Daniel

Daniel

02
August

 

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengapresiasi daya juang UMKM untuk bangkit di tengah pandemi covid-19.  Ia mengatakan telah  menyaksikan banyak UMKM di berbagai daerah yang melakukan inovasi produk, salah satunya untuk APD (produk alat pelindung) yang sangat diperlukan oleh dunia kesehatan,  kata Teten saat memberikan sambutan kunci dalam Virtual Fashion Show of Personal Protective Equipment oleh UMKM di DIY, Sabtu (1/8).Teten mendukung langkah UMKM dalam membuat produk Alat Pelindung Diri (APD).

Ini adalah ciri khas UMKM. Meski ekonomi terpuruk, mereka selalu mencari jalan keluar. UMKM harus tetap berkembang. UMKM tidak dapat menunggu hingga ekonomi sehat, kata  Teten. Ia mengatakan mendukung pertumbuhan UMKM, menurutnya, berbagai pihak perlu mendukung.Mulai dari kementerian, berbagai lembaga, dunia usaha, akademisi, hingga masyarakat untuk memastikan agar produk UMKM dapat menguasai pasar, baik domestik maupun nasional, katanya. media Indonesia

 

02
August

 

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo kedepan akan  mewajibkan sekolah kelautan dan perikanan yang berada di bawah naungan KKP menerima anak nelayan. Hal ini sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia sektor kelautan dan perikanan nasional. Kalau sekarang ini belum ada keharusan. Tetapi ke depan wajib sekolah-sekolah dibawah KKP  untuk menerima anak-anak nelayan, kata Menteri Edhy dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu.Menurut dia, hal tersebut selaras dengan arahan yang telah diberikan oleh Presiden Joko Widodo.

Unit pendidikan di bawah KKP seperti  Politeknik Ahli Usaha Perikanan yang memiliki program studi antara lain Teknologi Penangkapan  Ikan (TPI), Permesinan Perikanan (MP), Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPH),dan  Teknologi Akuakultur (TAK).Dengan peningkatan kualitas SDM ini, Menteri Edhy berharap seluruh lulusan sekolah perikanan dapat bekerja atau menjadi pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan di berbagai daerah. antara

31
July


Amerika Serikat dijadwalkan untuk menarik hampir 12.000 pasukan dari Jerman dalam apa yang digambarkan sebagai reposisi pasukan ‘strategis’ di Eropa. Sekitar 6.400 tentara akan ditarik pulang, dan sisanya dipindahkan ke negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara ( NATO ) lainnya seperti Italia dan Belgia.Presiden Donald Trump Rabu lalu (29/7) mengatakan langkah itu merupakan respons terhadap kegagalan Jerman memenuhi target NATO terkait pengeluaran untuk  pertahanan. Trump telah lama meminta agar anggota-anggota NATO Eropa menyediakan lebih banyak anggaran pertahanan bagi mereka sendiri. Menurut Trump anggota NATO seharusnya tidak lagi bergantung begitu banyak pada AS untuk menanggung biaya mempertahankan aliansi. Target yang disepakati oleh semua anggota NATO untuk pengeluaran pertahanan harus mencapai 2% dari PDB pada 2024. Jerman, bersama dengan banyak negara lainnya, belum memenuhi target ini.Namun, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengeluarkan nada yang berbeda ketika mengumumkan keputusan tersebut. Menurutnya tindakan itu adalah bagian dari rencana yang lebih luas untuk memosisikan kembali pasukan AS di kawasan tersebut. Langkah itu adalah perubahan strategis dan positif utama yang tidak diragukan lagi akan mencapai prinsip-prinsip inti. Yaitu  untuk meningkatkan kekuatan pertahanan Amerika Serikat  dan NATO menghadapi Rusia. Langkah ini akan mengurangi kehadiran militer AS di Jerman lebih dari 25%. Satu skuadron jet tempur akan dipindahkan ke Italia sementara beberapa pasukan bisa dipindahkan ke Polandia.

