Berbagai negara di dunia tengah menerapkan kebijakan-kebijakan yang memperketat akses masuk untuk menekan penyebaran virus corona baru atau COVID 19 di masing-masing negara, tak terkecuali Malaysia yang melakukan Perintah Kawalan Pergerakan (Movement Control Order) Kebijakan ini berlaku sejak tanggal 18 Maret 2020 hingga 31 Maret 2020 yang membatasi warga negara Malaysia untuk keluar Malaysia maupun warga asing memasuki Malaysia
Seperti dikutip kemlu.go.id (19/3) kebijakan ini tentu memengaruhi arus keluar masuk Warga Negara Indonesia - WNI di perbatasan langsung Indonesia dan Malaysia Salah satunya di pos lintas batas Tebedu dengan Pos Lintas Batas Negara (PBLN ) Entikong, Pontianak, Kalimantan Barat Di pos batas tersebut, WNI dapat keluar dari Sarawak ke Indonesia sepanjang paspor ataupun visa atau permit masih berlaku, tetapi WNI tidak dapat masuk ke Malaysia hingga tanggal 31 Maret 2020 Untuk warga Malaysia sendiri dapat masuk ke Malaysia namun mereka harus menjalani karantina sendiri di rumahnya selama 14 hari Menurut petugas Imigrasi Tebedu pada hari pertama diberlakukan kebijakan itu, sepanjang pagi hari itu sudah sekitar 50 orang WNI melintas keluar Malaysia menuju Entikong
Selama kunjungan Konsul Jenderal RI-Kuching Yonny Tri Prayitno ke pos lintas batas Tebedu, tampak pintu gerbang masing-masing PLBN yang biasanya dibuka, saat itu ditutup rapat dan dijaga petugas dari masing-masing negara Di PLBN Entikong, tampak ada beberapa WNI pelintas batas yang sedang mengisi kartu dan pemeriksaan kesehatan oleh petugas KKP Entikong sebelum menuju pemeriksaan Imigrasi Menurut pihak PLBN Entikong semua pelintas batas wajib melaksanakan prosedur pencegahan COVID-19 Sementara tinjauan ke pintu keluar pelintas batas yang akan ke Malaysia tampak sepi belum terlihat adanya WNA yang akan menuju Malaysia
Pandemi Corona Covid 19 telah berdampak pada berbagai sendi kehidupan dan aktivitas manusia, baik individu maupun sosial, lokal, regional bahkan internasional. Semua negara yang terdampak membatasi secara ketat pergerakan penduduknya, serta meniadakan aktivitas massal. Perhelatan olahraga dunia yaitu Olimpiade Tokyo 2020 yang rencananya akan berlangsung dari tanggal 24 Juli sampai 9 Agustus pun tertunda. Walaupun awalnya enggan, Jepang selaku Tuan rumah Olympiade dan olahraga Paralympic kali ini, akhirnya terpaksa menunda pesta olah raga yang sudah direncanakan beberapa tahun sebelumnya.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyatakan penundaan Olympiade 2020 karena pandemi coronavirus Covid 19. Walaupun demikian, Jepang tetap berkomitmen menjadi tuan rumah pesta olah raga sejagat itu. Dalam pernyataan bersama antara pemerintah Tokyo dan penyelenggara Olympiade, IOC, disepakati bahwa penundaan dilakukan hingga selambat lambatnya musim panas 2021. Jepang menyatakan tetap berkomitmen menjadi tuan rumah dan meminta agar event internasional itu tetap dinamakan Tokyo 2020.
Penundaan kegiatan olahraga baik lokal, regional maupun internasional sesungguhnya tidak hanya terjadi dengan Olympiade dan paralympic games 2020. Perhelatan pertandingan sepakbola Eropa, Euro 2020 ditunda hingga musim panas 2021.. Sesi pertama balapan mobil formula satu, grand prix di Monaco pun mengalami pengunduran waktu.
Penundaan kegiatan olahraga berskala besar memang beralasan. Sebab biasanya selalu dihadiri banyak orang. Olympiade bahkan akan dihadiri atlet dari berbagai negara di dunia yang hampir semuanya terdampak Covid 19. Memang, perhelatan olahraga selain ajang kompetisi sportif juga peristiwa pertemuan antar bangsa. Namun dalam situasi seperti saat ini, ketika dunia terancam oleh Covid 19, keselamatan para atilt dan masyarakat internasional umumnya tentunya jauh lebih penting. Lagi pula, Olimpiade Tokyo 2020 bukanlah dibatalkan melainkan ditunda. Semoga wabah Corona Covid 19 segera berlalu.
Perhatian negara-negara di dunia, termasuk Indonesia saat ini adalah melawan Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Jumlah orang yang terinfeksi bertambah, yang tentu saja memerlukan perhatian serius.
Pemerintah Indonesia melakukan segala upaya untuk menangani Covid-19 ini dengan membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, menunjuk lebih dari 230 rumah sakit menjadi tempat rujukan untuk menangani Covid-19, DAN mengubah Wisma Atlet Kemayoran Jakarta menjadi Rumah Sakit Darurat Covid-19, serta mengirim 155 personel kesehatan Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia -TNI bertugas di Rumah Sakit Darurat tersebut.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga sudah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 4 Tahun 2020, Tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran serta Pengadaan Barang dan Jasa pada 20 Maret 2020. Instruksi Presiden ini diterbitkan karena semakin meluasnya penyebaran Covid-19.
