Suprapto

Suprapto

03
December

Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dari 40 ribu jenis tumbuhan di negara kita,  6000 hingga 7500 jenis merupakan tanaman obat. Hal ini tercatat oleh Kementerian Kesehatan RI melalui Riset Tumbuhan dan Jamu pada 2012-2017. Untuk itu, Yayasan Kebun Raya Indonesia-YKRI akan membangun Kebun Raya Tanaman Obat.  Alasan membangun Kebun Raya Tanaman Obat ini adalah terinspirasinya YKRI terhadap kebun raya Padua Italia. Kebun raya tersebut merupakan kebun raya tanaman obat yang juga menjadi laboratorium serta penelitian obat-obatan dan menjadi tempat praktik untuk mahasiswa dan ahli di Italia.

Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa potensi tanaman obat di Indonesia sangat besar. Oleh sebab itu perlu dibuat Kebun raya karena salah satu fungsi kebun raya adalah melakukan konservasi untuk menyelamatkan tumbuhan yang sudah terancam punah, termasuk di dalamnya tumbuhan obat. Menurut data LIPI ada 1.300 jenis tumbuhan yang bisa dikembangkan sebagai tanaman obat. Namun baru 200 jenis yang  diketahui sehingga masih banyak peluang-peluan untuk eksplorasi dan riset. Ia berharap, melalui Kebun Raya Tanaman Obat ini nantinya potensi 900-an jenis tumbuhan obat yang belum teridentifikasi dan belum ditemukan bisa dikembangkan. 

YKRI bersama-sama mengajak masyarakat luas untuk terus melakukan pelestarian serta menggali potensi untuk menciptakan Kebun Raya Tanaman Obat di Indonesia. Wakil Ketua II YKRI Sonny Keraf mengatakan, ide membangun kebun raya tanaman obat ini akan mulai dijalankan tahun 2019. Meskipun demikian, ia belum memastikan lokasi Kebun raya tanaman obat. Inisiasi pembuatan Kebun Raya Tanaman Obat ini sangat penting, karena salah satu kekuatan di Indonesia adalah sumber Keanekaragaman Hayati.

 

03
December

Hari ini akan memperkenalkan Tradisi Sasi Laut di Maluku. hampir di seluruh pulau di Maluku seperti, Halmahera, Ternate, Buru, Seram, Ambon, Banda, Kepulauan Kei dan lainnya serta, di Papua seperti Kepulauan Raja Ampat, Sorong, Manokwari, Nabire, Biak, dan lainnya memberlakukan adat khusus bernama Sasi. Tradisi ini yang sebenarnya membuat banyak tempat wisata alam tetap terjaga kelestariannya. Tradisi Sasi banyak diberlakukan di desa-desa yang berada di pesisir pantai.

Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumber daya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumber daya alam tersebut. Sasi merupakan upaya untuk memelihara tata krama hidup bermasyarakat, termasuk upaya ke arah pemerataan pembagian atau pendapatan dari hasil sumberdaya alam sekitar kepada seluruh penduduk setempat. Saat ini, Sasi memang lebih cenderung bersifat hukum adat dibandingkan tradisi, karena Sasi digunakan sebagai cara mengambil kebijakan dalam pengambilan hasil laut dan hasil pertanian.

Sasi Laut, peraturan adat dalam mengambil hasil laut. Sasi Laut menentukan masa jeda, di mana warga tidak boleh mengambil sumber daya dari laut dalam waktu tertentu dan di tempat yang telah ditentukan. Dengan adanya Sasi, warga pun lebih bijak dalam mengambil hasil laut. Ketika Sasi Laut sedang berlangsung, tidak ada yang boleh mengambil hewan tersebut di wilayah yang sudah ditentukan hingga Sasi dibuka atau berakhir. Jadi warga harus bersabar untuk memanen hewan laut tersebut.

