Suprapto

Suprapto

14
March



Kali ini, akan memperkenalkan salah satu tari tradisional dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki corak kebudayaan berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya tarian tradisional yang beragam. Tarian asal provinsi ini biasanya sarat akan makna. Salah satunya adalah Tari Bidu Hodi Hakdaur.

tari tradisional di Nusa Tenggara Timur tidak mengenal tarian tunggal atau tarian yang hanya dimainkan oleh satu orang saja. Tak terkecuali dengan Tari Bidu Hodi Hakdaur ini. Tarian ini diperagakan oleh lebih dari dua orang. Tari Bidu Hodi Hakdaur diiringi dengan musik yang berasal dari perpaduan gendang, gong, tambur, dan tiupan recorder (sejenis seruling). Bahkan, tarian ini juga kerap diselingi dengan nyanyian lagu daerah rakyat Belu, “Loro Malirin” yang diiringi dengan pekikan nyaring yang bersahutan.

Tari Bidu Hodi Hakdaur, dikembangkan dari tarian Likurai dari suku Belu, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini diperagakan  oleh  sejumlah  laki-laki  dan  perempuan. Dalam tarian yang dinamis ini, penari laki-laki dan perempuan memakai busana tenun ikat Suku Belu dan aksesoris seperti tais (tas tradisional) dan kelewang (parang tradisonal). Para penari mengenakan aksesoris ini sekaligus untuk menampilkan kekayaan budaya etnik Nusa Tenggara Timur yang eksotik. Tari Bidu Hodi Hakdaur ini  biasanya dipersembahkan dalam  rangka menyambut tamu kehormatan, perayaan pesta perkawinan, acara ritual adat, dan hiburan.

pertunjukan Tari Bidu Hodi Hakdaur ini diawali dengan penari laki-laki yang menarikan gerakan kaki dengan lincah dan kokoh sambil membunyikan giring-giring (gelang kaki) dengan mengikuti irama gendang. Kemudian datang sejumlah penari perempuan yang berlenggak-lenggok sambil memukul gendang atau bibiliku (tambur) dengan penuh semangat dan riang gembira. Setelah itu, ada koreografi berpasangan dan secara berkelompok membentuk lingkaran.

Tari Bidu Hodi Hakdaur diwariskan secara turun temurun. Dahulu, tarian tradisiona ini adalah tarian untuk menyambut kedatangan panglima perang yang berhasil menaklukan lawan. Tarian ini merepresentasikan barisan laki-laki yang gagah memainkan kelewang dan mengalahkan musuh. Sedangkan, barisan perempuan, menabuh gendang dengan riang gembira menyambut kedatangan laki-laki dan merayakan kemenangan perang. Namun, kini tarian ini memiliki makna lain yaitu kebersamaan, kegembiraan dan gotongroyong.// Enggar

14
March



Kali ini, akan memperkenalkan salah satu tari tradisional dari Provinsi Nusa Tenggara Timur. Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki corak kebudayaan berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya tarian tradisional yang beragam. Tarian asal provinsi ini biasanya sarat akan makna. Salah satunya adalah Tari Bidu Hodi Hakdaur.

tari tradisional di Nusa Tenggara Timur tidak mengenal tarian tunggal atau tarian yang hanya dimainkan oleh satu orang saja. Tak terkecuali dengan Tari Bidu Hodi Hakdaur ini. Tarian ini diperagakan oleh lebih dari dua orang. Tari Bidu Hodi Hakdaur diiringi dengan musik yang berasal dari perpaduan gendang, gong, tambur, dan tiupan recorder (sejenis seruling). Bahkan, tarian ini juga kerap diselingi dengan nyanyian lagu daerah rakyat Belu, “Loro Malirin” yang diiringi dengan pekikan nyaring yang bersahutan.

Tari Bidu Hodi Hakdaur, dikembangkan dari tarian Likurai dari suku Belu, Nusa Tenggara Timur. Tarian ini diperagakan  oleh  sejumlah  laki-laki  dan  perempuan. Dalam tarian yang dinamis ini, penari laki-laki dan perempuan memakai busana tenun ikat Suku Belu dan aksesoris seperti tais (tas tradisional) dan kelewang (parang tradisonal). Para penari mengenakan aksesoris ini sekaligus untuk menampilkan kekayaan budaya etnik Nusa Tenggara Timur yang eksotik. Tari Bidu Hodi Hakdaur ini  biasanya dipersembahkan dalam  rangka menyambut tamu kehormatan, perayaan pesta perkawinan, acara ritual adat, dan hiburan.

pertunjukan Tari Bidu Hodi Hakdaur ini diawali dengan penari laki-laki yang menarikan gerakan kaki dengan lincah dan kokoh sambil membunyikan giring-giring (gelang kaki) dengan mengikuti irama gendang. Kemudian datang sejumlah penari perempuan yang berlenggak-lenggok sambil memukul gendang atau bibiliku (tambur) dengan penuh semangat dan riang gembira. Setelah itu, ada koreografi berpasangan dan secara berkelompok membentuk lingkaran.

Tari Bidu Hodi Hakdaur diwariskan secara turun temurun. Dahulu, tarian tradisiona ini adalah tarian untuk menyambut kedatangan panglima perang yang berhasil menaklukan lawan. Tarian ini merepresentasikan barisan laki-laki yang gagah memainkan kelewang dan mengalahkan musuh. Sedangkan, barisan perempuan, menabuh gendang dengan riang gembira menyambut kedatangan laki-laki dan merayakan kemenangan perang. Namun, kini tarian ini memiliki makna lain yaitu kebersamaan, kegembiraan dan gotongroyong.// Enggar

13
March

POp Daerah

Published in pop music

kali ini, menghadirkan lagu-lagu daerah Aceh, yang dibawakan oleh penyanyi wanita Indonesia, Liza Aulia. Untuk membuka perjumpaan kali ini, kita dengarkan sebuah lagu berjudul Katiedhein, dibawakan oleh Liza Aulia.