Langkah lain yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam percepatan penanganan Covid- 19 adalah penjemputan alat-alat kesehatan langsung dari Shanghai, Tiongkok pada 21 Maret 2020. Setelah transit di Pulau Natuna, Senin (23/3), pesawat Hercules yang membawa 9 ton logistic kesehatan tiba di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta. Presiden Joko Widodo juga mengatakan bahwa 105 ribu Alat Pelindung Diri, masker dan handsanitizer tersebut didistribusikan ke seluruh Tanah Air pada Senin (23/3).
Pemerintah Indonesia memang sangat serius dalam percepatan penanganan Covid-19. Apalagi dalam membeli logistic kesehatan. Mengingat lebih dari 190 negara juga memerlukannya segera.
Pemerintah Indonesia tidak dapat bergerak sendiri. Seluruh unsur bangsa Indonesia harus terlibat langsung. Pihak swasta telah menunjukkan langkah dukungan terhadap upaya ini dengan memberikan sumbangsihnya berupa penggunaan hotel yang seluruhnya akan digunakan sebagai ruang isolasi rumah sakit. Keterlibatan dalam penyediaan masker oleh pihak swasta untuk menambah kapasitas produksi masker miliki perusahaan negara juga dibutuhkan.
Upaya dalam menekan penyebaran Covid-19 adalah kesadaran untuk melakukan social distancing. Menahan diri di rumah untuk mengurangi interaksi dengan banyak orang. Kesadaran dan tindakan nyata seluruh rakyat Indonesia untuk menekan penyebaran Covid-10 yang mulai menyerang akhir 2019 ini mutlak dibutuhkan. Sehingga jumlah yang terpapar tidak makin bertambah, yang terinfeksi segera sembuh, dan angka kematian karena Covid-19 menurun.
Dengan kesadaran dan tindakan nyata semua pihak seperti penerapan social distancing atau tindakan keras dari pemerintah, prasarana dan fasilitas yang telah disiapkan di Wisma Atlet tidak perlu digunakan lagi. Tidak ada pasien yang dikirim ke Wisma Atlet yang sudah disiapkan menampung tiga ribu pasien. Doa kita bersama Covid-19 segera berlalu.
Tepat pada peringatan Hari Air Sedunia yang jatuh pada tanggal 22 Maret, pandemi COVID-19 mengharuskan setiap orang sering mencuci tangan dengan sabun. Direktur Eksekutif Pusat Keanekaragaman Hayati ASEAN (ASEAN Center for Biodiversity) Dr Theresa Mundita S Lim dalam keterangan resminya diterima di Jakarta, Minggu, mengatakan air mendukung keberlangsungan semua kehidupan di Planet Bumi. Terlebih pada masa pandemi COVID-19, ketika mencuci tangan dan menjaga kebersihan dengan air bersih terbukti menjadi pertahanan terbaik manusia terhadap penyakit.
Meski demikian, berdasarkan data Dana Anak-anak PBB (UNICEF) dan Organisasi Kesehatan Dunia-WHO, akses ke air bersih tetap menjadi persoalan global dengan 2,2 miliar orang memiliki keterbatasan akses untuk mendapatkan air minum yang dikelola secara aman. Sementara tiga miliar lainnya tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar.
Theresa Mundita menambahkan, pada peringatan hari air sedunia kali ini, ASEAN Center for Biodiversity bergabung dengan komunitas internasional merayakan Hari Air Sedunia dengan fokus pada bagaimana air dapat membantu memitigasi dampak perubahan iklim. Tema ini ini diambil, untuk menekankan hubungan keanekaragaman hayati dan air yang tidak terpisahkan.
Perairan darat, seperti danau, sungai, waduk atau embung, air tanah, mata air, dan lahan basah, menyuplai air untuk area irigasi pertanian di wilayah ASEAN. Sektor pertanian saja mengkonsumsi 85,5 persen dari total air pengambilan air di wilayah tersebut.Diikuti oleh sektor industri sebanyak 7,8 persen dan sektor domestik 6,6 persen, berdasarkan data Progam Lingkungan PBB (UNEP).
Menurut Theresa Mundita, dalam masa krisis iklim saat ini, sangat penting melestarikan perairan darat, yang diketahui menyerap dan melepaskan karbon tetap di biosfer dan melindungi masyarakat dari cuaca ekstrem, berkontribusi pada pendekatan berbasis ekosistem untuk adaptasi perubahan iklim.
Theresa Mundita mengatakan melestarikan keanekaragaman hayati dilakukan demi kepentingan semua orang. Menurutnya, pendekatan holistik, multidisipliner dan multi-sektoral adalah kunci untuk memperkuat undang-undang dan kebijakan yang ada untuk mengatur pengelolaan dan penggunaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
Pada Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret, WHO mengingatkan bahwa fasilitas kesehatan sangat membutuhkan air bersih, sanitasi dan service yang higienis untuk membatasi penyabaran COVID-19 dan mencegah penyebaran wabah penyakit di masa depan.