Suprapto

Suprapto

21
November



Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbah merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dengan luas sekitar 2.299 ha, kawasan ini terkenal dengan destinasi wisata menarik yang masih jarang diketahui para wisatawan. Bahkan, ada sebuah destinasi wisata yang saat ini masuk sebagai nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2018, yaitu Lava Bantal.

Lava Bantal ditetapkan sebagai geoheritage pada tanggal 2 Oktober 2014. Geoheritage adalah warisan situs atau area geologi yang memiliki nilai-nilai penting keilmuan, pendidikan, budaya, dan nilai estetika. Lava Bantal terbentuk pada awal masa kejayaan Gunung Api Purba Nglanggeran sekitar 36 juta tahun yang lalu.
Lava Bantal terbentuk karena lahar yang keluar dari gunung api bawah laut. Lahar panas yang berkontak langsung dengan air dingin menyebabkan mineralnya mengalami pembekuan yang membentuk geometri mirip tumpukan bantal. Nama bantal diambil dari bentuk batuan yang bersumber dari lava tersebut. Sederet batuan berbentuk seperti bantal yang di tengahnya mengalir sungai.

memasuki kawasan ini, Anda akan disuguhi suasana alami seperti pepohonan hijau, sungai mengalir, dan batuan unik. Penampakan Lava Bantal terlihat dari atas jembatan dengan jelas. Dari sana tampak aliran sungai yang merupakan terusan dari Sungai Opak mengalir jernih berwarna kebiruan. Selain itu, gemericik air sungai di antara bebatuan serta kicauan burung di pohon menambah kesan alami di kawasan ini.
Beberapa pengunjung sangat menikmati suasana dan mengabadikan momen. Tak sedikit yang ingin merasakan segarnya sungai dengan bermain air. Menikmati alamnya tak cukup jika hanya berdiam di satu titik.Anda pun bisa menyusuri dengan berjalan kaki bagai menapak tilas terbentuknya Lava Bantal jutaan tahun lalu dan kini kita bisa melihat langsung bukti hasil pembentukannya.

Memiliki debit sungai yang cukup besar, kawasan wisata ini juga membuka kegiatan Geo Tubing. Pihak pengelola menyewakan ban serta pelampung bagi yang berminat untuk merasakan sensasi susur Sungai Opak di Lava Bantal dengan durasi antara 30 hingga 45 menit tergantung rutenya. Biasanya aktivitas Geo Tubing ini akan ramai saat akhir pekan yaitu hari Sabtu dan Minggu. Bagi Anda yang memiliki adrenalin tinggi, mencoba Geo Tubing menjadi hal yang wajib untuk dicoba.

Selain menawarkan wisata uji adrenalin, pengelola geosite ini juga menyediakan fasilitas gazebo di pinggir sungai dan area atas. Wisatawan bisa bersantai sambil menikmati pemandangan dan merasakan suasana aliran sungai yang natural. Selain gazebo, wisatawan juga bisa bersantap di area warung yang menjajakan berbagai makanan dan minuman. Selain itu, jika ingin mengadakan acara atau pertemuan di kawasan Lava Bantal, tersedia Pendopo Joglo yang bisa dimanfaatkan untuk menampung banyak orang.

masuk ke Lava Bantal ini tidak dikenakan biaya atau gratis. Wisatawan hanya cukup membayar parkir kendaraan. Meski dengan harga yang murah, tapi Anda bisa mendapatkan pemandangan yang indah. Lava Bantal berada di Watuadeg, Jogotirto, Berbah, Sleman. Jika dari Bandara Adisutjipto, arahkan kendaraan ke Jalan Raya Solo-Jogja, kemudian ambil Jalan Raya Berbah Utara. Tak sampai 15 menit, Anda akan dengan mudah menemukan plang petunjuk Lava Bantal yang menuntun Anda ke destinasi wisata tersebut.


19
November

Keroncong

Published in pop music

Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi keroncong Indonesia. Kita awali pelangi nada kali ini dengan sebuah lagu berjudul Tugu Monas.Demikianlah lagu berjudul Tugu Monas yang dibawakan oleh Kelana Hermawan. Lagu ini menceritakan tentang kemegahan tugu Monumen Nasional atau lebih dikenal dengan Monas. Selain merupakan lambang kota Jakarta, Monas juga menjadi kebangaan masyarakat Indonesia. Taman monas yang luas menjadi taman kota yang ramai dikunjungi sekaligus menjadi ruang terbuka untuk menjaga lingkungan menjadi asri dan sejuk. Itulah Monumen Nasional yang terletak di tengah ibu kota Jakarta. Lagu ini dibawakan dengan baik oleh Kelana Hermawan. Dengan karakter suara yang khas dan kuat yang dimilikinya, lagu ini terdengar enak didengarkan.

selanjutnya kita dengarkan lagu keroncong lainnya berjudul Sampul Surat yang dibawakan oleh Wiwit Sunarto.

demikanlah sebuah lagu keroncong berjudul Sampul Surat yang dibawakan oleh Wiwit Sunarto. Lagu ini bercerita tentang kisah cinta yang berakhir sedih. Sekian lama tiada kabar, sepucuk surat sangat dinantikan kehadirannya.

