Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Nasi Punel yang merupakan kuliner dari Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Jadi tetaplah bersama kami di RRI World Service Voice of Indonesia. Selain melalui gelombang pendek, anda juga dapat mendengarkan siaran kami melalui voinews.id
wisata kuliner pada saat liburan atau melakukan perjalanan ke suatu tempat atau daerah, bagi sebagian besar orang merupakan suatu keharusan. Indonesia yang terdiri dari beragam daerah memang memiliki beragam kuliner yang bisa ditemukan di setiap pelosok daerah negeri ini. Kali ini kita akan mengajak anda ke Jawa Timur, yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam kuliner dengan ciri khas daerahnya yaitu: “Nasi Punel dari Bangil”, Bangil sebuah kecamatan yang menjadi ibu kota Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Itulah topik bahasan Pesona Indonesia kita kali ini.
Nasi Punel berasal dari kata pulen, yang berarti pulen, yaitu matangnya pas, tidak terlalu kering dan juga tidak terlalu lembek. Nasi Punel dibuat dari beras pada umumnya. Bedanya hanya dari cara memasaknya. Agar nasinya pulen, maka beras yang sudah dicuci bersih direndam dengan air panas kurang lebih lima belas sampai dua puluh menit. Baru kemudian ditanak seperti biasa.
Pada awalnya hanyalah makanan yang dijajakan keliling dari kampung ke kampung pada pagi hari. Nasi Punel yang dikemas dengan lembaran daun pisang ini semakain lama semakin digemari masyarakat sebagai makanan khas sarapan pagi. Karena pembeli semakin banyak, maka penjaja Nasi Punel akhirnya membuka warung di pinggir jalan. Dan semakin lama warung yang menjual Nasi Punel semakin banyak. Biasanya nasi Punel ini untuk sarapan, makanya warung nasi Punel mulai buka pagi hari dari jam 07.00 sampai jam 17.00 sore. Karena ketika memasuki jam makan siangpun, warung-warung yang menjual nasi Punel juga ramai dikunjungi pembeli.
Nasi Punel merupakan nasi campur, karena di dalamnya terdiri dari beragam lauk pauk, seperti tahu, tempe, ayam bumbu Bali, sambal kacang panjang yaitu potongan kacang panjang mentah yang dicampur sambal tomat yang pedas, sayur nangka muda, pepes kelapa dan beragam gorengan daging sapi, babat, usus hingga paru yang gurih. Nasi Punel ini memiliki rasa pedas dan bumbu rempah yang kuat. Untuk menambah kenikmatan Nasi Punel ini biasanya di atas nasi pulen ini masih ditambah dengan taburan serundeng, yaitu parutan kelapa yang disangrai dengan bumbu.
Sebungkus nasi punel ini bisa untuk mengganjal perut anda dari pagi hingga siang hari. Dan dengan uang Rp. 10.000 hingga Rp. 20.000 anda bisa mendapatkan Nasi Punel komplit dengan berbagai tambahan lauk pauk sesuai keinginan anda. Sampai saat ini Nasi Punel masih mempertahankan kemasannya dengan daun pisang .
Nasi Punel yang menjadi makanan khas Kota Bangil ini dapat dengan mudah anda jumpai di sejumlah tempat di kota Bangil. Selain itu di sepanjang jalan Pantura, yaitu Raya Gempo-Bangil-Pasuruan dan ada juga yang di pasar dan sudut –sudut kota. Biasanya warung-warung yang menjual Nasi Punel ini tidak terlalu luas dan cenderung sempit, tetapi walaupun demikian para pelanggan tidak mempersoalkan tempat meja kursi yang kadang berhimpitan satu sama lain.
Ada yang mengatakan justru yang seperti inilah yang membuat kesan , karena mempertahankan suasana menyantap makanan khas nasi Punel. Walaupun warung-warung yang menjual nasi Punel ini tetap mempertahankan keasliannya, ternyata para pelanggan tetap menyukainya. Penjual juga berpendapat walaupun dikemas dalam suasana yang sederhana tetapi kualitas dan cita rasa kuliner nasi punel ini tetap terjaga. Bahkan penjual Nasi Punel tetap optimis bahwa keberadaan Nasi Punel akan dicari sepanjang masa.Demikianlah edisi Pesona Indonesia kali ini, dengan topik Nasi Punel, kuliner dari Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur..Bila anda sedang berada di Jawa Timur tepatnya Pasuruan, jangan lupa untuk mencoba Nasi Punel sebagai sarapan atau makan siang anda.
Jakarta sebagai kota metropolitan punya segudang aktivitas, termasuk penyelengaraan berbagai festival bertaraf nasional maupun internasional, diantaranya Festival kuliner. Ketika kota Jakarta merayakan ulang tahun, warganya bisa dengan mudah menemukan aneka makanan dan minuman khas kota Jakarta dan diakui sebagai bagian dari budaya kota Jakarta, yaitu budaya kuliner.Saat ini kuliner khas Betawi lebih sering hanya ditemukan di festival-festival budaya. Sebagai konsumsi harian, makanan-makanan khas Betawi tersebut sangat sulit ditemukan. Perkembangan zaman, menjadi salah satu alasan mengapa kuliner tradsional tidak lagi sepopuler dulu. Meski kini banyak restoran yang menyajikan hidangan lokal dan tradisional, tapi masih banyak makanan tempo dulu yang mulai punah.
