Pasangan Bulutangkis ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, mendapatkan gelar juara ke tiga kalinya di turnamen bulu tangkis India Terbuka 2018. Setelah meraih gelar pada 2016 dan 2017. Seperti dikutip Antara, Minggu (4/2) malam, berdasarkan laman resmi Federasi Bulu Tangkis Dunia, gelar tersebut diperoleh Marcus/Kevin usai mencetak kemenangan di partai final atas pasangan Denmark, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, 21-14, 21-16. Gelar tersebut merupakan gelar ke dua Kevin/Marcus di tahun 2018 setelah pekan lalu pasangan peringkat satu dunia ini menjadi juara di Indonesia Masters 2018. Secara total, Indonesia meraih dua gelar juara dari India Terbuka 2018. Di ganda putri, pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil meraih gelar juara setelah menundukkan unggulan ke dua asal Thailand, Jongkolphan Kittiharakul/Rawinda Prajongjai, 21-18, 21-15. Antara
Ekspor minyak sawit dan turunannya masih menjadi penyumbang devisa terbesar untuk neraca perdagangan Indonesia pada 2017 yang surplus 11,84 miliar dolar Amerika. Sawit masih bertahan menjadi komoditas ekspor utama seperti 2016. Guru besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin, di Jakarta, Minggu (4/2) mengatakan, harga rata-rata minyak sawit mentah di 2017 tercatat 714,3 dolar Amerika per metrik ton atau meningkat 2 persen dibandingkan harga rata-rata 2016 di angka 700,4 dolar Amerika per metrik ton. Seperti dikutip Republikaonline, Bustanul Arifin memprediksi, hingga 10 tahun mendatang, volume dan nilai ekspor minyak sawit dan produk turunannya masih akan terus meningkat. Namun demikian, isu keberlangsungan masih akan terus menjadi kendala untuk sawit Indonesia. Ia berharap, pemerintah gencar membuka pasar-pasar ekspor baru. Misalnya negara-negara di Afrika Tengah, Afrika Selatan, negara pecahan Rusia dan negara-negara di timur tengah yang cukup prospektif. republika
republika
Indonesia merupakan negara yang hidup dalam keberagaman, karena memiliki lebih dari 1.100 bahasa daerah, 714 suku dan enam agama resmi, yakni Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keberagaman dan perbedaan ini tentu saja membutuhkan rasa saling pengertian, karena jika tidak, akan menimbulkan pergesekan yang kadang mengarah ke perpecahan.
Indonesia merupakan negara yang hidup dalam keberagaman, karena memiliki lebih dari 1.100 bahasa daerah, 714 suku dan enam agama resmi, yakni Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Keberagaman dan perbedaan ini tentu saja membutuhkan rasa saling pengertian, karena jika tidak, akan menimbulkan pergesekan yang kadang mengarah ke perpecahan.
Islam menjadi agama mayoritas, dengan jumlah pemeluk di Indonesia mencapai 88 persen. Namun, ini tidak berarti bahwa Islam menguasai segala sendi kehidupan sosial politik, berbangsa dan bernegara. Umat Islam di Indonesia sangat memperhatikan kerukunan antar umat beragama dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama lain.
Selama ini, ulama Islam dianggap sangat berperan dalam menjaga kerukunan dan keberagaman di Indonesia. Sepanjang sejarah berdirinya Indonesia, para ulama dianggap mampu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kontribusi ulama dalam menjaga persatuan pun tak perlu diragukan lagi. Tidak heran apabila Presiden Joko Widodo dalam sambutannya di Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (03 Feb), mengatakan bahwa terjaganya keberagaman Indonesia adalah berkat peran para ulama.
Peran ulama menjadi faktor penentu dalam beberapa peristiwa heroik menjelang dan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Menjelang proklamasi kemerdekaan, keterlibatan KH Abdul Wahid Hasyim, pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia, dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) memiliki arti penting dalam menjaga keragaman budaya, etnis bahkan agama. Perdebatan sengit tentang Piagam Jakarta saat itu dapat diselesaikan dengan baik, karena pandangan keislamannya yang luas, tanpa harus terjebak pada pada formalisasi ajaran agama.
