Daniel

Daniel

02
February

 

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengingatkan, proteksionisme perdagangan yang dicetuskan Presiden Amerika Donald Trump dapat menjadi risiko yang berpotensi mengganggu perekonomian global. Bambang saat memberikan materi dalam rapat kerja Kementerian Perdagangan di Jakarta, Kamis (1/2) mengatakan,  Proteksionisme mungkin hanya janji politik, tapi pembicaraan tersebut dapat memicu proteksionisme di belahan dunia lain. Bambang mengatakan tanda-tanda terjadinya proteksionisme sudah terlihat ketika Amerika memutuskan untuk menarik diri dari kerja sama perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) susai pelantikan Donald Trump sebagai Presiden Amerika. Padahal dalam kondisi saat ini, sulit untuk mengabaikan Amerika sebagai salah satu daerah tujuan ekspor, karena negara adidaya ini merupakan negara yang memiliki tingkat Produk domestik bruto  terbesar di dunia. Ia mengharapkan kinerja perdagangan, terutama ekspor yang saat ini sedang tumbuh pesat, dapat berkembang lebih optimal untuk mendukung kinerja ekonomi, melalui diversifikasi produk maupun negara tujuan ekspor. Antara

02
February

 

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi akan menghadiri Pertemuan Retret Menteri Luar Negeri ASEAN pada 5 dan 6 Februari 2018 di Singapura. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir di Jakarta, Kamis mengatakan, ini merupakan pertemuan tingkat Menlu ASEAN pertama di bawah keketuaan Singapura. Dikatakan, Singapura dalam masa keketuaannya di ASEAN pada 2018-2019 mengangkat tema "Resilient and Innovative ASEAN". Dalam pertemuan retret Menlu ASEAN, pemerintah Indonesia akan mendorong beberapa hal, salah satunya pembentukan instrumen perjanjian ekstradisi untuk kawasan ASEAN. Menlu RI juga akan menekankan pentingnya bagi ASEAN dan China untuk mencapai kemajuan signifikan dalam memulai negosiasi Tata Perilaku untuk penanganan sengketa wilayah di Laut China Selatan berdasarkan kerangka kerja CoC yang telah disepakati. antara   

02
February

 

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menerima kunjungan Menteri Pertahanan Korea Selatan (Korsel) Song Young-moo. Dalam pertemuan yang berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (31/1/2018) siang, Jokowi didampingi Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.

Usai pertemuan, kepada wartawan menteri Ryamizard mengatakan ada sejumlah isu yang dibahas Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut.  Menurutnya tujuan utama kunjungan menteri pertahanan Korea Selatan adalah peningkatan kerja sama dalam bidang apapun termasuk dengan Kementerian Pertahanan dalam bidang alutsista (alat utama sistem persenjataan). Kerja sama di bidang yang lain adalah intelejen karena musuh sekarang adalah teroris.

Soal Korea Utara, Menteri Pertahanan mengakui tidak ada pembicaraan tentang hal itu meski Indonesia memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Utara.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Korea Selatan, Song Young Moo menyampaikan, kedua negara sepakat meningkatkan kemitraan kedua negara dari strategic partnership menjadi special strategic partnership atau kemitraan khusus. Song juga menyampaikan keinginannya untuk bertukar informasi terkait perkembangan kerja sama kedua negara yang telah dibangun selama ini. Berdasarkan kesepakatan tersebut pihaknya akan melakukan kerja sama yang lebih erat di berbagai bidang termasuk pertahanan, diplomasi, dan juga industri pertahanan. Song Young Moo mengatakan, Indonesia merupakan negara yang sangat penting bagi Korea Selatan.

Dengan melihat arah kebijakan Indonesia yang sama dengan Korea Selatan, Pemerintah Negeri Ginseng itu melihat Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi sendiri industri pertahanannya, khususnya dalam memproduksi kapal selam.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi didampingi oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko. Sedangkan Delegasi Republik Korea Selatan terdiri dari Menhan Song Young Moo didampingi oleh Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Cho Taiyong, dan Kepala Staf Menteri Brigadir Jenderal Jeong Hae II. 

02
February

 

Belum lagi Pemerintah Yaman berhasil menyelesaikan permasalahan pemberontak Houthi, yang menguasai sebagian wilayah di sebelah utara Yaman, konflik baru timbul dengan kelompok  yang sebelumnya juga memerangi Houthi. Mereka menamakan dirinya sebagai Dewan Transisi Selatan (STC) dan mendukung kelompok paramiliter Pasukan Pemberontak Selatan (SRF) yang menduduki ibukota Aden. Pemerintah sementara Yaman pimpinan presiden Abdoul Rabbo Mansyour Hadi berkedudukan di Aden, setelah ibu kotaSan’a diduduki kaum pemberontak Houthi.

Pertempuran antara paramiliter dengan pasukan pemerintah berlangsung 3 hari dan    mereka bahkan  berhasil mengepung Gedung Kepresidenan di Aden tanggal 30 Januari 2018 lalu. Sebelumnya  pada Hari Minggu (28/1),  STC telah mengeluarkan ultimatum akan melakukan aksi kudeta, jika Presiden Mansour Hadi tidak merombak kabinetnya yang dianggap penuh korupsi. Masuk dalam daftar yang dituntut harus turun jabatan adalah Perdana Menteri Ahmed bin Dagher dan anggota kabinetnya.

Tetapi Presiden Mansour Hadi berkeras dan tidak mengubah komposisi kabinetnya.

Sebenarnya, pimpinan pemberontak, Aidarous al-Zubaidi sebelumnya adalah mitra Presiden Abdoul Hadi. Zubaidi membantu Hadi memerangi Houthi di kawasan Aden dan kemudian ditunjuk menjadi Gubernur kota itu. Perang kata dan saling tuduh tidak terhindarkan, setelah Hadi menganggap al-Zubaidi memerima dukungan dana dan senjata dari Uni Emirat Arab.

Zubaidi membalas tuduhan itu dengan mengatakan pemerintahan Hadi sarat korupsi dan mencoba melenyapkan STC. Hubungan kedua sekutu ini pun langsung menjauh dan berseberangan. Dengan demikian Pemerintah Yaman kini menghadapi dua front sekaligus. Di Utara menghadapi pemberontak Houthi dan di selatan menghadapi pemberontakan STC.

Situasi Yaman memang memprihatinkan, karena  bukannya tambah baik namun malah menjadi tidak menentu. Dengan kondisi ini, Indonesia sebagai negara sahabat Yaman hendaknya mendorong para pihak dan Negara yang terlibat  untuk masuk ke ruang perundingan. Semua tahu,  yang menjadi korban konflik pastilah rakyat Sipil. Seperti kata pepatah (Indonesia), gajah bertarung sama gajah, pelanduk mati di tengah-tengah.