Walaupun tutup Sasi berlangsung selama berbulan-bulan, masyarakat adat tetap sabar dan mencari pencaharian dari sumber alam lain untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka. Selama tutup Sasi, hewan akan berkembang biak dengan baik dan hasil panennya juga akan lebih banyak. Selain itu, warga percaya bahwa orang yang melanggar Sasi akan mendapat malapetaka.

namun saat ini banyak pendatang yang sulit untuk ditertibkan karena para pendatang tersebut tidak terikat oleh adat ini. Akibatnya, pemberlakuan Sasi tidak dapat ditindak secara tegas. Banyaknya pendatang serta perusahaan-perusahaan besar yang mengambil sumber daya alam di Maluku semakin mengaburkan sistem Sasi secara perlahan-lahan. Misalnya yang terjadi di Nus Leur dan Terbang Utara, dimana terdapat perahu-perahu penangkap ikan yang melanggar batas ketika mengambil hasil laut.

02
December

Edisi kali ini mengetengahkan topik mengenai Wakili Indonesia, Kota Surabaya Masuk Nominasi   Guangzou Award 2018.

Kota Surabaya kembali masuk nominasi Guangzhou Award 2018. Ini merupakan ke-empat kalinya kota Surabaya ikut serta dalam bertaraf ajang internasional ini. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengaku optimistis, Surabaya bisa meraih penghargaan prestisius tersebut kali ini. Pemerintah Surabaya masih berupaya meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Ada beberapa progres pembangunan yang saat ini sedang dilakukan antara lain, perbaikan saluran air, pelebaran jalan dan penambahan kapasoitas rumah pompa. Tri Rismaharini mengatakan, warga yang mendukung pembangunan oleh Pemerintah Surabaya itu juga dapat berpartisipasi dalam Guangzhou award. Warga dapat memposting vote pada link: vote. guangzhouaward.org/EN/vote.aspx. 

Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya, M. Fikser, mengatakan bersamaan dengan acara United Cities and Local Government (UCLG) beberapa waktu lalu, para juri The Guangzhou International Award for Urban Innovation 2018 sudah datang ke Surabaya untuk menilai apakah proposal yang diajukan sama dengan kondisi di lapangan. Mereka datang tanpa pemberitahuan dan tidak mau ditemani pemerintah Kota Surabaya. M. Fikser seperti dikutip dari Akurat.co mengatakan mereka ingin lihat dampak yang dilakukan Pemerintah Kota Surabaya secara langsung. Dari 900 kota, telah diseleksi menjadi 169 kota dari 66 negara, kemudian diseleksi lagi menjadi 15 kota, dan Surabaya salah satunya.

 

 

 

Sementara itu, Director of Guangzhou Institute for Urban Innovation, Nicholas You, mengungkapkan alasan Surabaya dipilih sebagai nominator Guangzhou Award 2018. Menurutnya, inisiatif yang dilakukan Risma dengan melibatkan elemen masyarakat telah menjadi gerakan sosial, seperti pembayaran transportasi umum (Bus Surabaya) menggunakan botol plastik bekas. Tidak hanya itu, inisiatif Kota Surabaya dalam mengolah limbah sangat kreatif dan didasarkan pada model bisnis yang murah serta berkelanjutan. Dikatakannya, walaupun populasi berkembang jumlah limbah yang dihasilkan berkurang. Hal ini dapat dicontoh oleh negara lain. Nicholas mengatakan Surabaya sudah layak disebut sebagai kota berkelanjutan. Hal itu didasarkan pada sistem pengelolaan limbah yang partisipatif, yang menjadi indikator kunci dalam perubahan perilaku. Hal ini juga bisa menjadi salah satu bahan terpenting memperkenalkan perubahan di sektor lainnya, seperti transportasi, energi, keselamatan dan nutrisi.

Mewakili Indonesia, Surabaya akan bersaing dengan 15 kota untuk bisa meraih penghargaan prestisius itu. Kota tersebut adalah Brussels (Belgia), Dangbo (Benin), Federal Distric (Brasil), Vaudreuil-Dorion (Kanada), Vancouver (Kanada), Guangzhou (China), Nanning (China), Bogota (Kolombia), Curridabat (Kolombia), Senftenberg (Jerman), Isfahan (Iran), Hong Kong (China), Eliat (Israel), Kfar Saba (Israel) dan Bologna (Italia).
Kota-kota yang terpilih tersebut akan diundang ke Guangzhou pada awal Desember ini. Di sana, juri akan memutuskan pemenang berdasarkan presentasi serta aplikasi tertulis yang sudah disiapkan setiap kota.

