Suprapto

Suprapto

10
May

Sebagai wujud kepedulian dan mendukung program pemerintah menanggulangi COVID-19 di Indonesia, Universitas Gunadarma Depok Jawa Barat dan SARI Teknologi, melakukan riset pengembangan alat bantu pernapasan, yang saat ini sangat dibutuhkan oleh pasien yang mengalami kesulitan atau gagal napas, seperti yang dialami pasien COVID-19.

Prof. Adang Suhendar, Dekan Falkutas Teknik Informasi Universitas Gunadarma mengatakan pihaknya mencoba membantu program pemerintah dalam mengatasi masalah dalam bentuk untuk membuat beberapa riset pengembangan, misalnya alat bantu pernapasan. Bersama Ir. Yohanes Kurnia, dan dr. Bhakti Gunawan tim ini berhasil membuat ventilator yang siap diproduksi secara masal.

Ventilator buatan Universitas Gunadharma ini dapat mengatur secara otomatis, terutama dalam menghasilkan udara atau oksigen berdasarkan ritme atau frekuensi pernapasan dan tingkat kebutuhan volume oksigen. Alat ini juga dilengkapi sensor untuk memonitor suplai oksigen yang dihasilkan untuk melihat tekanan maupun volume oksigen yang dihasilkan, serta detak jantung yang dapat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pasien untuk meminimalkan risiko dalam penggunaan peralatan bantu pernapasan ini.

Sekitar 80% komponen peralatan ini menggunakan produksi dalam negeri (TKDN). Alat ini terus dikembangkan dan dalam waktu dekat akan diajukan untuk mendapatkan sertifikat standar fasilitas alat kesehatan dari Kementerian Kesehatan RI. Produk ini menjadi karya anak bangsa Indonesia, yang diharapkan dapat berkontribusi membantu menyediakan alat kesehatan, sekaligus menunjukkan sinergitas antara pihak akademisi dan industri.

Ventilator menjadi alat yang sangat dibutuhkan saat pandemi corona. Alat ini diklaim membantu banyak pasien corona menghadapi penyakitnya. Tim Universitas Gunadharma berhasil menyelesaikan disain sistem knockdown dan lowcost ventilator dengan material yang hampir semuanya dari dalam negeri agar diproduksi dengan cepat, singkat, dan semurah mungkin.

07
May

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan larangan kegiatan keagamaan yang dilakukan di tempat-tempat ibadah dan menghimbau masyarakat untuk beribadah di rumah. Larangan itu sendiri diberlakukan untuk menekan penularan Virus Corona di Ibu Kota. Adapun larangan itu tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) nomor 33 tahun 2020 tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam penanganan Covid-19 di Ibu Kota Jakarta. Di masa PSBB, terlebih di bulan Ramadhan ini, muncul kekhawatiran, umat tidak mendapat bimbingan rohani dari pemuka agama, karena harus di rumah. Oleh karena itu,  selama bulan Ramadhan 1441H, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta, Baznas Bazis DKI Jakarta, dan Pemprov DKI Jakarta menyelenggarakan program Kuliah Ramadhan yang disingkat “KURMA”.

Dengan adanya program Kurma, umat Muslim, khususnya yang tinggal di Jakarta bisa mendapatkan pengayoman, bimbingan dan pembelajaran dari para ulama. Ketua Umum MUI Provinsi DKI Jakarta, Munahar Muchtar, mengatakan, Kuliah Ramadan ini menjadi mediator hadirnya ulama dan pemerintah di tengah masyarakat saat semua kegiatan keagamaan dilakukan di rumah karena wabah Covid-19. Selain itu, menurut Munachar Muchtar, Program “Kurma” diadakan sebagai bentuk tanggung jawab ulama, khususnya di DKI Jakarta, untuk dapat terus hadir di tengah umat walau harus melalui jarak jauh atau online.

Program “KURMA” dilakukan  dalam bentuk siaran video, baik siarang langsung (live) ataupun tunda. Untuk siarang langsung dapat disaksikan setiap Jumat jam 12.30 WIB sedangkan siaran tunda dapat disaksikan setiap Senin, Rabu dan Jumat jam 17.00 WIB. Kedua siaran ini dapat disaksikan dengan mengakses  situs www. beritajakarta.id/live, www.muidkijakarta.or.id atau di channel YouTube KH MunaharMuchtar.