Salah satu kuliner tradisional Indonesia adalah Kue Dongkal, jajanan tradisional masyarakat Betawi. Saat ini tidak mudah untuk mendapatkan kue yang di Jawa Barat dikenal sebagai awug. Tapi di kawasan pinggiran Jakarta, masih ada beberapa tempat yang menyediakan jajanan dari beras ini, di antaranya ada di Jalan Raya Cipayung, Jembatan Serong, Kecamatan Cipayung, Depok, dan kawasan Sawangan, Depok.
Kue Dongkal terbuat dari tepung beras, sagu, gula merah, dan atasnya ditaburi dengan parutan kelapa. Kue ini dibuat dengan cara yang masih tradisonal, yaitu dengan cara dikukus menggunakan dandang dan kerucut tumpeng.
Cara membuat kue ini adalah: pertama, tepung beras harus dikukus di dalam dandang hingga menggumpal. Setelah menggumpal tambahkan sagu kemudian adonan tersebut dimasukkan kedalam kerucut tumpeng yang terbuat dari anyaman bambu dan tambahkan gula merah yang telah diiris-iris. Adonan tersebut selanjutnya dikukus lagi hingga matang. Setelah matang, Kue Dongkal biasanya disajikan hangat diatas daun pisang dengan taburan parutan kelapa di atasnya. Rasa Kue Dongkal gurih dan manis, karena gula merahnya yang agak mencair dan bertekstur lembut.
Edisi kali ini, kami akan menghadirkan lagu-lagu dari daerah Sumatera Selatan.Tetaplah bersama kami di RRI World Service Voice of Indonesia yang bisa anda dengar melalui shortwave di 9525 kHz, live streaming di www.voinews.id atau melalui aplikasi RRI Play dan rriworldservice di telpon pintar anda.kita buka perjumpaan kali ini dengan sebuah lagu dari daerah Sumatera Selatan berjudul “Empek-Empek Lenjer” yang dibawakan oleh Karel Simon.
demikianlah sebuah lagu berjudul “Empek-Empek Lenjer” yang dibawakan olek Karel Simon. Selain terkenal dengan Jembatan Ampera, Sumatera Selatan juga memiliki kuliner yang enak dan terkenal yaitu Empek-empek. Jenis kuliner ini juga ada beberapa diantaranya, empek-empek Lenjer, Kapal Selam, Kulit dan adaan. Seperti judulnya, lagu yang baru kita dengarkan bercerita tentang empek-empek Lenjer. Selain menggambarkan bentuk empek-empek lenjer yang panjang seperti lengan, cara memasaknya, dan ekspresi orang saat menikmati lezatnya empek–empek lenjer. Sebuah lagu riang yang dibawakan oleh Simon Karel. Lirik lagu ini juga mengatakan siapapun yang melihat kuliner ini, pasti ingin mencobanya.selanjutnya kita dengarkan sebuah lagu dari daerah Sumatera Selatan berjudul “Sayang Selayak” di bawakan oleh Hera Sofyan.
demikian lagu berjudul “Sayang Selayak” dibawakan oleh Hera Sofyan. Lagu ini bercerita tentang laki-laki yang mencari nafkah dengan cara berniaga dari desa ke desa, layaknya burung yang mengembara mencari sumber makanan. Lagu ini adalah salah satu lagu pop daerah yang cukup populer dikalangan masyarakat Sumatera Selatan atau dikenal sebagai Bumi Sriwijaya ini. syair dan musik yang mengiringi lagu ini juga mendapat pengaruh dari musik melayu.Pelangi Nada edisi kali ini kita tutup dengan lagu berjudul “Ting Berdenting” dibawakan oleh Karel Simon dan lagu berjudul “Ribu-ribu “yang dibawakan oleh Hera Sofyan. Sampai jumpa pada Pelangi Nada edisi berikutnya.//
Pelangi Nadakali ini, VOI akan menghadirkan lagu-lagu pop nostalgia dari Nunung Wardiman.Mengawali perjumpaan, saya putarkan sebuah lagu berjudul “Surat Undangan”.
perempuan bernama lengkap Nunung Yulianti Wardiman ini dikenal sebagai salah satu penyanyi jazz wanita terbaik di Indonesia. Namanya mulai dikenal sejak ia merilis dua seri album “Nada & Improvisasi” tahun 1981.
Lagu “Surat Undangan” yang telah anda dengar terdapat dalam album “Nunung Wardiman”. Album yang dirilis pada tahun 1983 itu berisikan 12 lagu di dalamnya. Lagu “Surat Undangan” diciptakan oleh Julius Fioole. Lagu ini bercerita tentang suatu hari, seorang perempuan mendapat surat dari mantan kekasih yang masih dicinta. Sayang, surat tersebut berupa undangan pernikahannya sang mantan. Pendengar, mari kita dengarkankembali lagu lainnya dari Nunung Wardiman berjudul “Sepanjang Jalan Kenangan”. Selamat mendengarkan...
demikian lagu berjudul “Sepanjang Jalan Kenangan” yang dinyanyikan oleh Nunung Wardiman. Lagu ini juga masih terdapat dalam album “Nunung Wardiman”. Memang album tersebut ingin menghadirkan sosok Nunung yang seorang penyanyi jazz membawakan lagu-lagu pop hits di era 1960-1970an. Lagu-lagu pop tersebut berhasil dibawakan oleh Nunung dengan sentuhan jazz. Salah satunya adalah lagu “Sepanjang Jalan Kenangan” ciptaan Is Haryanto ini. Pendengar, demikian Pelangi Nada hari ini. Menutup perjumpaansaya hadirkan dua buah lagu lainnya dari album “Nunung Wardiman” berjudul “Layu Sebelum Berkembang” dan “Senja Di Batas Kota”.