Andy Romdoni

Andy Romdoni

07
February

Jakarta (voinews.id) : Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Covusoglu untuk menyampaikan belasungkawa atas musibah bencana gempa bumi yang terjadi di Turki.

“Ibu Menteri Luar Negeri sudah berkomunikasi dengan mitranya Menteri Luar Negeri Turki guna menyampaikan belasungkawa atas korban jiwa akibat bencana alam pada tanggal 6 Februari 2023,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah dalam keterangan pers di Kantor Kementerian Luar Negeri, Selasa (7/2).

Lebih lanjut Teuku Faizasyah menyebut pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar RI (KBRI) di Ankara, Turki, terus melakukan pendataan warga negara Indonesia (WNI) di wilayah terdampak.

“Per 7 Februari 2023 atau hari ini tercatat 10 WNI mengalami luka-luka, 4 sudah dirawat di RS dan 6 akan dievakuasi untuk perawatan di Ankara,” katanya.

Selain itu, Teuku Faizasyah mengatakan, KBRI Ankara juga telah menurunkan 4 tim ke lokasi gempa guna melakukan evakuasi WNI.

“Untuk mengevakuasi 104 WNI dari 5 titik, Gaziantep, Kahramanmaras, Adana, Hatay dan Dyarbakir. Mereka akan dievakuasi ke Ankara,” katanya.

Sementara itu, terkait gempa yang juga dirasakan di Suriah, Duta Besar RI di Damaskus Wajid Fauzi mengatakan KBRI Damaskus telah menurunkan tim menuju Aleppo dan Hama untuk memastikan keberadaan WNI yang terdampak gempa.

Menurutnya, KBRI di Damaskus memiliki shelter di Aleppo dan Lattakia. Kedua shelter ini dijaga oleh petugas yang merupakan warga negara Suriah. Ia mengatakan KBRI Damaskus belum menerima laporan keberadaan WNI yang menjadi korban gempa di Suriah.

“Mereka petugas shelter yang sejak kemarin sudah melakukan tugas melaporkan dari lapangan, meneliti dan mengunjungi beberapa rumah sakit yang di Aleppo dan Lattakia. Sejauh ini kita belum atau tidak menerima informasi mengenai adanya WNI yang terdampak,” katanya yang tersambung secara daring.

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,8 terjadi pada Senin (6/2) pukul 04.17 waktu setempat. Gempa ini mengguncang sebagian wilayah Turki dan Suriah.

04
February

Jakarta (voinews.id) : Para Menteri Luar Negeri negara-negara anggota ASEAN telah merampungkan agenda hari kedua dari rangkaian ASEAN Ministerial Meetings (AMM). Pada hari kedua telah dilaksanakan ASEAN Retreat yang merupakan puncak kegiatan AMM tahun 2023.

“Kita baru saja menyelesaikan hari kedua yang merupakan hari terakhir Retret Menteri Luar Negeri ASEAN,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers usai ASEAN Retreat, Sabtu (4/2) di Jakarta.

Menurut Retno, ASEAN Retreat membahas tiga topik utama yaitu peninjauan dan keputusan para pemimpin ASEAN tentang Implementasi Konsensus 5 Poin (5PC), hubungan eksternal dan isu regional dan internasional.

Terkait 5PC, Retno Marsudi menjelaskan, konsensus ini merupakan usulan Indonesia dan telah dirundingkan. Menurutnya usulan ini mendapatkan dukungan luas dari seluruh negara anggota ASEAN.

“Rencana ini sangat penting bagi ASEAN, khususnya Ketua, sebagai pedoman untuk mengatasi situasi di Myanmar secara bersatu. Ini menunjukkan kesatuan yang kuat dari Anggota ASEAN untuk mengimplementasikan 5PC,” kata Retno.

Terkait isu regional dan internasional, menurut Retno, para Menteri telah membahas beragam isu dalam ASEAN Retreat. Ia mengatakan, implementasi ASEAN Outlook on The Indo-Pacific (AOIP) telah isu sentral selama pembahasan.

“Kami juga sepakat untuk membuat pertemuan kami dengan mitra dialog lebih efektif dan produktif,” katanya.

Sementara terkait hubungan eksternal, Retno Marsudi mengatakan para menteri membahas sejumlah hal antara lain cara untuk meningkatkan kemitraan dengan Uni Eropa, Dewan Kerja Sama Teluk, Kanada, Australia dan Jepang, termasuk dengan mengintensifkan keterlibatan di tingkat tertinggi.

“Kami sepakat untuk mendorong kemitraan yang lebih bermakna dan substantif berdasarkan kesetaraan, saling menghormati, dan saling menguntungkan,” kata Retno.

Hal lain yang tak kalah penting, menurut Retno adalah mengenai East Asia Summit. Ia mengatakan East Asia Summit harus terus diperkuat sebagai wahana utama dan forum strategis untuk mengatasi tantangan di kawasan.

04
February

Jakarta (voinews.id) : Pertemuan ASEAN Coordinating Council (ACC) ke-32 mengadopsi Pedoman Pelaksanaan Status Pengamat yang diberikan kepada Timor Leste. Selain itu, pertemuan juga mengadopsi Kerangka Acuan yang telah direvisi dari Kelompok Kerja ACC tentang Timor Leste.

“ACC juga menugaskan ACC Working Group on Timor-Leste untuk mengerjakan draft Roadmap untuk keanggotaan penuh Timor-Leste,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Jumat (3/2) di Jakarta.

Selain itu menurut Retno, ACC ke-32 juga mendukung High-Level Task Force (HLTF) on Economic Integration untuk mengembangkan ASEAN Blue Economy Framework.