Namun apa hendak dikata, surat itu hanyalah sampul surat belaka, tidak ada kabar maupun berita di dalamnya. Walaupun sangat kecewa, sampul surat itu tetap disimpan sebagai kenang-kenangan. Suaranya yang lembut,  sangat cocok dengan irama keroncong yang mendayu. Lagu ini merupakan lagu keroncong asli yang juga pernah dibawakan oleh penyanyi Indonesia lainnya, diantaranya Didi Kempot.

selanjutnya kita dengarkan lagu berjudul Rangkaian Melati, dibawakan oleh Wiwit Sunarto dan lagu Dewi Murni yang dibawakan oleh Khairizal Khaidir. Kedua lagu ini sekaligus menutup kebersamaan kita dalam pelangi nada edisi kali ini.

19
November

Hari ini kami akan memperkenalkan Air Terjun Indo Rannuang di Sulawesi Barat. Sulawesi Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terbilang muda. Provinsi ini di bentuk tanggal 5 Oktober 2004 dan memiliki 6 kabupaten. Salah satu dari 6 kabupaten tersebut adalah Kabupaten Polewali Mandar. Terletak di bagian selatan dan berbatasan langsung dengan laut, yang membuat kabupaten ini memiliki wisata bahari yang berlimpah. Namun tidak hanya wisata pantai dan laut saja, wisata alam yang tidak kalah indah, yaitu Air Terjun Indo Rannuang. Air Terjun ini terletak di Desa Kunyi, Kecamatan Anreapi, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

Air Terjun Indo Rannuang memiliki tingkatan yang bervariasi, dari yang berukuran kecil hingga besar. Di tiap tingkatannya menawarkan kedalaman air yang berbeda dengan kondisi alam dan pegunungan yang masih sangat asri. Jarak ketinggian air terjun di masing-masing tingkatan bervariasi, mulai dari yang berjarak sekitar 100 meter hingga 40 meter. Jika beruntung anda akan menemukan beberapa spesies kupu-kupu yang kadang muncul menyapa pengunjung.

Salah satu tingkatan yang dapat dijadikan sebagai tempat berendam untuk menikmati dinginnya air terjun adalah di tingkat yang kedua. Kedalamannya cukup untuk orang dewasa dengan beberapa titik yang juga ditemukan cukup dalam. Sisi-sisi batuannya ditumbuhi oleh pepohonan hijau yang menyejukkan dan membuat air terasa menyegarkan. Air terjun ini mengalir dari hulu yang tak pernah berhenti dan terus mengalir hingga menuju Limbong Sitodo.

hal yang menarik dari Air Terjun Indo Rannuang ini adalah air terjun ini merupakan sumber aliran air untuk Limbong Sitodo, karena itu jika anda mengunjungi Indo Rannuang maka anda sekaligus akan melintasi Limbong Sitodo. Jika kembali atau turun dari puncak, anda masih dapat menikmati Limbong Sitodo yang juga menjadi destinasi wisata yang ramai di akhir pekan. Limbong Sitodo pada waktu-waktu tertentu menyajikan pesona wisata kuliner dimana anda dapat menikmati sajian buah seperti rambutan dan langsat yang dijajakan oleh warga setempat.

untuk menuju tempat wisata yang berjarak sekitar 8 km dari pusat kota Polewali ini, butuh pendakian dan tantangan yang sedikit berat. Karena sama seperti lokasi air terjun pada umumnya yang berada di daerah ketinggian, anda perlu berjalan sejauh 4 km untuk menuju Air Terjun Indo Rannuang menyusuri jalan setapak kecil melewati kebun-kebun kakao milik warga.

Pendakian menuju Indo Rannuang bukan hal yang mudah, anda harus menyiapkan fisik yang prima, karena kemiringan dataran yang cukup terjal, sebaiknya menyiapkan air minum karena pendakian dengan berjalan kaki tentu saja akan menguras tenaga.

12
November

Warisan budaya Indonesia asal Tanah Batak, Ulos Harungguan, mendapat penghargaan dari World Crafts Council (WCC), salah satu NGO yang berafiliasi dengan UNESCO. Kain Ulos Harungguan dipamerkan di Andaliman Hall, Kota Medan, setelah mendapatkan penghargaan dari WCC 2018. Sekitar 90 kain ulos dipamerkan, selain Harungguan, beberapa jenis diantaranya : Bintang Maratur, Suri-suri, Indigo, dan Bolean.

Perancang busana internasional dan kolektor ulos, Torang Sitorus mengatakan, ini bukan prestasi pertama yang dicapai kain Harungguan. Sebelumnya, ulos Harungguan menjadi suvenir dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Washington DC dan Bali, beberapa waktu lalu. Menurutnya, keunikan dari ulos Harungguan adalah kain ini hanya dibuat penenun dari Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Kain ini merupakan replika dari kain tua, yang proses pembuatannya masih dilakukan secara tradisional dan mengikuti pakem, diikat, dan motifnya tidak ada pengulangan. Kain diwarnai dengan bahan-bahan lokal yang terdapat di daerah Toba, yaitu dari akar mengkudu dan mahoni, yang difermentasi menjadi pewarna. Adapun perbedaan ulos Harungguan dengan kain Batak lainnya adalah tidak ada pengulangan motif dalam proses pembuatannya.Menurut Torang Sitorus, proses pembuatan satu lembar ulos Harungguan bisa memakan waktu hingga dua bulan. Sebelum menenun, prosesnya adalah pembentukan pola motif, pengikatan hingga pencelupan. Alhasil ulos Harungguan dibanderol dengan harga yang cukup tinggi. Satu lembar kain dihargai 5 hingga 10 juta rupiah. Setelah Harungguan,Torang akan mencari ulos dengan motif yang lain untuk dikembangkan. Torang juga berharap ulos mampu menjadi sebuah industri fashion yang dapat mendongkrak perekonomian para penenun di Toba.