21
October

 

Jakarta (voinews.id) : Konsul Jenderal Republik Indonesia Kuching Raden Sigit Witjaksono mendorong peningkatan arus lalu lintas orang, kendaraan dan barang antara Indonesia dan Malaysia melalui tiga Pos Lintas Batas Negara (PLBN) perbatasan yaitu Entikong-Tebedu, Aruk-Biawak dan Nanga Badau-Lubuk Antu.

Menurutnya arus lalu lintas orang, barang dan kendaraan melalui ketiga PLBN tersebut sempat menurun akibat pandemi. Namun seiring melandainya angka penularan virus, arus lalu lintas tersebut terus meningkat.

“Lalu lintas orang memang dari waktu ke waktu sekarang semakin meningkat pasca pandemi. Awalnya sekitar 200 hingga 500 sekarang sudah dua kali lipatnya dari dua pintu Entikong dan Aruk,” katanya saat berbincang dengan RRI Voice of Indonesia, Jumat (21/10/2022) di Jakarta.

Raden Sigit mengatakan masyarakat Indonesia yang melakukan perjalanan ke Sarawak terutama untuk melakukan wisata pengobatan (medical trourism). Sementara dari pihak Malaysia, masyarakat yang berkunjung ke Indonesia didominasi oleh warga yang ingin menikmati kuliner di Indonesia.

“Jadi sekarang sudah cukup banyak mobil-mobil dengan plat Kalimantan Barat memenuhi rumah sakit di Sarawak. Sebaliknya itu tujuannya biasanya shopping atau kuliner itu sudah semakin meningkat dari waktu ke waktu,” katanya.

Selain itu menurutnya, dalam mendukung arus lalu lintas orang, pemerintah Indonesia dan Malaysia telah menyediakan angkutan umum guna mendukung peningkatan arus orang antar kedua negara. Kedua negara menyediakan kendaraan transportasi umum yang dapat digunakan oleh masyarakat kedua negara dan menghubungkan antara Pontianak dan Kuching. Kendaraan transportasi ini melayani rute Pontianak-Kuching setiap harinya.

Melihat tingginya animo masyarakat kedua negara untuk saling kunjung, Raden Sigit mendorong agar pemerintah kedua negara juga dapat membuka kembali konektivitas udara yang sempat ditutup akibat pandemi.

“Ke depan kami juga dorong bersepakat dengan Kementerian Transportasi Sarawak untuk konektivitas udara untuk diaktifkan kembali yang dulunya ada sebelum pandemi dari Kuching ke Pontianak. Kalau sekarang jalan darat sekitar 5 hingga 6 jam,” katanya.

Sementara untuk arus barang, Konjen Raden Sigit mengakui pihaknya masih terus melakukan upaya untuk meningkatkan arus barang antara Indonesia dan Malaysia melalui PLBN. Menurutnya selama ini arus lalu lintas barang masih didominasi oleh produk pertanian dan perikanan. (Ndy)

21
October


(voinews.id) Di Indonesia ada 5 juta santri yang tersebar di 28 ribu pesantren di berbagai daerah. Potensi tersebut dapat dioptimalkan melalui program Santridigitalpreneur yang digagas oleh Kemenparekraf/Baparekraf. Dalam program ini para santri dibekali ilmu digitalisasi dengan tren kekinian yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan daya saing.
Ponpes Al Hasaniyah di Sukabumi menjadi contoh pesantren yang perlahan mulai mengadopsi tata kelola ekonomi digital. Dapat dilihat dari beberapa inovasi yang dilakukan oleh para santrinya, seperti mampu memodifikasi motor bebek, mengelola online shop melalui media sosial, membangun jejaring teknologi informasi, ekspor ikan hias ke berbagai negara seperti Kanada, Jepang, Malaysia, juga memproduksi kerajinan berbasis kaligrafi, dan membuat pelet ikan dengan alat yang dibuat sendiri dari bekas pompa.
Dalam Kunjungannya ke Ponpes Al Hasaniyah, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berharap santriwan dan santriwati di Indonesia memiliki kemampuan yang baik dalam mengadopsi teknologi digital, yang akan berdampak pada penciptaan lapangan kerja baru dan berkualitas.Targetnya, tiap tahun 20 persen dari tiap pondok pesantren bisa meningkatkan kemampuannya untuk mengadopsi teknologi digital
Turut mendampingi Menparekraf Sandiaga Direktur Tata Kelola Ekonomi Digital Kemenparekraf/Baparekraf Yuana Rochma Astuti; General Manager PT. Air Gunung Salak Solihin; Pimpinan Pesantren Babakan Al Hasaniyah, Mama Ajengan Kyai Haji Raden Amang Muhammad; dan Pengasuh Santripreneur Pesantren Babakan Al Hasaniyah, Ajengan Rahmat Fauzi S.I.P, S.Pd.

