval sebagai bagian rangkaian acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-491 Kota Jakarta. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta, Tinia Budiati mengatakan, Jakarta Karnaval yang rencananya digelar pada 8 Juli akan dimeriahkan pawai dengan melibatkan 3.000 peserta. Kegiatan tersebut baru digelar pada bulan Juli mengingat HUT DKI Jakarta, yakni pada 22 Juni, masih dalam nuansa Idul Fitri dan Libur Lebaran. Selain itu, acara digelar di bulan Juli, agar masyarakat yang mudik sudah kembali ke Jakarta. Untuk acara pawai, Pesertanya berasal dari komunitas seni, olahraga dan pehobi binaan Pemprov DKI Jakarta. Pawai tersebut juga akan dimeriahkan 70 kendaraan hias yang telah disiapkan masing-masing komunitas. Termasuk komunitas kendaraan antik di Ibukota. Selain itu, ada pula iring-iringan dukungan kendaraan dari para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan berbagai armadanya yang canggih.
Pawai akan diselenggarakan mulai pukul 14.00. Dalam pawai tersebut, peserta akan melintasi sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan menuju Jalan Medan Merdeka Barat setelah Patung Kuda Arjuna Wiwaha. Setelah sampai di pintu masuk Merdeka Barat Monas, peserta akan masuk untuk mengikuti acara selanjutnya di panggung hiburan yang telah disediakan. Selain panggung hiburan, dalam Jakarta Karnaval juga digelar pertunjukan musik dan hiburan menarik lainnya.
Pelangi Nada edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu nostalgia dari penyanyi wanita Indonesia, Andi Meriem Matalatta. mengawali perjumpaan, lagu berjudul “Lembah Biru”.
demikian lagu “Lembah Biru”, dinyanyikan oleh Andi Meriem Mattalatta. Penyanyi dengan nama asli Andi Sitti Meriem Nurul Kusumawardhani ini mendapat julukan "Mutiara Dari Selatan". Julukan tersebut diberikan oleh Iskandar, seorang komposer atau pemusik yang sekaligus menciptakan lagu “Mutiara Dari Selatan” untuk Andi Meriem. Iskandar banyak berperan dalam karier Andi Meriem. Selain sebagai pencipta lagu dan produser album, Iskandar juga mengajarkan olah vokal Andi Meriem. Pendengar, mari kita dengarkan kembali suara indah Andi Meriem Matalatta lewat lagu “Mutiara Dari Selatan”. Selamat mendengarkan......
baru saja anda dengar lagu “Mutiara Dari Selatan”. Dapat dikatakan bahwa Andi Meriem mulai terjun dalam dunia musik Indonesia sebagai penyanyi profesional sejak merilis lagu “Mutiara Dari Selatan” tersebut. Sebenarnya, Andi Meriem sudah mulai bernyanyi sejak usia dini. Saat masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar tepatnya tahun 1970, ia berhasil menjadi juara 1 dalam lomba menyanyi pop se-Ujung Pandang, Makassar, Sulawesi Utara. Kemudian tahun 1973 ia mengikuti ajang serupa namun dalam tingkat nasional. Dalam ajang tersebut ia berhasil menjadi 10 finalis penyanyi pop se-Indonesia. Pendengar, sebelum melanjutkan kembali, mari kita nikmati kembali sebuah lagu berjudul “Hasrat dan Cita”. Selamat mendengarkan......
anda telah mendengarkan lagu “Hasrat Dan Cita”. Lagu yang diciptakan musisi Indonesia, Fariz RM ini terdapat dalam album bertajuk "Bahtera Asmara". Lagu ini dirilis pada tahun 1979. Lagu “Hasrat dan Cita “ menggambarkan sebuab hubungan antara manusia dan Sang Pencipta. Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya akan selalu membutuhkan pertolongan-Nya. Pendengar, demikian Pelangi Nada kali ini. Menutup perjumpaan, saya hadirkan lagu lainnya dari Andi Meriem Mattalatta berjudul “Bahtera Cinta”.
Hari ini akan memperkenalkan Ritual Baharagu. pagelaran budaya Kalimantan bertajuk Festival Banjar 2018 telah berlangsung 29 Juni hingga 1 Juli kemarin di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Festival dilaksanakan selama tiga hari tersebut, menyajikan ragam kebudayaan dan kesenian khas Banjar dan Dayak Meratus. Kekhasan asal Banjar, seperti tari-tarian, kuliner tradisional, bahkan perahu-perahu dari pasar apung yang ada disejumlah titik di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pun turut dihadirkan. Menariknya, diantara rangkaian atraksi yang tampil kemarin, ada hal yang tidak biasa, yaitu keluarnya masyarakat pedalaman Dayak yang selama ini tidak pernah melangkah keluar dari lingkungannya. Warga Dayak tersebut melakukan ritual Baharagu, sebuah ritual pengobatan adat Dayak tradisional, yang berkaitan dengan kepercayaan pada roh leluhur.
