Pelangi Nada. Kali ini, hadirkan lagu-lagu dari provinsi Kalimantan Timur. mengawali perjumpaan, kami hadirkan lagu berjudul “Lembuswana” oleh Nadira. Lagu “Lembuswana” menceritakan tentang lambang kerajaan Kutai Karta negara, yaitu Lembuswana. Lembuswana adalah makhluk berkepala singa, bermahkota, berbelalai gajah, dan bersayap garuda. Walau hanyalah makhluk mitos, masyarakat tetap mempercayai Lembuswana sebagai simbol sifat-sifat pemimpin yang mulia。
demikianlah “Lembuswana” oleh Nadira. Lagu berikut yang akan kami putarkan berjudul “Burung Enggang” . Liriknya menceritakan tentang satwa langka khas provinsi Kalimantan Timur, yaitu burung enggang. Burung enggang berbulu indah dan bergerak bak seorang penari. Karena keindahannya, burung enggang banyak diburu orang. Burung enggang melambangkan kesetiaan dan tanggung jawab masyarakat Dayak. Pendengar kita dengarkan Efendy Dinda dengan “Burung Enggang”. Selamat mendengarkan.
Demikianlah “Burung Enggang” oleh Efendy Dinda.
Pendengar, tema lain yang juga muncul dalam lagu dari daerah Kalimantan Timur adalah rindu kampung halaman. Seperti tertuang dalam lirik lagu “Dendam Kampoeng” . Lagu yang dibawakan oleh Syafa Meisya ini menceritakan kerinduan terhadap kampung halaman. Kampung adalah tempat menari, bersenda gurai, dan bernyanyi. Kampun halaman juga adalah tempat menghabiskan masa kecil dahulu. Biarpun sedang merantau, kampung halaman jangan sampai dilupakan. Inilah Syafa Meisya dengan “ Dendam Kampoeng”
mengakhiri Pelangi Nada kali ini, saya putarkan lagu berjudul “Nasi Bekepor” oleh Nadira. Lagu ini menceritakan tentang nikmatnya makanan khas Kalimantan Timur yaitu “Nasi Bekepor”. Semoga lagu-lagu yang kami sajikan kali ini, bukan hanya menambah infomrasi tentang musik di Indonesia, tetapi juga tentang Indonesia, khususnya Kalimantan Timur.
Pelangi Nada edisi kali ini, akan menghadirkan lagu-lagu nostalgia dari Nia Daniaty. Nia Daniaty merupakan seorang penyanyi pop wanita yang populer pada tahun 1980-an. Nia mulai dikenal karena sering membawakan lagu yang diciptakan oleh Rinto Harahap, seorang penyanyi dan pencipta lagu Indonesia. Salah satu lagu ciptaan Rinto Harahap yang berhasil membuatnya dikenal masyarakat luas ialah “Gelas Gelas Kaca”. mengawali perjumpaan, ini lah lagu berjudul “Gelas Gelas Kaca”.
demikian lagu ciptaan Rinto Harahap, “Gelas Gelas Kaca”. Lagu ini lah yang membuat nama Nia mulai dikenal pecinta musik di Indonesia. Lagu ini dirilis pada tahun 1985. Tak hanya piawai sebagai penyanyi, Nia juga pandai berakting. Hal tersebut, ia buktikan dengan menjadi nominasi kategori Aktris Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia tahun 1980, dalam film "Antara Dia Dan Aku". Pendengar, sebelum kembali membahas tentang Nia Daniaty mari kita nikmati kembali sebuah lagu berjudul “Semalam Di Cianjur
baru saja anda dengarkan lagu "Semalam Di Cianjur" yang dibawakan oleh Nia Daniaty. Sebelumnya, lagu ini dipopulerkan terlebih dahulu oleh Alfian Harahap. Lagu “Semalam Di Cianjur” merupakan lagu yang dikenang masyarakat Indonesia sepanjang waktu. Sudah banyak musisi Indonesia yang mengaransemen kembali lagu tersebut.
