setiap penyelenggaraan industri baik tradisional maupun modern, hampir selalu berhadapan dengan masalah limbah. Limbah yang tidak ditangani secara tepat, akan merusak lingkungan di sekitarnya. Hal ini sering dialami oleh produsen tepung tapioka, tempe, tahu dan lain-lain.Atas dasar hal tersebut, dua mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Rahmatusyifa dan Muflihah Dini, mengembangkan plastik ramah lingkungan dari limbah tempe. Plastik kemasan dari limbah tempe ini mudah terurai.
Menurut Rahma, limbah dari proses pembuatan tempe mengandung polimer protein yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan packaging. Pembuatan packaging tersebut cukup mudah dan tidak memerlukan alat yang rumit.Pembuatan tempe menghasilkan limbah yang berupa cairan dan kulit ari. Keduanya diambil bagian proteinnya kemudian dihancurkan dan dicampur bahan tambahan untuk membuat gel. Hasilnya berupa lempengan plastik yang elastis dan mudah terdegradasi di alam.Plastik yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengganti bungkus tempe yang biasanya dari daun pisang. Hal ini meminimalisir kerusakan tempe dan tidak mudah tercemar dan tahan lama. Tidak hanya tempe, plastik ini juga bisa dimanfaatkan untuk membungkus bahan pangan lainnya.
Rahma berharap inovasi ini dapat bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik di masyarakat, terutama untuk kehidupan hewan laut. Karena, banyak hewan laut mati karena memakan sampah plastik yang terbawa sampai ke laut. Selain itu, biaya untuk mengelola limbah plastik juga mahal. Selain itu, produsen tempe pun memperoleh dua keuntungan dari produk tempe yang dibuatnya.
Rahma menambahkan, plastik limbah tempe ini masih perlu disempurnakan. Salah satunya proses pengolahannya yang harus dipersingkat dan tidak membutuhkan biaya mahal agar tempe yang menggunakan packaging dari limbah tempe ini tetap murah dan terjangkau di masyarakat.
Pelangi Nada kali ini, akan sajikan lagu-lagu dari grup musik KUBURAN BAND. Sebagai pembuka, kita dengarkan lagu mereka "Lupa-Lupa Tapi Ingat".
demikianlah lagu "Lupa-Lupa Tapi Ingat" oleh KUBURAN BAND, yang eksis di blantika musik Indonesia sejak tahun 2001. Tanggal 11 September 2001 pun dipilih sebagai hari jadi KUBURAN BAND untuk mengenang tragedi World Trade Center di Amerika Serikat. Pencetusnya adalah enam mahasiswa Universitas Parahyangan Bandung, yaitu Priya (vokal), Raka (gitar), Donny (gitar), Denny (bass), Udhe (keyboard), dan Dino (drum).
Keenam personilnya setuju untuk mengusung musik "metal hidrolik", sebuah genre yang dibuat sendiri. Dari sisi musik, KUBURAN BAND mengaku menyajikan genre "metal hidrolik", yang didefinisikan sebagai "metal naik-turun" tanpa arah yang pasti. Ini karena musik mereka berisikan nuansa metal, pop, rock, hingga dangdut. Lirik lagu karya KUBURAN BAND pun terkesan humoris dan menggunakan bahasa Indonesia dan daerah.
Di tahun 2011, keenam personil ini sempat mengaku telah membubarkan Kuburan Band saat itu. Namun, sebagai konsekuensinya mereka tetap berkarya sebagai The KUBS.
berikut kami hadirkan sebuah lagu dari The Kubs berjudul "Jesika". Selamat mendengarkan.
demikianlah lagu “Jesika" oleh The Kubs. Saat tampil program musik televisi, KUBURAN BAND langsung menarik perhatian pemirsa. bukan hanya karena lagu yang lucu, tetapi penampilan mereka yang unik. Setiap kali tampil, wajah para personil KUBURAN BAND selalu tertutupi dandanan yang utamanya adalah bedak super putih dan lipstik ala band-band metal. Banyak yang mengira bahwa inspirasi penampilan Kuburan Band adalah "Kiss", sebuah band asal Amerika Serikat. Namun ternyata, dandanan mereka terinspirasi Ria Jenaka, sebuah kelompok humor ternama Indonesia. Dengan nama The Kubs, mereka tampil lebih dengan riasan jenaka dan kostum yang lebih berwarna.// Stev
Edisi kali ini, akan memperkenalkan salah satu tempat wisata di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jadi, tetap bersama kami di RRI World Service-Voice Of Indonesia yang bisa anda dengar melalui gelombang pendek di 9525kHz, live streaming di www.voinews.id atau aplikasi rri play di android anda.
di Lombok, Nusa Tenggara Barat, tersebar banyak pulau kecil atau gili kecil. Namun, diantara banyak gili tersebut, ada dua gili yang masih asri dan begitu eksotis. Kedua gili tersebut bernama Gili Sudak dan Gili Kedis.
