Perusahaan industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical Titan, akan melakukan peletakan batu pertama untuk pembangunan pabrik yang memproduksi nafta cracker pada akhir 2018. Dengan nilai investasi yang rencananya mencapai 3,5 miliar dolar Amerika Serikat, pabrik ini diharapkan mendukung pengurangan impor produk petrokimia hingga 60 persen.Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian, Achmad Dwiwahjono, melalui keterangannya, di Jakarta, Sabtu mengatakan, “Nafta cracker selaku bahan baku petrokimia, Indonesia memang kurang sehingga masih impor. Tetapi setelah ini produksi, bisa disubstitusi.
Bahkan, pabrik ini juga akan menghasilkan etilen, propilen, dan produk turunan lain. Jadi Indonesia tidak akan impor lagi.Hal itu disampaikannya usai mendampingi Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, pada pertemuan dengan Vice Chairman of Lotte Group, Huh Soo Young, beserta delegasinya di Kementerian Perindustrian.Dikatakannya, proyek Lotte ini sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia yang tengah memprioritaskan akselerasi pertumbuhan industri petrokimia karena memenuhi kebutuhan produksi di banyak sektor hilir. antara
Indonesia menerima sertifikat dari ICAO (International Civil Aviation Organization) tentang peningkatan keselamatan penerbangan di Indonesia. Perwakilan Indonesia untuk ICAO, Andy Aron seperti dikutip Antara Sabtu menyebutkan, Presiden Dewan ICAO, Olumuyiwa Benard Aliu, menganugerahkan sertifikat tersebut kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso, di Kantor Pusat ICAO, di Montreal, Kanada baru – baru ini.
Penganugerahan sertifikat tersebut diberikan sebagai bentuk pengakuan prestasi pemerintah Indonesia atas peningkatan keselamatan penerbangan di Tanah Air.ICAO secara resmi pada 28 Februari 2018 menerbitkan laporan hasil audit di tempat, yang dilaksanakan di Indonesia, pada Oktober 2017.Saat itu, Indonesia berhasil meraih angka sebesar 80,34, yang berarti meningkat secara signifikan dari hasil audit ICAO pada 2014 yang hanya sebesar 45.33.Dengan demikian, hasil audit keselamatan penerbangan berhasil membawa Indonesia menempati posisi peringkat ke-58 dunia, dari 192 negara anggota ICAO. antara
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto di Jakarta baru – baru ini mengatakan, tahu 2018 merupakan tahun yang menantang bagi pasar obligasi atau fix income di Indonesia. Menurut Handy, tahun ini investor tidak lagi bisa menikmati imbal hasil atau yield dari obligasi sebanyak dua digit sebagaimana dua tahun ke belakang. Pada tahun 2016, investor bisa memperoleh imbal hasil sebesar 14 persen. Sedangkan pada tahun 2017 imbal hasil yang diperoleh mencapai 18 persen.
“Jadi kalau kita bicara di akhir tahun lalu, kita memang menyatakan bahwa tahun 2018 itu adalah tahun yang sangat challenging buat pasar fix income, pasar obligas, kenapa? Simple, karena kalau kita lihat dari entry levelnya, itu yieldnya sudah turun sangat signifikan. Jadi dua tahun terakhir, investor yang berinvestasi di pasar obligasi menikmati return double digit. Jadi catatan kita 2016 returnnya bisa 14 persen, 2017 bisa 18 persen. Ini akibatnya starting entry level kita itu sudah sangat rendah di tahun 2018.”
Handy lebih lanjut menjelaskan, hal itu terjadi karena untuk tahun ini sudah banyak kepemilikan asing di Surat Utang Negara yang semakin berkurang dengan disebabkan beralihnya mereka ke US Treasury Bonds yang memberikan imbal hasil semakin menarik, yakni mencapai lebih dari tiga persen. Di samping itu, lanjut dia, hal itu juga dipengaruhi oleh sudah tidak mungkinnya Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuannya. Bahkan, untuk tahun ini akan terus mengalami kenaikan di kisaran 25-50 basis poin. Karena itu, dia menekankan, pasar obligasi memang sangat dipengaruhi oleh foreign fund flows. Karenanya, agar pasar obligasi bisa memberikan return yang bagus dan bisa memberikan daya tarik bagi investor. (VOI/Rezha)
Tim Nasional panjat tebing Indonesia menggeser Rusia dan sukses menduduki peringkat pertama dunia sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh federasi panjat tebing Internasional usai menyelesaikan kejuaraan dunia di Tai'an, China. Berdasarkan data dari Pengurus Pusat Federasi Panjat Tebing Indonesia (PP FPTI) di Jakarta, Sabtu, Indonesia saat ini sukses mengumpulkan poin 1.023 dan mampu menggusur posisi Rusia yang selama bertahun-tahun tidak tergoyahkan.
Rusia harus rela turun ke peringkat dua dengan raihan 980 poin. Tidak hanya Indonesia yang sukses membuat kejutan. Perancis yang sukses merebut dua emas di nomor speed world record putra dan putri naik ke posisi ketiga dengan total poin 590. Seperti dikutip Antara Sabtu, kesuksesan timnas Indonesia menjadi peringkat petama tidak lepas dari dominasi atlet-atlet Indonesia dalam final di tiga seri kejuaraan dunia di Moskow Rusia serta di Chongqing dan Tai’an China. Dari tiga seri tersebut timnas Indonesia sukses membawa pulang ke Tanah Air tujuh medali yang terdiri satu emas tiga perak dan tiga perunggu. antara