Sebut saja Broery Pesulima, dan Yuni Shara, mereka mengaransemen kembali lagu legendaris ini dengan ciri khas masing-masing. Lagu “Semalam Di Cianjur” bercerita tentang seseorang yang sedang berada di salah satu daerah di Indonesia yaitu Cianjur. Di tempat ini, ia jatuh hati pada salah seorang penduduk lokal disana. Sayang, ia hanya singgah sehari di Cianjur, sehingga pertemuan dengan sang pujaan hati hanya semalam. Pendengar, menutup perjumpaan, saya hadirkan dua buah lagu lainnya dari Nia Daniaty berjudul “Tak Ingin Seperti Dia” dan “Senja Dibatas Kota”.
Hari ini akan memperkenalkan CURUG MANDALA. Subang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Kabupaten ini dianugerahi potensi alam melimpah yang oleh pemerintah setempat juga dikembangkan untuk pariwisata. Berbicara mengenai pariwisata, Subang secara garis besar dibagi menjadi 3 zona utama mulai dari laut di utara, dataran yang luas di bagian tengah hingga pegunungan yang sejuk di selatan. Ketiga zona berbeda ini membuat Subang memiliki destinasi wisata yang beragam. Dari aneka ragam objek wisata yang ada, Subang dikenal dengan objek wisata pemandian air panas Ciater dan curug atau air terjunnya yang indah.
salah satu destinasi wisata air terjun indah di Subang yang wajib anda kunjungi, ketika berkunjung kesana adalah Curug Mandala. Curug Mandala berlokasi di Dusun Panaruban, Desa Cicadas, Kecamatan Sagalaherang, Subang, Jawa Barat. Untuk menuju Curug Mandala, waktu yang dibutuhkan tidak terlalu lama karena letaknya yang cukup dekat dari pusat kota. Hanya butuh waktu sekitar 30 menit menggunakan kendaraan roda dua untuk tiba disana. Sesampainya di pintu masuk curug dan membayar tiket seharga Rp10 ribu per orang serta biaya parkir kendaraan Rp2 ribu per kendaraan, anda bisa masuk ke hutan untuk menuju curug. Disediakan papan penunjuk arah sehingga memudahkan wisatawan.
Curug Mandala memiliki pemandangan alam yang hijau dan indah. Ada perkebunan Teh yang menghampar luas. Curug Mandala juga punya keunikan tersendiri dimana air terjunnya punya beberapa tingkatan. Di bagian bawah, terdapat air terjun yang paling tinggi. Kemudian, di atas aliran tersebut, anda akan menemukan aliran air lain yang lebih pendek. Bila dilihat dari atas, bentuk air terjun ini seperti undakan tangga. Berwisata kesana, nikmatilah kesegaran airnya. Jangan lupa juga mengabadikan keindahan alam Curug Mandala dengan berfoto ria. Anda juga bisa melakukan camping di objek wisata ini.
Diberi nama Curug Mandala, konon dahulu dikisahkan ada seorang patih dari kerajaan di tanah pasundan yang bernama Patih Mandala. Dikabarkan ia bertapa dan “moksa” (mati dengan cara menghilang tanpa meninggalkan jejak/jasad menuju nirwana) ditempat ini. Dari kisah tersebutlah, maka air terjun ini dinamakan Curug Mandala. Objek Wisata Curug Mandala dikelola secara resmi oleh PT. Perkebunan Nusantara VIII bekerjasama langsung dengan pemuda Karang Taruna Panaruban, Subang. Karena telah dikelola secara resmi, fasilitas umum pun sudah tersedia dengan cukup baik ditempat ini, mulai dari lahan parkir, toilet, mushola, serta beberapa taman dan saung bambu untuk beristirahat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan fauna yang melimpah. Namun sayangnya fauna endemik Indonesia saat ini sudah sangat sedikit, bahkan sebagian fauna sudah ada yang punah. Selain itu, banyak anak Indonesia tidak mengenal fauna asli dan endemik Indonesia, bahkan sekedar mengetahui pun tidak.
