Daniel

Daniel

05
February

 

Uzbekistan mengeluarkan kebijakan bebas visa untuk warga dari tujuh negara, yaitu Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Turki, Jepang, dan Israel. Warga dari tujuh negara tersebut dapat mengunjungi Uzbekistan tanpa visa untuk masa tinggal 30 hari mulai Sabtu (10/2) mendatang. Seperti dikutip Republikaonline, Minggu (4/2), Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev telah menandatangani dokumen keputusan  tersebut. Tujuannya adalah menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pengembangan potensi pariwisata Republik Uzbekistan. Dokumen tersebut menggarisbawahi, anggota awak kapal maskapai asing yang melakukan penerbangan reguler ke Uzbekistan juga mendapat hak untuk mengunjungi negara tersebut tanpa visa. Republika

05
February

 

Pasangan Bulutangkis  ganda putra  Indonesia,   Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, mendapatkan gelar juara ke tiga kalinya di turnamen bulu tangkis India Terbuka 2018. Setelah meraih gelar pada 2016 dan 2017. Seperti dikutip Antara, Minggu (4/2) malam, berdasarkan laman resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia,  gelar tersebut diperoleh Marcus/Kevin usai mencetak kemenangan di partai final atas pasangan Denmark, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, 21-14, 21-16. Gelar tersebut  merupakan gelar ke dua Kevin/Marcus di tahun 2018 setelah pekan lalu pasangan peringkat satu dunia ini menjadi juara di Indonesia Masters 2018. Secara total, Indonesia meraih dua gelar juara dari India Terbuka 2018. Di ganda putri, pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil meraih  gelar juara setelah menundukkan unggulan ke dua asal Thailand,  Jongkolphan Kittiharakul/Rawinda Prajongjai, 21-18, 21-15.  Antara 

05
February

 

 

Ekspor minyak sawit dan turunannya masih menjadi penyumbang devisa terbesar untuk neraca perdagangan Indonesia pada 2017 yang surplus 11,84 miliar dolar Amerika. Sawit masih bertahan menjadi komoditas ekspor utama seperti 2016. Guru besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin, di Jakarta, Minggu (4/2) mengatakan, harga rata-rata minyak sawit mentah di 2017 tercatat 714,3 dolar Amerika  per metrik ton atau meningkat 2 persen dibandingkan harga rata-rata 2016 di angka 700,4 dolar Amerika  per metrik ton. Seperti dikutip Republikaonline, Bustanul Arifin memprediksi, hingga 10 tahun mendatang, volume dan nilai ekspor minyak sawit dan produk turunannya masih akan terus meningkat. Namun demikian, isu  keberlangsungan masih akan terus menjadi kendala untuk sawit Indonesia. Ia berharap, pemerintah gencar membuka pasar-pasar ekspor baru. Misalnya negara-negara di Afrika Tengah, Afrika Selatan, negara pecahan Rusia dan negara-negara di timur tengah yang cukup prospektif.  republika

  republika

05
February

Indonesia merupakan negara  yang hidup dalam keberagaman, karena memiliki lebih dari 1.100 bahasa daerah, 714 suku dan enam agama resmi, yakni Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keberagaman dan perbedaan ini tentu saja membutuhkan rasa saling pengertian, karena jika tidak, akan menimbulkan pergesekan yang kadang mengarah ke perpecahan.

Indonesia merupakan negara  yang hidup dalam keberagaman, karena memiliki lebih dari 1.100 bahasa daerah, 714 suku dan enam agama resmi, yakni Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keberagaman dan perbedaan ini tentu saja membutuhkan rasa saling pengertian, karena jika tidak, akan menimbulkan pergesekan yang kadang mengarah ke perpecahan.

Islam menjadi agama mayoritas, dengan jumlah pemeluk di Indonesia mencapai 88 persen. Namun, ini  tidak berarti bahwa Islam menguasai segala sendi kehidupan sosial politik, berbangsa dan bernegara. Umat Islam di Indonesia sangat memperhatikan kerukunan antar umat beragama dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama lain.

Selama ini, ulama Islam dianggap sangat berperan dalam menjaga kerukunan dan keberagaman di Indonesia. Sepanjang sejarah berdirinya Indonesia, para ulama dianggap mampu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kontribusi ulama dalam menjaga persatuan pun  tak perlu diragukan lagi. Tidak heran apabila Presiden Joko Widodo dalam sambutannya di Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (03 Feb), mengatakan bahwa terjaganya keberagaman Indonesia adalah berkat peran para ulama.

Peran ulama menjadi faktor penentu dalam beberapa peristiwa heroik menjelang dan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menjelang proklamasi kemerdekaan, keterlibatan KH Abdul Wahid Hasyim, pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia, dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memiliki arti penting dalam menjaga keragaman budaya, etnis bahkan agama. Perdebatan sengit tentang Piagam Jakarta saat itu  dapat diselesaikan dengan baik, karena pandangan keislamannya yang luas, tanpa harus terjebak pada pada formalisasi ajaran agama.

Tak hanya itu, setelah proklamasi, ketika banyak gerakan separatis  di berbagai daerah di Indonesia yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, ulama berperan besar dalam menjaga, memegang teguh serta menjunjung tinggi keutuhan  bangsa.

Indonesia adalah negara yang berke-Tuhanan, berkemanusian, memiliki rasa persatuan, selalu berusaha menyelesaikan masalah lewat permusyawaratan, dan berkeadilan sosial. Adalah tugas bangsa Indonesia untuk tetap menjaga Negara  yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 ini.  Sebagaimana diamanatkan  para pendiri bangsa, yang telah bersusah payah memperjuangkan kedaulatan bangsa dan Negara, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.