Katiedhein merupakan salah satu lagu yang terdapat dalam Album Kuthiding, album perdana yang telah melambungkan nama Liza Aulia, terutama di wilayah Aceh. Selain memiliki karakter vokal yang khas dan kuat, Liza juga mampu menciptakan lagu, seperti lagu Katiedhein. Wanita cantik yang mengenakan hijab ini juga sering tampil atau manggung di kota-kota di daerah Aceh.

Penyanyi yang satu ini memang berbakat di bidang seni. Sejak sekolah menengah atas Liza sudah bermain sinetron pendidikan yang di tayangkan di televisi nasional TVRI. Meskipun belum banyak mengeluarkan album, menyanyi bukanlah hal yang baru baginya. Sejak kecil Liza sudah terbiasa menyanyi, bahkan dia belajar membaca dari lirik lagu ketika berkaraoke.

Bagi Liza menyanyi bukan hanya sekedar hobby tetapi juga bentuk tanggungjawab moral sebagai pelaku seni. Menurutnya seni adalah identitas suatu bangsa, karena itu Liza Aulia akan konsisten pada musik Aceh. Baiklah, kita dengarkan sebuah lagu Aceh berikut berjudul Aneuk Yatim, dibawakan oleh Rafly.

lagu ini diputar berulang-ulang saat Tsunami meluluhlantakkan Banda Aceh. Lagu berjudul Aneuk Yatim ini berisi rintihan anak yatim. Sebelumnya nama Rafly mulai dikenal sebagai penyanyi daerah Aceh saat dia mengeluarkan album bertajuk Hasan Husein. Perjalanan penyanyi pria Aceh ini tidaklah mudah. Sebelum berhasil masuk ke dapur rekaman, Rafly sempat bernyanyi di warung-warung kopi di Aceh. Warna vocalnya yang khas dan melengking, menjadi kelebihan sendiri baginya. Dalam lagu-lagunya Rafly mencoba memadukan musik tradisional Aceh dengan musik modern. Lagu Aneuk Yatim ini kemudian juga diputar saat peringatan Tsunami Aceh.

13
March

Warna Warni kali ini kami akan menginformasikan kepada Anda Festival Jengkol Indonesia 2018. siapa yang tidak kenal jengkol? Hampir sebagian besar masyarakat mengenal buah jengkol dan menyukai hidangan yang terbuat dari jengkol ini. Walaupun buah ini menimbulkan bau tidak sedap setelah diolah dan diproses oleh pencernaan, namun banyak orang yang menyukainya. Jengkol yang mempunyai nama latin Archidendron pauciflorum adalah tumbuhan khas di wilayah Asia Tenggara. Jengkol termasuk suku polong-polongan (Fabaceae). Buahnya berupa polong dan bentuknya gepeng. Masyarakat Indonesia mengenalnya sebagai bahan pangan. Jengkol dapat dimakan segar ataupun diolah menjadi berbagai hidangan, seperti semur, goreng balado dan gulai. Untuk mengapresiasi para pencinta jengkol maka Festival Jengkol Indonesia akan digelar kembali dalam waktu dekat ini.

Festival Jengkol Indonesia 2018 akan digelar meriah selama tiga hari dari tanggal 23 sampai 25 Maret 2018 di Bekasi Trade Center Mall (BTC), Kota Bekasi. Sejumlah pelaku usaha kecil menengah nasional dan luar negeri, yang memproduksi makanan berbahan dasar jengkol ini akan bergabung dalam Festival ini. Mereka tersebar di berbagai daerah, di antaranya Kalimantan, Bandung, Bekasi dan juga dari Malaysia dan Singapura. Menurut Ketua Panitia Festival Jengkol Indonesia, Umi Kamilah, para pencinta dan pemburu kuliner makanan khas Indonesia, jengkol ini sangat pas untuk hadir dalam festival ini.

Dia menjelaskan bahwa panitia Festival ini akan menyiapkan sedikitnya 150 Kilogram jengkol untuk diproduksi menjadi berbagai macam menu makanan yang nantinya akan diolah oleh para peserta kegiatan ini. Dalam Festival ini peserta akan menyajikan kuliner berbahan jengkol seperti steak jengkol, burger jengkol, jengkol crispy, jengkol rawon, jengkol rendang, cireng jengkol, bakso jengkol, jengkol pepes, nasi bakar jengkol lumpia jengkol dan lainnya. Umi Kamilah mengatakan, Festival Jengkol 2018 ini merupakan kedua kalinya yang dilaksanakan setelah kota Bogor sukses menyedot animo pengunjung hingga seribu orang per hari selama tiga hari pelaksanaan.

berbagai acara turut memeriahkan Festival Jengkol Indonesia ini. Festival di Bekasi ini akan mencakup bazar aneka produk, seminar kesehatan, seminar wirausaha, demo masak olahan jengkol bersama Babeh Cook dan tentunya panggung hiburan. Yang utama dari Festival ini adalah lomba Masak & Pemilihan Raja Ratu Jengkol Bekasi. Menurut Umi Kamilah, untuk jadi Ratu Raja jengkol pendaftarannya bisa berkelompok. Raja Ratuh Jengkol dipilih berdasarkan kriteria masakan jengkol apa yang dibuat dan rasanya juga diuji. Acara ini mengusung tema: Festival Jengkol Indonesia, dari jengkol untuk kejayaan makanan Indonesia.