Keputusan untuk menarik pasukan AS dari Jerman dalam jumlah besar  ternyata mendapat kritik tidak hanya dari para pejabat Jerman, tapi juga dari dalam negeri AS. Ketua Komite urusan Luar  Negeri Jerman menyebut keputusan AS itu akan melemahkan aliansi NATO. Sementara, ada juga kritik bipartisan di Washington. Senator Demokrat Jack Reed mengatakan penarikan pasukan itu merugikan  kepentingan Amerika Serika sendiri. Senator Republik Mitt Romney menggambarkan keputusan itu sebagai ‘kesalahan besar, dan tamparan di wajah seorang teman dan sekutu.

30
July


Jumat 31 Juli 2020, umat Islam di seluruh dunia merayakan Hari Raya Idul Adha atau  Hari Raya Qurban 1441 H. Biasanya, hari raya Idul Adha ditandai dengan pelaksanaan Ibadah Haji  di Kota Mekkah dan Madinah di Arab Saudi oleh umat islam yang datang dari berbagai penjuru dunia. Namun, pelaksanaan ibadah haji tahunini  berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada masa pandemi Covid-19, Pemerintah Arab Saudi hanya memperbolehkan warga Arab Saudi dan warga negara asing yang sudah lama menetap di wilayah Arab Saudi untuk melaksanakan ibadah hajiTentunya, hal bertujuan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 tersebut. Terkait pembatasan jamaah haji oleh Pemerintah Arab Saudi, Pemerintah Indonesia telah mengambil keputusan untuk tidak memberangkatkan jamaah haji ke Mekkah pada 2020. Selain itu, pelaksanaan kegiatan sholat dan penyembelihan hewan qurban juga menjadi perhatian Pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia –MUI dengan mengeluarkan tata cara sholat dan pemotongan hewan.

Ttata cara pelaksanaan ibadah shalat dan pemotongan hewan bertujuan untuk mencegah penyebaran atau menghindari kluster baru Covid19. Saat ini, sampai tulisan ini dibuat,  di Indonesia telah melewati angka 104.000 kasus positif dengan kematian hampir menyentuh angka 5000 jiwa.   Selain tata cara shalat, perubahan yang mendasar lainnya adalah kegiatan pemotongan hewan qurban. Pemotongan hewan qurban harus dikondisikan dengan tidak terjadinya pengumpulan massa ketika penyembelihan hewan qurban sedang dilakukan.  Dampak lain dari pandemi saat ini adalah memunculkan banyaknya warga kurang mampu dan penurunan daya beli masyarakat akibat perekonomian tersendat. Adanya pemberian daging hewan kurban kepada masyarakat saat ini sangat tepat, karena banyak masyarakat membutuhkannya.  

Sejatinya Idul Adha dengan shalat, pelaksanaan ibadah haji dan berkurban hewan adalah melakukan ibadah  dengan ikhlas kepada sang Pencipta seperti apa yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan pengalaman spiritual sehari-harinya. Berkurban dengan memberikan hewan kurban terbaik dan ikhlas tidak melakukan ibadah haji ke kota  Suci Mekkah saat pandemi demi kemaslahatan umat di tengah wabah merupakan salah bentuk ketaatan dan kepatuhan terhadap kepada Sang Maha Pencipta yang Maha Pengasih dan Penyayang. Berdasarkan catatan, penguasa Tanah Suci sudah banyak melakukan pelarangan pelaksanaan haji akibat wabah kolera dan lepra. Menurut Majelis Ulama Indonesia, adanya fatwa tentang Shalat  dan Penyembelihan Hewan Qurban ditengah pandemi Covid-19 tersebut, masyarakat Indonesia diharapkan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan ketentuan syariat dan terhindar dari potensi penularan virus corona. Lebih penting lagi, mereka dihimbau untuk lebih disiplinguna mengindahkan protokol kesehatan. Sehingga,penularan virus misterius ini dapat dihindari and angka kasus positif Covid-19 tidak akan bertambah.  Tentunya, perilaku disiplin masyarakat dalam tatanan kehidupan baru adalah kunci paling utama dalam mengurangi penularan dan penanggulangan dampak pandemi Covid-19.