Tak hanya itu, setelah proklamasi, ketika banyak gerakan separatis di berbagai daerah di Indonesia yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, ulama berperan besar dalam menjaga, memegang teguh serta menjunjung tinggi keutuhan bangsa.
Indonesia adalah negara yang berke-Tuhanan, berkemanusian, memiliki rasa persatuan, selalu berusaha menyelesaikan masalah lewat permusyawaratan, dan berkeadilan sosial. Adalah tugas bangsa Indonesia untuk tetap menjaga Negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 ini. Sebagaimana diamanatkan para pendiri bangsa, yang telah bersusah payah memperjuangkan kedaulatan bangsa dan Negara, dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno L.P. Marsudi, mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Kerajaan Kamboja, Prak Sokhonn, di jakarta Jumat (2/2). Pada pertemuan tersebut, Indonesia dan Kamboja sepakat memperat hubungan bilateral kedua negara, antara lain di bidang perdagangan dan investasi, pariwisata dan kerja sama regional. Dalam upaya memperkuat mekanisme bilateral, Retno Marsudi menyampaikan komitmen Indonesia untuk menyelenggarakan Sidang Komisi Bersama SKB ke - 4 RI-Kamboja sebagai forum bilateral utama untuk mendorong peningkatan hubungan bilateral, khususnya implementasi komitmen dan kesepakatan kedua negara selama ini. Di bidang ekonomi, kedua Menteri mencatat pertumbuhan nilai perdagangan bilateral yang positif antar kedua negara, dengan nilai perdagangan sebesar 492,75 juta dolar Amerika pada periode Januari-November 2017 dibandingkan periode tahun sebelumnya sebesar 400,01 juta Dolar Amerika. Sementara itu, nilai investasi Indonesia di Kamboja mencapai kurang lebih 350 juta dolar Amerika pada 2016 yang mencakup bidang seperti kuliner, perumahan, transportasi, dan infrastruktur. Retno Marsudi mengatakan, adanya potensi yang cukup besar bagi Indonesia untuk melakukan kerja sama di bidang produk kesehatan.
Sebagai negara yang sama-sama memiliki situs warisan dunia (World Heritage Site), pihaknya juga berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama pariwisata dan kebudayaan antara lain melalui kerja sama sister temple antara Angkor Wat dan Candi Borobudur. Sementara itu Menteri Luar Negeri Kamboja, Prak Sokhonn mengatakan, dirinya hadir di Jakarta untuk menegaskan kembali keinginan bersama untuk lebih lanjut memajukan hubungan persahabatan dan kerja sama yang erat dari kedua negara.
Retno Marsudi mengatakan, dalam pertemuan tersebut, Kamboja juga menyatakan ketertarikannya untuk meningkatkan kerja sama dan investasi di bidang farmasi dengan Indonesia dan mengundang perusahaan farmasi Indonesia untuk berinvestasi ke Kamboja.
Pada isu regional, kedua Menteri berpandangan perlu adanya kerja sama yang lebih konkrit antara anggota ASEAN.Dalam hal perdamaian dan keamanan di wilayah Laut China Selatan, kedua Menteri memandang positif adopsi keranngka Tata Perilaku atau Code of Conduct COC untuk Laut China Selatan pada bulan Agustus 2017. Kedua Menteri juga berharap negosiasi COC yang akan dijadwalkan pada bulan Maret 2018 berjalan lancar. Kedua menteri juga membahas agenda persiapan peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Kamboja yang akan diperingati tahun depan. Ini kunjungan pertama bagi Menlu Kamboja Prak Sokhonn ke Indonesia sejak ia dilantik sebagai pada April 2016. Selain mengadakan pertemuan bilateral dengan Menlu Retno Marsudi, Menlu Kamboja juga mengadakan kunjungan kehormatan kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla.