Akbar

Akbar

16
August

 

(voinews.id)Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan pentingnya bagi seluruh elemen bangsa Indonesia untuk membangun kekuatan nasional dalam menghadapi beragam tantangan dunia yang ada saat ini, seperti konflik geopolitik dan tekanan moneter global.

"Sangat penting bagi kita semua, seluruh pemangku kepentingan dan seluruh anak bangsa untuk membangun kekuatan nasional kita," kata Puan saat menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2022 di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Selasa.

Ia pun menyampaikan kekuatan nasional itu dapat dibangun dengan memunculkan kesadaran, kemauan, serta komitmen bersama dari seluruh elemen bangsa yang bersumber dari rasa cinta Tanah Air dan cinta pada bangsa Indonesia sebagai bangsa yang ber-Pancasila dan ber-Bhinneka Tunggal Ika untuk mengambil bagian dalam bergotong royong menghadapi berbagai tantangan yang ada dan memajukan Indonesia di segala bidang.

Lebih lanjut, Puan juga menyampaikan sejumlah cara yang dapat ditempuh oleh masyarakat Indonesia untuk bergotong royong menghadapi berbagai tantangan yang ada dan memajukan Indonesia di segala bidang.

Di antaranya, bisa dengan bekerja sebagai aparatur sipil negara (ASN) atau pihak swasta, bergerak dalam dunia pendidikan, mengabdi di bidang sosial, keagamaan, kesehatan, politik, jurnalistik atau pers, olahraga, kesenian, pengamat, dan lain sebagainya. "Seluruh partisipasi tersebut dapat diartikulasikan dalam bentuk gagasan, kerja, prestasi, gerakan, kritik, dan lain sebagainya," lanjut dia.

Selanjutnya, Puan pun menyampaikan pentingnya bagi bangsa Indonesia untuk berpegang teguh pada jati diri di tengah era globalisasi dan kemajuan teknologi dan industri yang semakin cepat dan dinamis.

 

antara

16
August

 

(voinews.id)Inggris menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin COVID-19 yang menargetkan virus versi asli dan varian Omicron. Badan Pengatur Obat dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) mengizinkan apa yang disebut vaksin bivalen buatan produsen obat Amerika Serikat Moderna sebagai dosis penguat untuk kalangan orang dewasa.

Keputusan MRHA itu didasarkan atas data uji klinis yang menunjukkan bahwa booster tersebut mampu merangsang "respons imun yang kuat" terhadap Omicron (BA.1) dan virus versi asli 2020, kata badan itu.

MHRA juga mengutip analisis investigasi, yang menunjukkan bahwa vaksin tersebut juga menghasilkan respons imun yang baik terhadap subvarian Omicron BA.4 dan BA.5, yang saat ini mendominasi.

"Generasi vaksin COVID-19 pertama yang disuntikkan di Inggris terus memberikan perlindungan yang penting melawan penyakit tersebut sekaligus menyelamatkan nyawa," kata Kepala Eksekutif MHRA June Raine lewat pernyataan.

"Apa yang diberikan vaksin bivalen adalah sebuah alat penajam untuk membantu melindungi kita dari penyakit ini sebab virus terus berkembang."

 

antara

16
August

 

(voinews.id)Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dapat memfasilitasi kunjungan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memeriksa kerusakan di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina, kata juru bicara PBB, Senin.

Namun, seorang diplomat Rusia memperingatkan bahwa misi apa pun yang melewati ibu kota Ukraina, Kiev, terlalu berbahaya. Juru bicara PBB Stephane Dujarric juga mengatakan bahwa Sekretariat PBB tidak memiliki otoritas untuk memblokade atau membatalkan aktivitas IAEA.

Dia mengatakan hal itu untuk menanggapi tuduhan Rusia bahwa PBB telah memblokade kunjungan tim pemeriksa IAEA ke PLTN tersebut. PLTN terbesar di Eropa itu telah dikuasai Rusia sejak Maret, menyusul invasi negara itu ke Ukraina pada 24 Februari.

"Sekretariat PBB telah menilai bahwa pihaknya memiliki kapasitas logistik dan keamanan di Ukraina yang mampu mendukung misi IAEA ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia dari Kiev," kata Dujarric. Namun, kata dia, Rusia dan Ukraina harus sama-sama menyetujuinya.

Kedua negara itu sebelumnya mengatakan mereka ingin pemeriksa IAEA berkunjung ke PLTN itu. Kepala IAEA Rafael Grossi mengaku siap memimpin sebuah misi dan mendesak Rusia dan Ukraina untuk bekerja sama.

Kantor berita Rusia RIA mengutip seorang diplomat senior yang mengatakan bahwa misi semacam itu tidak bisa melalui Kiev seperti diusulkan PBB.

"Bayangkan apa artinya melalui Kiev – artinya, mereka pergi ke PLTN itu melalui garis depan (pertempuran)," kata RIA, mengutip Igor Vishnevetsky, wakil kepala departemen proliferasi nuklir dan pengendalian senjata Kementerian Luar Negeri Rusia.

"Risikonya sangat besar, mengingat tidak semua tentara Ukraina memiliki pemikiran yang sama," kata dia seperti dikutip RIA. Misi seperti itu tidak memiliki mandat untuk melakukan "demiliterisasi" di PLTN seperti permintaan Kiev, karena hanya bisa dilakukan dengan "pemenuhan jaminan dari IAEA," kata kantor berita Tass, mengutip Vishnevetsky.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Selasa menyerukan penghentian aktivitas militer di sekitar kompleks PLTN Zaporizhzhia ketika Rusia dan Ukraina saling melempar kesalahan atas terjadinya serangan di kawasan itu.

Guterres berbicara dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Senin tentang kondisi yang diperlukan agar PLTN itu dapat beroperasi dengan aman. Sumber: Reuters

16
August

 

(voinews.id)Senin (15/8) menandai satu tahun Taliban berkuasa di Afghanistan, yang disambut dengan perayaan kecil oleh para anggotanya. Afghanistan, sementara itu, sedang bergulat dengan kemiskinan yang memburuk, kekeringan, malnutrisi, serta harapan yang memudar di kalangan perempuan.

Pada Senin di Kabul, beberapa orang merayakan momentum satu tahun kekuasaan Taliban dengan menembakkan senjata ke udara. Para petempur Taliban berkumpul, melambaikan bendera-bendera kelompok itu yang berwarna hitam putih.

Setahun lalu, mereka melakukan pawai di ibu kota Kabul setelah membukukan serangkaian kemenangan besar di medan pertempuran. "Hari ini adalah hari kemenangan bagi kebenaran dari kebohongan, dan hari keselamatan serta kebebasan bagi bangsa Afghanistan," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, melalui pernyataan.

Sebelum merebut kekuasaan tahun lalu, kelompok gerilyawan Taliban berperang melawan pasukan negara-negara asing pimpinan Amerika Serikat. Afghanistan sekarang menjadi lebih aman kendati cabang ISIS di negara itu beberapa kali melancarkan serangan.

Namun, keadaan relatif aman itu tidak bisa menutupi berbagai tantangan besar yang dihadapi Taliban dalam membawa Afghanistan menuju pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

Mereka menghadapi tekanan berat di bidang ekonomi, sebagian besar karena Afghanistan terkucil setelah pemerintah negara-negara asing menolak mengakui keabsahan Taliban sebagai pemimpin di Afghanistan.

 

antara