12
August

 

VOInews.id, jakarta:Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (EU) Josep Borrell telah meminta EU untuk mempertimbangkan sanksi terhadap pejabat keamanan Israel Itamar Ben-Gvir atas seruannya untuk memangkas pasokan bahan bakar dan bantuan bagi warga sipil di Jalur Gaza, Senin. "Sementara dunia mendorong gencatan senjata di #Gaza, Ben Gvir menyerukan pemotongan bahan bakar & bantuan bagi warga sipil," kata Borrel pada platform X.

 

Borrell melanjutkan bahwa pernyataan dari Ben Gvir tersebut mirip dengan pernyataan jahat pejabat keuangan Israel Bezalel Smotrich yang merupakan hasutan untuk melakukan kejahatan perang. "Sanksi harus menjadi agenda Uni Eropa kita," tegas Borrell. Dia juga meminta Israel untuk "menjauhkan diri dengan tegas" dari hasutan untuk melakukan kejahatan perang. Lebih lanjut, Borrell juga menyerukan agar Israel untuk terlibat dengan itikad baik dalam negosiasi yang difasilitasi oleh AS, Qatar dan Mesir untuk melakukan gencatan senjata segera. Ben-Gvir menganjurkan sikap yang lebih keras terhadap Otoritas Nasional Palestina.

 

Politisi itu telah berulang kali menentang kesepakatan dengan Hamas dan mengakhiri perang di Gaza, dengan mengatakan bahwa perlu untuk "menempuh akhir yang sulit" dan meninggalkan kesepakatan yang "tidak masuk akal" itu. Sebelumnya Smotrich mengatakan bahwa dalam konteks perjuangan untuk membebaskan sandera Israel, dia menganggap tindakan memblokir pasokan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza adalah tindakan yang dibenarkan dan bermoral, bahkan jika hal tersebut menyebabkan kematian dua juta warga Palestina karena kelaparan. Dia juga mengeluh bahwa masyarakat internasional tidak akan mengizinkannya untuk memblokir pasokan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Sebelumnya, Mesir, Qatar dan Amerika Serikat meminta Israel dan Hamas untuk melanjutkan pembahasan tentang ketentuan gencatan senjata pada 14-15 Agustus. Para pemimpin ketiga negara itu mengatakan bahwa mereka siap untuk mengajukan usulan akhir guna mencapai kesepakatan.

 

Sumber: Sputnik

08
August

 

VOinews.id, Jakarta:Italia diperkirakan masih akan mencatat rekor suhu tertinggi dalam musim panas yang sudah dipenuhi dengan gelombang panas yang parah ini. Situs data meteorologi Il Meteo pada Selasa (6/8) mengatakan bahwa beberapa hari ke depan akan menjadi "periode paling terik pada musim panas kali ini," dengan suhu hingga 43 derajat Celsius di wilayah paling selatan negara itu. Di wilayah utara, Il Meteo bahkan memperkirakan suhu akan mencapai 40 derajat Celsius.

 

"Setelah jeda singkat akhir pekan lalu, arus cuaca Afrika kembali dan lebih kuat dari sebelumnya dan siap untuk melepaskan suhu tinggi di seluruh negeri," menurut laporan Il Meteo. Hingga Selasa, Kementerian Kesehatan Italia mengatakan hanya lima dari 27 kota terbesar di negara itu yang akan berada di bawah status peringatan "oranye", yang berarti periode terpanas dalam satu hari menimbulkan risiko kesehatan bagi warga lanjut usia atau mereka yang memiliki kondisi kesehatan buruk. Pada Kamis (8/8), jumlah kota yang berada di bawah peringatan "oranye" atau "merah" akan meningkat dua kali lipat (peringatan "merah" berarti ada risiko kesehatan bahkan bagi individu yang masih muda dan sehat).

 

Namun, data kementerian tersebut hanya memprediksi peringatan untuk dua hari ke depan, sehingga tidak mencerminkan situasi pada akhir pekan, saat suhu terpanas diperkirakan akan melanda. Ini merupakan tahun ketiga secara beruntun Italia harus berjuang di bawah dampak periode kering yang panjang di seluruh wilayahnya. Meskipun rekor suhu tertinggi yang tercatat tahun lalu belum tercatat tahun ini, gelombang panas dimulai lebih awal dengan suhu tinggi pertama tercatat bahkan sebelum musim panas dimulai.