Gili Sudak merupakan sebuah pulau kecil yang dikelilingi pantai indah. Terletak di Kecamatan Sekotong Barat, Desa Medang, Dusun Batu Kijuk, Lombok Barat, Gili Sudak memiliki luas sekitar 30 hektar. Meski merupakan sebuah pulau kecil, Gili Sudak begitu eksotis dengan pasir putih dan air yang begitu jernih. Saat ini, wisatawan sudah mulai banyak yang mengetahui Gili Sudak. Namun jika dibandingkan dengan Gili lain yang sudah lebih terkenal terlebih dahulu, seperti Gili Trawangan, Gili Menok, dan Gili Air, Gili Sudak tetap terbilang lebih sepi. Jadi, bagi anda yang ingin bersantai sambil menikmati keindahan alam dengan suasana yang lebih tenang, anda dapat menjadikan Gili Sudak sebagai tempat wisata yang wajib dikunjungi. Tetapi, tempat wisata ini masih minim fasilitas, hanya ada sebuah rumah makan yang hampir semua menu makanannya berupa seafood. Jadi, jangan lupa membawa bekal makanan dan minuman yang cukup jika berkunjung ke Gili Sudak.
Gili Kedis juga merupakan sebuah pulau kecil. Gili Kedis terletak di Sekotong Tengah, Lombok Barat atau lebih tepatnya berseberangan dengan Gili Sudak. Pulau kecil ini masih begitu asri dan alami. Pantai dengan diselimuti pasir putih yang cantik serta air lautnya yang begitu jernih, membuat siapa pun betah berlama-lama di sini.
Tempat wisata ini termasuk pulau yang tidak ada penghuninya. Sama seperti Gili Sudak, tempat ini juga memiliki panorama bawah air yang sangat indah. Beragam terumbu karang cantik serta beragam ikan berwarna-warni dapat ditemukan disini.
sebelum ke Gili Kedis, anda akan melewati Gili Sudak terlebih dahulu. Untuk menuju Gili Sudak, anda harus menyewa perahu kecil bermuatan 6 orang. Biaya sewa perahu ini sekitar Rp 300.000-Rp 500.000 sudah termasuk perjalanan ke Gili Sudak dan Gili Kedis. Perjalanan ini membutuhkan waktu selama 15 menit dari Kota Mataram menuju Gili Sudak. Sedangkan, dari Gili Sudak menuju ke Gili Kedis memakan waktu selama 10 menit.// Enggar
Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi keroncong wanita Indonesia, Wiwik Sumbogo. Kita awali perjumpaan kali ini, dengan sebuah lagu berjudul Bengawan Solo.
Bengawan Solo adalah sebuah lagu keroncong yang cukup terkenal dari Indonesia. Lagu ini menceritakan tentang sungai terpanjang di Jawa, yaitu Bengawan Solo. Diciptakan oleh Gesang Martohartonoatau lebih dikenal dengan Gesang, pada tahun 1940, Saat Gesang berusia 23 tahun. Tidak hanya di Indonesia, lagu ini terkenal terutama di Indonesia dan Jepang. Bengawan Solo sempat digunakan dalam salah satu film layar lebar Jepang. Lagu ini diterjemahkan setidaknya ke dalam 13 bahasa, termasuk bahasa Inggris, Rusia, Tionghoa dan bahasa Jepang. Lagu keroncong asli ini telah dibawakan oleh banyak penyanyi, termasuk Gesang dan Wiwik Sumbogo. Awalnya Wiwiek dikenal sebagai penyanyi keroncong dan pop jawa. Namanya sangat dikenal terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Baiklah pendengar, selanjutnya kita dengarkan lagu keroncong berikutnya berjudul Sampul Surat.
lagu ini bercerita tentang seorang yang menerima sepucuk surat yang telah lama dinantikan. Betapa bahagia hatinya. Namun ternyata itu hanyalah sampul surat yang tiada isinya. Walaupun hancur hati, sampul surat tetap disimpan sebagai kenang-kenangan.
karier Wiwiek Sumbogo melejit saat dia merilis album pop Indonesia bertajuk Loyang dan Besi. Pada era 80an tesebut Wiwik sempat merilis beberapa album. Namun album Wiwik yang paling hits adalah Loyang dan Besi. Selain meluncurkan sejumlah album, saat itu Wiwik yang memiliki nama asli Dewi Prasetyawati Sumbogo ini juga sering tampil pada acara musik di stasiun televisi nasional, TVRI. Selain memiliki suara yang merdu, Wiwik juga memiliki paras yang ayu.