Pulau Sangiang adalah sebuah pulau kecil yang terletak di Selat Sunda, yakni antara pulau Jawa dan Sumatra. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. Awalnya Pulau Sangiang merupakan kawasan cagar alam, namun pada tahun 1991 pulau ini secara resmi diubah sebagai Taman Wisata Alam.
Pulau Sangiang menawarkan banyak keindahan wisata bahari di Banten. Pulau dengan luas sekitar 720 hektar ini punya beberapa pantai dengan ekosistem bawah laut yang memukau. Terumbu karang di pulau ini memang masih bagus. Biota laut yang paling banyak ditemukan di Sangiang adalah ikan badut atau orang sering menyebutnya ikan nemo.
dengan hamparan pasir putih yang bersih, anda dapat melakukan berbagai aktivitas di tepi pantai pulau Sangiang, seperti olahraga air dan bersantai di tepi pantai. Anda juga dapat menikmati keindahan bawah laut pulau ini dengan snorkeling, diving, atau menyewa glass bottom boat yang tersedia di pulau ini.
Pulau Sangiang menyimpan berbagai pesona keindahan, mulai dari panorama pantai dengan pasir putih hingga rimbunya vegetasi hutan yang masih terjaga kealamiannya. Keindahan Pulau Sangiang Serang menjadikannya menyandang gelar The Seven Wonders of Banten.
jika anda ingin berwisata ke Sangiang, anda dapat menempuh perjalanan dari Jakarta menuju kota Cilegon. Dari Cilegon dilanjutkan menuju ke Anyer. Waktu perjalanan yang diperlukan kira-kira 3 jam jika melewati jalan tol.
Setelah itu, perjalanan masih dilanjutkan dengan jasa perahu penyeberangan menuju ke Pulau Sangiang dari Pantai Manuk, di Anyer. Waktu perjalanan yang dibutuhkan dari Pantai Manuk untuk sampai di Pulau Sangiang sekitar 1 jam.
Lasem merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang di provinsi Jawa Tengah. Lasem dikenal juga sebagai "Tiongkok kecil" karena merupakan kota awal pendaratan orang Tionghoa di tanah Jawa. Selain itu, Lasem juga dikenal sebagai kota Batik. Batik Lasem disebutkan sebagai salah satu varian klasik atau biasa disebut pakem dangan pola dan corak yang punya kekhasan tersendiri, yaitu paduan warna yang berani dan mencolok dengan motif-motif yang beraneka macam dan khas. Masyarakat disana memang sebagian besar menggantungkan hidupnya menjadi pembatik. Di Lasem, ada ribuan pembatik yang membuat aneka karya batik.
wabah corona mengakibatkan sebagian besar rumah batik mengurangi produksi. Menurut Didiet Maulana, perancang busana yang juga kurator produk wastra Kesengsem Lasem, perlu ada ruang berniaga ketika wisatawan tak bisa berkunjung langsung ke Lasem di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Karena itu, untuk tetap menggairahkan pasar yang sudah ada di Lasem, 12 Mei lalu, Pasar Rakyat Lasem diluncurkan sebagai ruang niaga daring atau online saat wabah corona. Saat industri pariwisata aktual lesu, kegiatan belanja berbagai produk khas Lasem lewat virtual bisa tetap berjalan melalui pemesanan online. Pasar Rakyat Lasem menjadi wadah pemasaran produk unggulan yang telah melalui proses kurasi. Batik yang dipasarkan itu langsung buatan tangan, bukan pabrikan. Pasar Rakyat Lasem itu bisa diakses melalui situs kesengsemlasem.com.
Pasar Rakyat Lasem menjadi tempat untuk para pedagang lokal mendapatkan ruang untuk memasarkan berbagai produk. Adapun bermacam-macam produk khas Lasem yang bisa ditemukan, antara lain produk wastra, rasa, dan kriya. Dagangan kategori wastra yang paling terkenal adalah batik. Sedangkan kategori rasa, adalah kuliner, di antaranya ikan asin, cumi asin, dan kecap manis. Untuk kategori kriya adalah teko tembaga dan cobek batu.