 

Antara

06
August

 

VOInews.id, Jakarta:Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk pada Senin mengatakan bahwa dia "sangat khawatir" tentang meningkatnya risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah, dan menyerukan de-eskalasi yang mendesak. "Saya sangat khawatir tentang meningkatnya risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan memohon kepada semua pihak, bersama dengan Negara-negara yang memiliki pengaruh, untuk bertindak segera untuk meredakan apa yang telah menjadi situasi yang sangat genting," kata Turk dalam sebuah pernyataan. Turk mengingatkan semua pihak bahwa hak asasi manusia dan perlindungan warga sipil harus menjadi prioritas utama.

 

Dia juga menekankan bahwa warga sipil -- kebanyakan perempuan dan anak-anak -- telah mengalami "rasa sakit dan penderitaan yang tak tertahankan" sebagai akibat dari bom dan senjata selama 10 bulan terakhir. "Segalanya, dan maksud saya segalanya, harus dilakukan untuk menghindari situasi ini semakin memburuk yang hanya akan memiliki konsekuensi yang lebih mengerikan bagi warga sipil," kata Turk. Ketegangan meningkat antara Hizbullah Lebanon dan Israel sejak Tel Aviv membunuh komandan militer senior kelompok itu, Fuad Shukr, dalam serangan udara di pinggiran kota Beirut pada 30 Juli.

 

Pimpinan politik Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada hari berikutnya dalam serangan yang dituduhkan kepada Israel, meski Tel Aviv belum mengonfirmasi atau membantah bertanggung jawab. Hamas dan Iran telah berjanji untuk membalas pembunuhan Haniyeh, sementara Hizbullah telah berjanji untuk menanggapi pembunuhan Shukr. Kekhawatiran telah berkembang akan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah di tengah pertukaran tembakan lintas perbatasan selama berbulan-bulan. Eskalasi terjadi dengan latar belakang serangan Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.600 orang sejak Oktober lalu menyusul serangan oleh kelompok Palestina, Hamas.

 

Sumber: Anadolu

05
August

 

VOinews.id, London:Aksi protes anti-migran besar-besaran berubah menjadi ajang kekerasan pada Minggu ketika demonstran ekstrem kanan menyerang sebuah hotel di Rotherham yang menjadi tempat penampungan para pencari suaka, memecahkan jendela dan membakar bangunan. Insiden ini terjadi tepat sebelum tengah hari dan ditandai dengan bentrokan intens antara pengunjuk rasa ekstrem kanan dengan polisi dan kelompok pendukung migran.

 

Massa, yang banyak di antaranya mengenakan bendera Inggris dan Union Jack, berkumpul di luar hotel Holiday Inn Express dalam jumlah besar. Demonstrasi dengan cepat semakin meningkat, dengan pengunjuk rasa melemparkan benda-benda ke arah petugas polisi, memaksa mereka untuk mundur. Rekaman yang diunggah di media sosial menayangkan adegan kacau di mana para demonstran masuk ke lantai dasar hotel melalui jendela yang pecah dan membakarnya. Sebuah demonstrasi tandingan yang mendukung hak-hak migran juga diadakan, dengan peserta meneriakkan slogan-slogan pro-migran sebagai tanggapan terhadap sentimen anti-imigran.

 

Ketegangan antara kedua kelompok semakin memicu ketidakstabilan situasi. Insiden ini menyebabkan setidaknya satu petugas polisi terluka dan meningkatkan kekhawatiran tentang kerusuhan lebih lanjut. Sebelumnya, pihak berwenang melaporkan setidaknya 100 penangkapan setelah meletusnya kekerasan, tidak hanya di Rotherham tetapi di seluruh Inggris, dengan lebih banyak demonstrasi yang direncanakan pada Minggu.

 

Protes serupa diperkirakan akan terjadi di Bolton, Lancaster, Middlesborough, Weymouth, dan Newcastle upon Tyne sore ini. Para perusuh bertopeng, beberapa mengenakan bendera Inggris, berkumpul di luar hotel yang diketahui menampung migran. Saksi mata melaporkan melihat orang-orang bertopeng melemparkan potongan kayu dan kursi ke arah petugas polisi yang telah membentuk barisan di depan hotel untuk mencoba mengendalikan situasi. Meskipun polisi telah berupaya sekuat tenaga, kerusuhan terus meningkat dan menjurus menjadi aksi kekerasan. Pihak berwenang setempat dalam keadaan waspada tinggi, mengantisipasi lebih banyak protes kekerasan di seluruh negeri pada Minggu.

 

Kerusuhan ini menyusul pembunuhan tragis tiga gadis muda di Southport pada Senin lalu, sebuah peristiwa yang telah semakin memperkeruh hubungan komunitas dan memicu episode kekacauan tambahan di kota-kota besar dan kota kecil di seluruh Inggris.

 

Sumber: Anadolu

Page 32 of 1215