 

voinews.id

20
October

 

(voinews.id)- Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengingatkan daerah perlu menerapkan Gerakan Kecamatan Tangguh Bencana (Kencana) untuk memastikan warga aman dari risiko bencana. "Pelaksanaan standar pelayanan minimal (SPM) suburusan bencana membutuhkan keterlibatan kecamatan selaku perangkat daerah kewilayahan yang terdekat dengan masyarakat," kata Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Safrizal dalam keterangan di Jakarta Rabu.

Langkah tersebut, katanya, dapat dilakukan melalui Gerakan Kecamatan Tangguh Bencana (Kencana) yang diyakini dapat meningkatkan peran kecamatan dalam menanggulangi bencana di wilayahnya.

Safrizal mengatakan salah satu tantangan dalam penerapan SPM suburusan bencana adalah faktor jangkauan wilayah yang luas dan banyaknya warga negara yang harus dilayani berdasarkan hasil kajian risiko. Karena itu, kata dia, pihak terkait perlu memanfaatkan peran pemerintah di tingkat kecamatan, kelurahan, dan desa.

“Dengan demikian, pemda dapat lebih memastikan agar masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana memiliki pengetahuan sebanyak mungkin tentang risiko dan ancaman bencana yang mungkin mereka hadapi sehingga dapat menekan semaksimal mungkin jatuhnya korban jiwa bila terjadi bencana,” kata Safrizal.

ia meminta pemda mengembangkan strategi pelibatan pentahelix dan berbagai pendekatan yang inovatif dalam pemenuhan SPM suburusan bencana yang menjadi tanggung jawab BPBD kabupaten/kota. Dia menjelaskan gerakan kecamatan tangguh bencana merupakan inisiatif untuk memperkuat upaya penanggulangan bencana di daerah melalui dukungan kecamatan.

Hal itu, paparnya, sesuai peran dan kewenangan yang dimiliki camat pada penerapan standar pelayanan minimal suburusan bencana dan pengkoordinasian berbagai upaya penanggulangan bencana setingkat desa/kelurahan di wilayah mereka.

 

antara

20
October

 

(voinews.id)-Dua jenama restoran Indonesia, yakni Kopi Kenangan dan Restoran Sari Ratu membuka gerai internasionalnya di Malaysia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno berharap jenama Kopi Kenangan yang bertempat di Suria KLCC serta Restoran Sari Ratu Cabang Petaling Jaya menjadi sarana promosi pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia yang efektif khususnya melalui sektor kuliner sehingga dapat mendorong minat wisatawan berkunjung ke Indonesia.

Pemerintah sebelumnya telah meluncurkan "Indonesia Spice Up the World" yang merupakan program bersama lintas kementerian/lembaga serta lintas pemangku kepentingan untuk mendukung peningkatan kontribusi dan nilai tambah subsektor kuliner bagi perekonomian nasional. Program ini memiliki target peningkatan jumlah ekspor bumbu atau rempah sebesar 2 miliar dolar AS dan 4.000 restoran Indonesia di mancanegara pada 2024.

“Sebagai bukti keseriusan Indonesia dalam mengembangkan program Indonesia Spice Up the World, kemarin kami telah meresmikan pembukaan gerai Kopi Kenangan internasional pertama yaitu di Suria KLCC, dan hari ini kami meresmikan pembukaan restoran Sari Ratu di cabang Petaling Jaya,” kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam sambutannya secara virtual saat peresmian pembukaan Restoran Sari Ratu di cabang Petaling Jaya Malaysia, Selasa (18/10/2022).

Kemenparekraf dikatakan Sandiaga akan terus mendukung pengembangan program Indonesia Spice Up the World. Diantaranya dengan mendorong akses pembiayaan serta promosi bumbu dan rempah-rempah Indonesia di luar negeri.
Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Ni Made Ayu Marthini yang hadir secara langsung dalam acara peresmian tersebut berharap, ekspansi yang dilakukan Kopi Kenangan dan Sari Ratu dapat terus diperkuat dan disusul oleh restoran-restoran Indonesia lainnya ke banyak negara di dunia.

Terkait dukungan akses pembiayaan, Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf Anggara Hayun Anujuprana pada kesempatan yang sama mengungkapkan, saat ini Kemenparekaf/Baparekraf sedang mencoba memfasilitasi akses pembiayaan alternatif untuk membantu restoran Indonesia di luar negeri.

"Misalnya dari Fintech Equity/Securities Crowdfunding yang telah berizin dari OJK, juga dari beberapa investor dan Venture Capital yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian target program Indonesia Spice Up the World ini," ujar Anggara.

 

voinews.id