“ACC menugaskan SOM untuk menjajaki pembentukan SOM Working Group dengan mandat memperkuat proses pengambilan keputusan ASEAN,” tambahnya.

Lebih lanjut, Retno Marsudi menyebut, pertemuan ACC juga menugaskan Committee of Permanent Representative (CPR) untuk meninjau Kerangka Acuan CPR dan menyelesaikan Kerangka Acuan East Asia Summit Ambassador Meeting in Jakarta (EAMJ).

“Dan membahas revisi Modalitas untuk Ketua ASEAN dan Badan Sektoral ASEAN untuk Menjadi Tuan Rumah Pertemuan di Sekretariat ASEAN dan membahas masalah pendanaan,” katanya.

Selain itu menurut Retno, ACC ke-32 juga menyepakati Dana Tanggap Covid-19 (Covid-19 Response Fund) akan diperluas menjadi Dana Tanggap ASEAN untuk Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Penyakit Baru (ASEAN Response Fund).

Di awal pertemuan ACC ke-32, menurut Retno, Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn juga memberi pengarahan pada pertemuan mengenai operasinalisasi rekomendasi penguatan kapasitas dan efektivitas kelembagaan ASEAN. Dalam kesempatan tersebut, Sekjen ASEAN juga menyoroti modalitas partisipasi Timor Leste dalam pertemuan ASEAN. Selain itu menurut Retno, Sekjen ASEAN juga menyoroti pentingnya negara-negara ASEAN untuk memanfaatkan potensi Ekonomi Biru.

03
February

Jakarta (voinews.id) : Indonesia menggelar pertemuan ke-32 ASEAN Coordinating Council (ACC) di Jakarta. Acara ini merupakan rangkaian dari pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN yang merupakan acara pembuka Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan seluruh negara peserta pertemuan ASEAN Coordinating Council ke-32 mengambut partisipasi Timor Leste dalam pertemuan ASEAN untuk pertama kalinya.

“Saya mengucapkan selamat kepada Menteri Adaljiza Magno dari Timor-Leste pada kesempatan ini,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan pers, Jumat (3/2) di Jakarta.

Salah satu agenda utama ACC adalah memberi pengarahan pada pertemuan tentang Prioritas Keketuaan ASEAN Indonesia dan hasil-hasilnya sepanjang tahun. Terkait hal itu, Retno Marsudi menyampaikan 3 pilar keketuaan Indonesia.

“Pilar pertama adalah ASEAN Matters,” kata Retno.

Ia menjelaskan, ASEAN perlu tetap relevan dengan mempertahankan sentralitasnya dan menjadi jangkar stabilitas dan kemakmuran kawasan di Indo-Pasifik.

“Pada saat yang sama, saya juga menggarisbawahi perlunya ASEAN yang berwawasan ke depan dengan kapasitas yang kuat untuk mengantisipasi dan mengatasi tantangan masa depan,” katanya.

Dalam konteks ini, menurut Retno, Indonesia akan mengusulkan inisiatif untuk memperkuat kesiapan ASEAN dalam menghadapi tantangan saat ini dan masa depan menuju tahun 2045, melembagakan dialog tentang hak asasi manusia, dan meningkatkan kerja sama ASEAN untuk mencegah dan memerangi Perdagangan Manusia.

“Pilar kedua adalah Epicentrum of Growth,” lanjutnya.

Sejalan dengan inisiatif memperkuat ASEAN, menurut Retno, ASEAN perlu memastikan kawasan dengan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, kuat, dan berkelanjutan.

“Di bawah pilar ini Indonesia akan mengusulkan hasil yang akan menjadikan kawasan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan,” katanya.

Untuk itu, menurut Retno, Indonesia sebagai dalam Keketuaan ASEAN 2023 akan berfokus pada 4 aspek utama, yaitu memperkuat arsitektur kesehatan ASEAN, memperkuat ketahanan pangan termasuk memastikan rantai pasokan yang kuat dan fasilitasi perdagangan, memastikan ketahanan energi untuk mendukung transisi dari energi fosil ke energi bersih dan terbarukan antara lain dengan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik regional, serta memperkuat stabilitas keuangan.

“Untuk lebih memastikan ketahanan ekonomi kita terhadap guncangan eksternal di masa depan,” katanya.

Adapun pilar ketiga keketuaan Indonesia di ASEAN adalah implementasi ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP).

“Seperti yang diamanatkan oleh para Pemimpin kita, Indonesia akan mendorong tindak lanjut Pengarusutamaan Empat Area Prioritas AOIP,” kata Retno.

Terkait hal ini, Retno mengatakan, Indonesia akan mengidentifikasi daftar proyek konkrit untuk implementasi AOIP yang akan melibatkan semua mitra ASEAN.

“Keketuaan kita juga akan memperkuat hubungan ASEAN dengan Pasifik, melalui pembentukan kerja sama Sekretariat-ke-Sekretariat antara ASEAN dan Forum Kepulauan Pasifik (PIF),” katanya.

Lebih lanjut, Retno Marsudi menambahkan, dalam Keketuaannya di ASEAN tahun 2023, Indonesia juga akan menyelenggarakan beberapa acara unggulan di bawah Forum ASEAN-Indo-Pasifik untuk mengimplementasikan ASEAN Outlook on the Indo-Pasifik.

Diantara acara unggulan itu adalah Dialog Pemuda tentang Pengembangan Digital untuk SDGs yang akan diselenggarakan pada bulan April, Forum Ekonomi Kreatif pada bulan Agustus, serta Forum Infrastruktur dan KTT Bisnis dan Investasi ASEAN yang akan diselenggarakan secara berurutan dengan KTT ASEAN ke-43 pada bulan September.