Etnik Dayak di Kalimantan umumnya memiliki ritual penyembuhan penyakit yang disebut sebagai upacara Balian. Atau oleh masyarakat Dayak Paramasan lebih sering disebut dengan nama Baharagu. Baharagu merupakan ritual untuk pengobatan terhadap orang sakit. Kesembuhan diperoleh melalui permohonan Balian atau Guru Jaya (Kepala Suku) kepada Maha Kuasa melalui ritual tertentu, sehingga pengganggu atau pemberi penyakit segera hilang dari orang yang sakit. Untuk ritual ini, perlu dipersiapkan bubur dan kue warna-warni, minuman kopi, telur dan benda logam seperti uang kuno. Perlengkapan ritual baharagu lainnya adalah pelepah daun kelapa (hanau) yang masih muda. Pelepah ini diikat bagian ujungnya dan digantung ke atap/plafon rumah dan ujung yang lain dibiarkan terurai.
Saat ritual berlangsung, si penderita sakit dibaringkan dihadapan kerabat. Selanjutnya balian akan berdoa dan memanggil roh-roh leluhur dan dewa-dewa, serta melakukan pembacaan mantra (mamang) diiringi dengan tabuhan gendang. Balian akan menari-nari kerasukan dan mengerahkan dayanya untuk membangkitkan, atau mengambil penyebab sakit yang bersarang ditubuh penderita. Balian kemudian menghisap (dengan mulut) pada tempat yang sakit, maka biasanya akan keluar berbagai benda seperti jarum, paku, kawat, tanah, kerikil batu, serangga dan sebagainya. Setelah melakukan ritual, pasien akan menjalani masa berpamantang yang berarti tidak boleh beraktivitas dua hari satu malam. Pada masa ini, si pasien dilarang beraktivitas di luar rumah.
Ritual Baharagu digelar pada hari pertama Festival Dayak 2018. Selain disaksikan oleh masyarakat luas, ritual ini juga disaksikan para dubes yang hadir. Masyarakat sangat antusias menyaksikan ritual ini, karena belum pernah dipertunjukkan dan jarang diketahui oleh masyarakat luas. Tidak biasa seperti pada pengobatan baharagu pada umumnya yang mengeluarkan penyebab penyakit dalam bentuk jarum, paku, kawat, tanah, dan batu kerikil, ritual baharagu kemarin melakukan pengobatan adat, lalu penyakitnya dipindahkan ke ayam, yang nantinya disembelih.
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Taman Nasional Komodo semakin mendunia setelah resmi menjadi salah satu tujuh keajaiban alam dunia. Keindahan alam yang ada di kawasan ini memang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Bahkan, sebelum memasuki kawasan wisata ini, anda akan dibuat takjub akan keindahan alam dari pintu masuknya yaitu Pulau Lawadarat atau dalam bahasa setempat Gili Lawadarat.
sebelum tiba di Pulau Komodo, wisatawan akan melewati Gili Lawadarat terlebih dahulu. Pulau ini terletak di sebelah utara Pulau Komodo dan termasuk dalam satu pulau yang ada di Taman Nasional Komodo sejak tahun 1980. Hal menarik yang dapat ditemui disini ialah hamparan laut serta gugusan pulau kecil yang begitu eksotis.Gili Lawadarat merupakan salah satu pulau yang melindungi habitat kadal terbesar di dunia selain Pulau Komodo, Rinca, dan Padar. Hampir seluruh pulau ini ditumbuhi rerumputan. Hamparan rumput inilah yang selama ini telah memikat wisatawan yang pernah berkunjung. Bagi wisatawan yang ingin menenangkan diri bisa melakukan trekking selama 30 menit ke puncak pulau agar dapat menikmati panorama keindahan alam eksotis lebih lengkap.waktu yang paling tepat untuk berkunjung ke Gili Lawadarat adalah sebelum matahari terbit. Sebab pada saat itu, anda dapat melihat matahari terbit yang benar-benar luar biasa indahnya. Jika beruntung, anda dapat melihat keindahan matahari dan bulan di waktu yang bersamaan. Belum lagi dengan permukaan laut yang membuat tempat ini semakin tak bisa terlupakan keindahannya.Jika akan berkunjung ke destinasi wisata ini, anda bisa melewati dua rute yaitu melalui Pulau Lombok atau Pulau Flores. Namun untuk menghemat waktu, ada baiknya jika anda menggunakan rute Flores. Karena salah satu bandara di Flores cukup dekat dengan Labuan Bajo. Dari Labuan Bajo, perjalanan dilanjutkan menuju Gili Lawadarat dengan perahu mesin selama beberapa jam.