Atas dasar inilah, lima mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) berinovasi menciptakan permainan yang terinspirasi dari permainan Jumanji, yang diberi nama "Yokawan". Yokawan merupakan media permainan yang berisi tentang macam-macam fauna endemik Indonesia. Dengan metode bermain sambil belajar, Yokawan berusaha mengenalkan fauna endemik Indonesia mulai dari nama lokal, habitat asal, dan sebaran di Indonesia.Kelima mahasiswa tersebut yakni Hilma Rosmy Naziah, Huky Arvi Loany, Fanisya Febrianti Hernada, Sukma Dewi Heidy Santoso, dan Sri Wulan, yang berasal dari dua jurusan berbeda yakni Sains Komunikasi Pengembangan Masyarakat dan Ilmu Keluarga.Melalui permainan Yokawan, kelima mahasiswa IPB ini berhasil menciptakan nuansa baru belajar mengenal fauna endemik Indonesia dengan cara menyelesaikan misi di dalam permainan. Misi tersebut berupa mencapai titik tengah Yokawan secara bersamaan. Pemain yang terdiri dari empat orang, harus bekerja sama dan saling membantu memecahkan tantangan yang disediakan di papan permainan. Jika pemain tidak dapat memecahkan tantangan, maka akan mendapatkan sanksi berupa berkurang nyawa dan dilewati satu kali putaran permainan berikutnya.Cara bermain Yokawan seperti bermain permainan monopoli. Para pemain menggunakan karakter zoologist, masing-masing pemain memiliki 4 kartu pengetahuan. Kemudian pemain melempar dadu, angka dadu menunjukan jumlah langkah yang harus mereka ambil. Setiap berhenti mengambil kartu yang berisi tantangan pertanyaan. Jika tidak bisa menyelesaikannya, pemain dapat dibantu oleh pemain lainnya dengan konsekuensi harus memberikan 1 dari 3 kesempatan yang mereka miliki. Tantangan dan pertanyaan termasuk dalam komponen permainan dalam bentuk kartu. Tantangan Yokawan, misalnya, membuat puisi tentang Elang Jawa. Untuk pertanyaan, seputar hewan endemik di Indonesia.Salah satu kreator Yokawan, Huky Arvi Loany menjelaskan, permainan ini sudah diaplikasikan di beberapa tempat, di antaranya dimainkan anak-anak di sekitar rumah dari lima mahasiswi tersebut. Juga, di SD Negeri Cihideung Hilir 04, TPA Desa Cibanteng Bogor. Penyampaian Yokawan di sekolah SD Negeri Cihideung Hilir 04 Bogor, Jawa Barat, dilakukan dalam beberapa tahap.
Tahap pertama adalah Aloha (Ayo Lihat Hewan). Aloha dilakukan dengan menonton bersama-sama video hewan agar skema pemikiran anak terfokus pada hewan. Tahap kedua, Carita (Cari Tahu Ya) yakni menceritakan tentang hewan-hewan endemik di Indonesia beserta hal-hal menarik dari hewan endemik tersebut. Misalnya, perbedaan antara Badak Sumatera dengan Badak Jawa. Tahap ketiga adalah Kawan (Kusuka Hewan).Tahap ini dilakukan dengan bermain board game Yokawan. Tahap keempat adalah Everlasting, yang merupakan evaluasi dari permainan ini.Menurut Huky, hingga saat ini, mereka sudah memproduksi 7 set permainan Yokawan dan tidak diperjualbelikan. Untuk penyebarannya, masih menjajaki sejumlah pihak, di antaranya Kementerian Lingkungan Hidup karena ada rencana menempatkan Yokawan di taman nasional.