02
December

Hari ini kami mengajak anda berwisata ke Provinsi Kalimantan Utara, Tarakan untuk mengunjungi Museum Rumah Bundar. Kalimantan Utara merupakan provinsi termuda di Indonesia. Ditetapkan sebagai provinsi ke 34 oleh DPR-RI pada tanggal 25 Oktober 2012 berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2012. Kalimantan Utara memiliki lima wilayah administrasi, yaitu satu kota , Tarakan dan empat kabupaten, Bulungan, Malinau, Nunukan dan Tana Tidung. Provinsi Kalimantan Utara berbatasan langsung dengan negara bagian Sabah dan Sarawak, Malaysia Timur.

Kalimatan Utara memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Anda bisa menikmati wisata alam pegunungan, sungai , hutan lindung dan air terjun. Selain itu provinsi Kalimantan Utara juga memiliki wisata sejarah, wisata budaya dan wisata religi. Salah satu wisata sejarah yang dapat anda kunjungi terletak di kota Tarakan.

jika anda berkunjung ke kota Tarakan di Kalimantan Utara, jangan lewatkan untuk berkunjung ke salah satu objek wisatanya, yaitu Museum Rumah Bundar. Museum Rumah Bundar adalah satu objek sejarah yang berada di kawasan Kampung Beru, jalan Danau Jempang, Kelurahan Pramusian, Kecamatan Tarakan Tengah , Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Lokasi tersebut dapat ditempuh sekitar 15 menit dari Bandara Juwata Tarakan.

Rumah Bundar ini didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1938 .Fungsi awal dari bangunan ini sebagai rumah dinas pegawai sipil Belanda di Tarakan. Pada tahun 1945, setelah direbut dari tangan Jepang, bangunan ini digunakan oleh sekutu Australia sebagai pos pemulihan lingkungan Tarakan yang rusak berat akibat perang. Kemudian pada tahun 2003, pemerintah kota Tarakan membebaskan bangunan ini untuk dilestarikan sebagai bangunan cagar budaya dan sekarang berfungsi sebagai tempat perawatan warisan budaya dan pelayanan informasi sejarah Tarakan. Bangunan ini lebih dikenal sebagai Museum Gedung Bundar.

Bangunan ini berbentuk suatu rumah berukuran sekitar 6x12 meter dengan atap berbentuk melengkung atau setengah lingkaran. Tepat di sebelah bangunan ini terdapat kantor DPRD kota Tarakan, klenteng, masjid dan lain-lain. Sekarang , bangunan ini digunakan untuk meseum yang menyimpan koleksi sejarah perang dunia ke II dan mayoritas menyimpan benda sejarah berupa samurai, baling-baling pesawat temput, sepatu para penjajah, helm pasukan tentara sekutu, pedang algojo Jepang dan banyak lagi koleksi foto-foto pada saat perang ke II di Tarakan. Tarakan menjadi daerah bersejarah karena di tempat ini tentara Jepang pertama kali mendarat pada tahun 1947. Tarakan tercatat sebagai daerah palagan Perang Dunia II. Minyak yang merupakan kekayaan sumber daya alam Tarakan, menjadi salah satu magnet bagi kekuatan asing untuk menguasai pulau itu

selain barang-barang peninggalan Perang Dunia ke II, di museum ini juga terdapat koleksi peninggalan kesultanan Bulungan yang memimpin Tarakan Utara dari tahun 1771 hingga tahun 1938. Barang-barang kesultanan Bulungan, mulai dari tempat tidur hingga baju kebesarannya serta beberapa barang antik lainnya, seperti uang koin jaman dahulu dan mobil kotak dipamerkan di Museum ini. Di samping kiri bangunan ini terdapat sebuah garasi dan terparkir rapi dua buah buah taksi tempo dulu. pengunjung museum ini dikelola langsung oleh Dinas Kebudayaan Kota Tarakan. Pengunjungnya tidak hanya berasal dari daerah sekitar tetapi juga rombongan pejabat dari Jakarta serta wisatawan mancanegara, khususnya Australia, Jepang dan Amerika.