Pelaksana Tugas Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bambang Subiyanto, mengatakan, peningkatan jumlah peneliti baru Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia -LIPI merupakan suatu keharusan untuk mendukung pembangunan dan kemajuan Indonesia di masa mendatang. Hingga saat ini, LIPI terus mempersiapkan diri untuk memenuhi jumlah target peneliti di berbagai bidang penelitian. Demikian dikatakan Bambang Subiyanto kepada Media di sela-sela acara the 3rd Thee Kian Wie Lecture Series, Pembangunan Infrastruktur di Indonesia, yang berlangsung di Jakarta, Rabu (25/04).
“ Sebenarnya kita itu total peneliti di luar dosen itu cuma ada 9.500 (peneliti). Itu semestinya kalau bisa 5 tahun mendatang itu ditingkatkan sampai 50 ribu. Kita sebenarnya butuh sebenarnya sampai tahun 2045 itu harus kita siapkan dari sekarang. Semua peneliti dan dosen target kami kalau bisa disiapkan itu adalah 50 ribu sampai tahun 2025 “.
Bambang Subiyanto juga menargetkan, pada tahun 2045, idealnya LIPI akan memiliki sekitar 160 ribu peneliti yang dapat menyamai negara-negara maju, seperti Korea Selatan dan Jepang. Dengan target 160 ribu peneliti tersebut, LIPI berharap Indonesia akan memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan akan banyak industri baru. Dengan demikian, ekonomi Indonesia akan meningkat secara signifikan. Menurut Bambang, kemajuan suatu negara akan diikuti dengan kemajuan riset dan pengembangannya. Ahmad Faisal VOI RRI
Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja sama Antar Agama dan Peradaban akan menyelenggarakan High Level Consultation of World Muslim Scholars on Wasatiyat Islam atau Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Wasatiyat Islam. Konsultasi Tingkat Tinggi tersebut akan digelar di Bogor, Jawa Barat pada 1 sampai 3 Mei, dan di Jakarta pada 4 Mei mendatang. Terdapat beberapa hal terkait Wasatiyat Islam yang akan dibahas di Konsultasi tersebut, mulai dari tataran konsepsi, implementasinya dari masa ke masa di dunia, dan tantangan di masa yang akan datang. Selain itu, Indonesia secara khusus akan membagikan pengalamannya dalam mengimplementasikan Wasatiyat Islam selama ini. Menurut Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja sama Antar Agama dan Peradaban, Din Syamsudin, dalam konferensi persnya di Jakarta, Rabu (25 April), Wasatiyat Islam merupakan konsep Islam jalan tengah yang ada di Indonesia dan sering disalahartikan sebagai konsep Islam moderat oleh dunia barat.
“ Jadi ini disebut dengan istilah konsultasi tingkat tinggi, jadi konsultasi tentang Wasatiyat Islam. Di Indonesia dikenal dengan Islam Wasatiyah, singkatnya Islam jalan tengah. Cuma selama ini di Barat sering diterjemahkan menjadi Islam moderat, tidak pas. Wasatiyat Islam lebih luas dari moderat, ada toleran, cenderung jalan tengah, cenderung menyelesaikan masalah dengan musyawarah, mengakui kemajemukan, pluralisme “.
Din Syamsudin lebih lanjut menjelaskan, dalam kegiatan tersebut akan hadir Imam Besar Al-Azhar, Yang Mulia Ahmed Ath-Thayeb, sebagai pembicara kunci. Sekitar 50 tokoh ulama dan cendekiawan muslim Indonesia akan menjadi peserta dalam kegiatan ini. Selain itu, akan hadir pula 50 tokoh ulama dan cendekiawan Muslim dari berbagai negara, yaitu dari Uni Emirat Arab, Kuwait, Lebanon, Suriah, Aljazair, Singapura, Filipina, India, Kanada, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Jepang, Thailand, Malaysia, Arab Saudi, Uzbekistan, Inggris, Rusia, Iran, Timor Leste, Srilanka, Palestina, Italia, Bosnia-Herzegovina, dan Jordania. (Rezha)
Presiden Joko Widodo menerima Kepala Eksekutif Wilayah Khusus Administratif Hong Kong, Carrie Lam, beserta rombongan di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (25/4). Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo menyampaikan, pertemuan tersebut akan memperkuat hubungan kerja sama antara Indonesia dan Hong Kong, bukan hanya dalam kerja sama ekonomi, namun juga dalam meningkatkan hubungan antar masyarakat atau people to people contact. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo didampingi sejumlah menteri kabinet kerja, di antaranya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan, saat ini Indonesia memiliki iklim investasi yang lebih baik dari sebelumnya. Menteri berharap, hal ini dapat dimanfaatkan bagi peningkatan nilai investasi Hong Kong di Indonesia.
“ Investasi Hong Kong juga memiliki posisi yang sangat penting. Karena dari waktu ke waktu, paling tidak dua tahun berturut-turut Hong Kong merupakan investor ke empat terbesar di Indonesia. Presiden tadi membahas mengenai masalah investasi, terutama dengan iklim investasi yang lebih baik di Indonesia, diharapkan ke depan investasi Hong Kong juga akan semakin bertambah “.
Sementara itu Kepala Eksekutif Wilayah Khusus Administratif Hong Kong, Carrie Lam, mengapresiasi sambutan yang diberikan pemerintah Indonesia dalam menerima rombongan pemerintahan Hong Kong beserta delegasi bisnis yang datang. Dirinya menyoroti peningkatan hubungan kerja sama Indonesia-Hong Kong sejak kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Hong Kong beberapa waktu yang lalu. Menurutnya, hubungan kerja sama kedua negara telah meningkat, bukan hanya di bidang ekonomi, namun juga di bidang sosial dan pendidikan. (Ndy)
Indonesia meraih juara kedua lomba program pekan kerukunan antar-umat beragama (World Interfaith Harmony Week -- WIHW) 2018 yang diselenggarakan atas amanat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam keterangan pers yang diterima Antara di Jakarta, Rabu, disebutkan pada Selasa (24/4) di Amman, pemenang lomba dari Indonesia, yaitu Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) yang mengajukan program dengan tema "Rukun dan Bersatu: Kita Satu", menerima penghargaan dari Raja Yordania, Abdullah II bin al Hussein. Pada tahun ini, para juri di WIHW menyeleksi 1.232 usulan program dari berbagai negara. Juara pertama diraih oleh lembaga asal Australia, Interfaith Center of Melbourne, sementara juara ketiga didapatkan oleh Interfaith Glasgow dari Inggris. Duta Besar RI untuk Kerajaan Yordania dan Negara Palestina, Andy Rachmianto, yang turut hadir pada upacara pemberian penghargaan tersebut, menyampaikan bahwa peran Indonesia dalam membina kerukunan antar umat beragama di Indonesia, saat ini sudah menjadi sorotan dunia dan penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi dunia atas capaian Indonesia. Antara