 

 

07
May

Sebagai Negara dengan mayoritas berpenduduk muslim, tentu tak sulit menemukan bangunan Masjid di Indonesia. Dari sekian banyak Masjid yang ada di Indonesia, ada cukup banyak Masjid yang punya arsitektur bangunan yang indah. Sebut saja salah satunya Masjid Agung Madani Pasir Pangaraian di Riau. Masjid Agung Madani Nasional Islamic Centre (MAMIC) Pasir Pangaraian  ini terletak  di  Pematang Berangan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau dan merupakan salah satu masjid termegah se-Asia Tenggara. Kemegahannya membuat masjid ini dinobatkan sebagai masjid percontohan di Indonesia.

Masjid Agung Madani Nasional Islamic Centre (MAMIC) Pasir Pangaraian merupakan ikon Kabupaten Rokan Hulu. Pembangunan MAMIC Rokan Hulu dimulai pada Tahun 2008, dan diresmikan penggunaannya 6 Agustus 2010. MAMIC Rokan Hulu didirikan diatas lahan seluas 22 hektar dengan luas bangunan 15 800 meter persegi dan berdaya tampung mencapai 15.000 hingga 20 000 jemaah. Masjid ini mengadopsi bangunan masjid modern bergaya arabia dengan kubah besar berdiameter 25 meter di atap bangunan utama. MAMIC juga diapit empat menara di setiap sudut bangunan masjid masing masing setinggi 66.66 meter dan ditambah dengan satu menara utama setinggi 99 meter yang terpisah dari bangunan utama masjid. Akses ke bangunan utama masjid ini terdiri dari 9 pintu. Masing masing 3 pintu di tiga sisi bangunan masjid.

Interior Masjid dihiasi dengan berbagai kaligrafi serta lampu gantung seberat 2 ton, terbuat dari Pelat Kuningan dari Italia. Bangunan Masjid juga dihiasi dengan beragam batu hias, seperti Batu Oksi dari Jawa Timur, Batu Akik dari Kalimantan dan Turki, Batu Cris Topas dari Jawa Barat, dan Kalimaya dari Banten. Di bagian pinggir terdapat rantai yang merupakan persatuan umat Islam, 8 bilah pedang sabilillah Khaidir Ali, 16 busur panah Syaidina Ali bin Abi Tholib dan 8 tombak Abu Bakar Assiddiq, ditambah dengan bunga Kusuma lambang kejayaan Islam dan dikelilingi surat Al-Fatihah, surat Al –Kafirun, surat Annas serta 99 Asmaul Husna. Masjid Agung Pasir Pengaraian  selain menjadi tempat beribadah juga menjadi salah satu tempat wisata religi di kabupaten Rokan Hulu dengan salah satu kegiatan wisata menariknya adalah memandang kota Pasir Pagaraian dari ketinggian menara Masjid ini.

04
May

VOI WARNA WARNI erbagai pemeriksaan kesehatan yang tidak mendesak, seperti pemeriksaan kehamilan, harus ditunda demi menekan rantai penyebaran virus. Walaupun harus menunda pemeriksaan, kini iibu hamil bisa lebih tenang menjalani masa kehamilan dengan hadirnya aplikasi “Sayang Ibu” untuk memantau perkembangan kehamilan. Aplikasi ini diluncurkan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Aplikasi ini dilatarbelakangi oleh kondisi ibu hamil yang disarankan menunda pemeriksaan kehamilan. Dengan aplikasi ini, ibu hamil dapat mengetahui status resiko kehamilan, informasi mengenai tanda kegawatan kehamilan, riwayat pemeriksaan kehamilan, dan menyimpan profil keluarga serta tenaga kesehatan terdekat.

Anggota tim peneliti, dr. Rani Tiyas Budiyati, MH, yang juga dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro menjelaskan, selain mengetahui status resiko, mengetahui informasi perkembangan kehamilan dan tanda-tanda gawat darurat, keunggulan dari aplikasi ini adalah terdapat tombol darurat. Ketika ibu hamil mengalami kondisi gawat darurat dan menekan tombol tersebut, maka alarm akan berbunyi dengan kencang untuk menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Selain itu, secara otomatis pesan permintaan tolong dikirimkan ke nomor selular keluarga dan tenaga kesehatan yang telah disimpan pada profil ibu. Pesan permintaan tolong ini disertai dengan lokasi GPS tempat ibu hamil berada, sehingga mudah ditemukan dan dapat segera mendapatkan bantuan kesehatan.

Sebelum diluncurkan ke tengah masyarakat  aplikasi “Sayang Ibu” ini telah melalui serangkaian uji coba ke sejumlah ibu hamil di dua wilayah Puskesmas di kota Semarang. “Sayang Ibu” yang telah mendapatkan hak cipta ini dikembangkan oleh tim peneliti FKM Undip. Aplikasi “Sayang Ibu” kini telah dapat diunduh secara gratis di Google Playstore.