Suprapto

Suprapto

28
November

Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mendengar kata Lombok, biasanya yang langsung terlintas ialah keindahan alamnya serta beberapa tempat wisata yang popular seperti Desa Adat Sasak atau pun Kepulauan Gili. Akan tetapi, Lombok tidak hanya memiliki keindahan laut, pantai, atau pun Desa Adat Sasak saja. Masih ada banyak hal menarik lainnya yang bisa ditemui di pulau cantik ini. Salah satunya Taman Loang Baloq, wisata religi yang terletak di pusat kota Mataram.

bagi sebagian wisatawan, nama Loang Baloq cukup asing. Namun tidak bagi orang Lombok karena di sini terdapat sebuah makam yang sudah terkenal sejak dulu. Masyarakat percaya jika makam tersebut merupakan makam para penyebar agama Islam di Lombok pada jaman dulu.

Loang Baloq sendiri memiliki arti makam yang terletak di tengah batang pohon beringin. Mitos yang beredar adalah siapapun yang ingin menyampaikan niat atau hajat harus mengikat sebuah tali di pohon beringin tersebut, kemudian berdo’a. Setelah hajat terkabulkan, mereka datang kembali untuk syukuran dan membuka tali yang sudah diikat tersebut. Tradisi ini oleh masyarakat Lombok disebut “Saur Sesangi” atau membayar janji.

tak hanya makam, dan kisah mitosnya, di sini juga terdapat sebuah danau besar. Pemandangan ini terlihat semakin cantik dengan paduan pepohonan yang tumbuh di sekitarnya. Selain itu, di tempat ini juga ada sebuah taman yang menyediakan beragam fasilitas bermain untuk anak.

Setelah lelah mengitari danau atau pun sekedar ingin bersantai, wisatawan dapat memanfaatkan fasilitas yang disediakan yaitu saung. Sambil menyantap perbekalan, di saung ini wisatawan juga bisa menikmati keindahan pemandangan yang sejuk pada sore hari. Fasilitas lainnya yang tersedia di sini antara lain tempat beribadah serta bebatuan refleksi.

melihat dari pemandangan yang ada serta fasilitas yang tersedia, taman ini terbilang cukup sederhana. Namun demikian, tempat ini cukup cocok bagi wisatawan yang ingin berkunjung bersama keluarga. 

Berkunjung ke Taman Loang Baloq, wisatawan akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 2.000 per orang. Tidak perlu khawatir bagi wisatawan yang membawa kendaraan sebab di tempat ini area parkir sangat rapi dan teratur serta ada penjaga yang siap menjaga kendaraan Anda.

Taman Loang Baloq ini ini biasanya ramai dikunjungi saat lebaran Idul Fitri tiba hingga perayaan Lebaran Ketupat, yaitu satu minggu setelah Lebaran Idul Fitri. Selain perayaan Idul Fitri, makam Loang Baloq juga ramai dikunjungi saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. 

Bagi Anda yang tertarik untuk berkunjung ke Taman Loang Baloq, tempat ini berada di Tanjung Karang, Lombok, NTB. Tepatnya di Jalur Lingkar Selatan, bagian barat dan tak jauh dari pusat kota Mataram. Untuk menuju lokasi, Anda bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat atau pun kendaraan umum. Lokasinya cukup strategis dengan akses yang cukup mudah. Dari pusat kota Mataram hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai ke Taman Loang Baloq.

27
November

Melayu

Published in pop music

Pelangi Nada Melayu kali ini putarkan lagu “SRI BANANG” , dinyanyikan oleh WAN ABDURRAHMAN. Lagu ini bercerita tentang nasehat-nasehat kehidupan.  inilah WAN ABDURRAHMAN dengan “SRI BANANG”

anda baru saja mendengarkan lagu melayu berjudul “SRI BANANG”. Lagu ini tersusun dari bait-bait pantun yang berisi sampiran dan isi. Lirik-lirik lagunya banyak yang diulang. Musik lagu ini bertempo sedang. Di kota Medan, lagu ini biasanya dinyanyikan saat acara perkawinan.

Lagu melayu lainnya akan segera hadir ke ruang dengar anda. Kali ini berjudul SEMPAYA. Dinyanyikan oleh VIVIEN VANIA, lagu ini bercerita tentang kesedian seseorang yang ditinggal kekasihnya. Kali ini, saya putarkan lagu SEMPAYA.

lagu berjudul SEMPAYA baru saja anda dengarkan. Lagu ini terdiri dari bait-bait pantun. Berjudul SEMPAYA, sebenarnya sempaya adalah buah rotan berukuran besar. Buah ini mirip buah salak. Rasanya asam. Di palembang disebut buah sempayo, asem payo. Biasanya buah ini diolah menjadi asinan buah atau manisan buah. Buah asam ini digunakan sebagai dalam lirik lagu ini untuk menggambarkan asamnya hidup yang ditinggal kekasih. Meski berlirik sedih, musik lagu ini tetap asik untuk bergoyang.

Mengakhiri Pelangi Nada Melayu kali ini, lagu berjudul TANJUNG KATUNG dinyanyikan oleh IYETH BUSTAMI. Lirik lagu ini terdiri dari pantun-pantun berirama, sehingga lagunya bisa menjadi panjang dan tak putus-putus. Sepanjang pantun tersedia, maka sepanjang itu pulalah lagu ini. Lagu ini berisi nasehat-nasehat baik dalam kehidupan.