Berbicara mengenai kue khas Lebaran, setiap daerah di Indonesia punya kue khas Lebarannya masing-masing, seperti di Lampung. Masyarakat Lampung merasa Lebaran mereka tidak akan lengkap, jika belum menyuguhkan kuliner Segubal di Hari Raya. Segubal terbuat dari beras ketan dan santan. Pembuatan kuliner ini tidaklah mudah, karena membutuhkan waktu sekitar 8 hingga 10 jam. Pertama-tama, beras ketan yang sudah direndam selama satu hari, dimasak dengan santan kental.
Kemudian beras ketan dan santan ini dikukus, lalu dibentuk pipih dan digulung dengan menggunakan daun pisang. Adonan ini kemudian direbus selama 4 jam. Karena rumit dalam pembuatannya, masyarakat Lampung, khususnya penduduk Kelurahan Negeri Olok Gading, Kecamatan Telukbetung Barat, Bandar Lampung secara bergotong royong membuat kuliner ini.
ketika dinikmati, kuliner ini terasa legit dan gurih. Segubal dapat dinikmati langsung, namun biasanya masyarakat Lampung menyantapnya bersama sayur pedos. Sayur ini mirip seperti kari ayam, namun dengan cita rasa yang lebih pedas. Selain dengan lauk sayur pedos, Segubal juga dapat dinikmati dengan gulai ayam, rendang daging dan tape.
kini banyak masyarakat Lampung yang menjual Segubal. Segubal dijual di pasar-pasar tradisional. Disana Segubal dijual seharga Rp.10.000 hingga Rp. 20.000. Selain Lebaran, penganan ini hanya dapat dijumpai saat upacara adat, seperti pesta pernikahan, khitanan dan cukuran rambut bayi. Penganan ini menjadi simbol dan bagian dari tradisi adat yang penting dalam masyarakat Lampung. Di Hari Raya, selain menjadi menu wajib, Segubal juga menjadi hantaran wajib untuk diberikan ke sanak keluarga dan sahabat.
VOI PESONA INDONESIA Yogyakarta adalah ibu kota dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kota Yogyakarta adalah kediaman bagi Sultan Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan kota terbesar keempat di wilayah Pulau Jawa bagian selatan menurut jumlah penduduk. Kota Yogyakarta juga pernah menjadi ibu kota RI pada tahun 1946. Nama Yogyakarta terambil dari dua kata, yaitu Ayogya atau Ayodhya yang berarti kedamaian. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, karena hampir 20% penduduk produktifnya adalah pelajar dan terdapat 137 perguruan tinggi. Kota ini diwarnai dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Kota Yogyakarta sangat strategis, karena terletak di jalur-jalur utama, yaitu Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan Yogyakarta, Bandung, Surakarta, Surabaya, dan kota-kota di selatan Jawa, serta jalur Yogyakarta – Semarang, yang menghubungkan Yogyakarta, Magelang, Semarang, dan kota-kota di lintas tengah Pulau Jawa. Karena itu, angkutan di Yogyakarta cukup memadai untuk memudahkan mobilitas antara kota-kota tersebut. Kota ini mudah dicapai oleh transportasi darat dan udara. Kota Yogyakarta terletak di lembah tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Code yang membelah kota dan kebudayaan menjadi dua, dan Sungai Gajahwong. Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemerintah kota Yogyakarta.
Salah satu kecamatan di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi pusat Kesultanan Mataram antara kurun tahun 1575–1640. Keraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya adalah Keraton Ngayogyakarta dan Puro Paku Alaman, yang merupakan pecahan dari Kesultanan Mataram. Yogyakarta juga menjadi tempat lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Hingga saat ini, Pengurus Pusat Muhammadiyah masih tetap berkantor pusat di Yogyakarta. Kota penuh sejarah yang masih terpelihara dengan baik ini merupakan sebuah Kota yang kental akan budaya Jawa nya sehingga banyak wisatawan mancanegara yang jatuh cinta dengan Kota ini.