27
November

 

 

16 November kemarin, Presiden Joko Widodo meresmikan Monumen Kapsul Waktu di Merauke, Papua. Di Monumen yang letaknya tak jauh dari Bandara Mopah ini, tersimpan tujuh mimpi besar anak-anak Indonesia untuk 70 tahun ke depan. Peletakkan kapsul waktu ke dalam cangkang ini dilakukan oleh 36 anak-anak muda Indonesia. Menurut Presiden, Monumen seluas 2,5 hektar ini memiliki bentuk seperti Markas Avengers yang sangat futuristik. Presiden menilai, kapsul waktu ini memiliki jiwa dan semangat yang sama dengan para Avengers. Para Avengers, bukan hanya punya mimpi besar.Namun juga melakukan tindakan yang besar untuk melindungi banyak orang.

Tujuh mimpi anak-anak muda Indonesia dikumpulkan selama ekspedisi Kapsul Waktu sejak 22 September 2015. Ekspedisi itu digelar di 43 kota di 34 provinsi sejauh 24.089 kilometer dari Sabang sampai Merauke. Di setiap provinsi, anak-anak muda menuliskan keinginannya dalam 70 tahun kedepan yang kemudian disimpan permanen di monumen, sehingga kelak di tahun 2085 dibuka oleh penerus selanjutnya. Tujuh mimpi anak-anak bangsa tersebut, antara lain Pertama, SDM Indonesia kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia. Kedua, masyarakat Indonesia menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius, dan menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Ketiga, Indonesia sebagai pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia. Keempat, masyarakat dan aparatur pemerintah bebas dari perilaku korupsi. Kelima, membangun infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia. Keenam, Indonesia sebagai negara yang mandiri dan negara yang paling berpengaruh di Asia Pasifik. Dan ketujuh, Indonesia sebagai barometer pertumbuhan ekonomi dunia.

Monumen Kapsul Waktu berupa bangunan tugu dengan pintu yang mewakili suku asli Merauke, yakni Malind, Muyu, Mandobo, Mappi dan Auyu, sebagai penjaga tugu. Di dalam Monumen terdapat relief mengenai perjalanan Indonesia, Pancasila, serta kebudayaan Papua. Sementara 1,5 hektar arealnya menjadi alun-alun. Selain menjadi ruang terbuka publik dan lokasi wisata bagi masyarakat Merauke, Monumen Kapsul Waktu diharapkan dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi lokal.

 

27
November

Hari ini kami akan memperkenalkan kepada anda Festival Endog-Endogan. 20 November lalu, masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur berkumpul menggelar Festival Endog-Endogan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, berlangsung meriah. Ribuan kembang endhog diarak dari empat penjuru, yakni dari timur, barat, utara, dan selatan, menuju ke titik kumpul di depan Kantor Pemerintah daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Arak-arakan di masing-masing penjuru diiringi dengan tabuhan rebana dan tarian kuntulan, tarian khas Banyuwangi dengan iringan musik rebana dan kendang. Masing-masing peserta dalam arak-arakan juga membawa ancak yang berupa makanan siap saji.

Dalam bahasa Using, suku asli Banyuwangi, Endog berarti telur. Dalam festival tersebut ribuan endhog , diletakkan di tangkai bambu yang dihias bunga kertas. Hal ini dikenal luas dengan sebutan kembang endhog. Kembang endhog tersebut lantas dirangkai di judang yaitu sebuah tempat berhias yang menjadi papan kembang endhog. Ada yang terbuat dari pelepah pisang, gabus dan lain sebagainya. Sesuai dengan perkembangan zaman, kembang endog tidak hanya berbentuk bunga, namun berkembang sesuai kreativitas masyarakat, seperti berbentuk barong, ular naga, pesawat ataupun model kerucut. Biasanya dalam satu judang berisi 27, 33 ataupun 99 kembang endog.        

Tradisi endog-endogan muncul di Bayuwangi pada akhir abad ke-18. Seorang ulama asal desa Cemoro Songgon yang bernama KH. Abdullah Faqih menggunakan media telur ini sebagai media dakwah. Kembang endhog sendiri bukan semata hiasan ataupun hiburan. Namun, sarat dengan nilai-nilai filosofis. Tradisi ini menggunakan telur, karena telur merupakan simbol dari sebuah kelahiran. Sedangkan kembang merupakan simbol pemujaan.   Festival yang merupakan tradisi khas masyarakat Banyuwangi ini adalah bentuk ekspresi kecintaan warga Banyuwangi kepada Nabi Muhammad SAW.

Rangkaian Festival Endhog-endhogan ditutup dengan tausiyah maulid yang disampaikan oleh Ustad sekaligus doa. Kemudian, ancak yang diarak dimakan bersama. Sedangkan kembang endhognya dibagikan ke segenap pengunjung. Kini festival Endog-Endogan digelar tidak hanya sebagai bagian tradisi melainkan juga menjadi salah satu daya tarik wisata kota Banyuwangi. Biasanya tradisi ini digelar setiap bulan Rabiul Awal dalam kalender Islam, khususnya di tanggal 12 dan seterusnya sampai akhir bulan.