VOinews.id, Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berbicara dengan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengenai pemilihan presiden Venezuela baru-baru ini serta isu-isu bilateral, kata Gedung Putih. "Presiden Joe Biden berbicara hari ini dengan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva dari Brasil untuk membahas berbagai isu bilateral dan regional, termasuk situasi politik yang muncul di Venezuela setelah pemilihan presiden pada 28 Juli," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pada Selasa.
Biden dan Lula mengatakan bahwa mereka memandang pemilihan presiden Venezuela sebagai hal yang krusial bagi demokrasi regional.
Kedua presiden sepakat untuk menjaga koordinasi yang erat mengenai masalah tersebut, kata pernyataan tersebut.
"Kedua pemimpin sepakat tentang perlunya segera merilis data pemungutan suara yang lengkap, transparan, dan terperinci di tingkat tempat pemungutan suara oleh otoritas pemilu Venezuela," tambah pernyataan itu.
Pemilihan presiden Venezuela pada 28 Juli menyaksikan Nicolas Maduro memenangkan masa jabatan ketiga.
Pengumuman hasil tersebut memicu oposisi yang didukung AS untuk melakukan protes di ibu kota Caracas dan sekitarnya, dengan dilaporkan adanya bentrokan antara polisi dan pendukung oposisi.
Pemerintah Venezuela menuduh beberapa negara melakukan campur tangan dalam pemilihan.
Sumber: Sputnik-OANA
VOinews.id, Kanada: Kanada mendesak warga negaranya untuk segera meninggalkan Lebanon karena konflik antara Israel dan Hizbullah dapat berubah menjadi perang.
Pemberitahuan tersebut disampaikan pemerintah Kanada melalui pesan email yang dikirimkan departemen Urusan Global Kanada kepada warganya yang terdaftar di Lebanon.
“Tidak ada operasi evakuasi yang sedang berlangsung bagi warga Kanada yang saat ini berada di Lebanon dan Anda tidak boleh bergantung pada Pemerintah Kanada untuk bantuan keberangkatan atau evakuasi di masa mendatang,” kata Global News mengutip isi email Urusan Global Kanada, Selasa (30/7).
Warga Kanada bukan satu-satunya yang diminta untuk meninggalkan negara itu. Inggris, AS, Prancis, dan Jerman telah mengeluarkan peringatan serupa kepada warga negara mereka.
Selain itu, penerbangan ke bandara Beirut telah dibatalkan oleh beberapa maskapai penerbangan Eropa, termasuk Lufthansa dan Air France.
“Mengingat meningkatnya permusuhan baru-baru ini, kami mengingatkan semua warga Kanada di Lebanon tentang saran perjalanan kami saat ini, yaitu untuk meninggalkan Lebanon sementara beberapa penerbangan komersial masih tersedia,” ucap Urusan Global Kanada.
Beberapa maskapai penerbangan, kata departemen tersebut, telah menangguhkan sementara layanan ke Bandara Beirut.
Pembatalan dan gangguan penerbangan lebih lanjut dapat terjadi dengan sedikit atau tanpa pemberitahuan.
Lebanon mengkhawatirkan serangan balasan oleh Israel setelah sebuah roket yang diduga ditembakkan oleh Hizbullah, sebagaimana diklaim Israel, menghantam lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel akhir pekan lalu.
Serangan tersebut menewaskan 12 anak-anak dan remaja. Sementara itu, kelompok Lebanon tersebut membantah bertanggung jawab.
Kekhawatiran tersebut menjadi kenyataan pada Selasa (30/7) ketika Israel melakukan serangan di Beirut yang menargetkan komandan Hizbullah yang menurut pejabat Israel memulai serangan tersebut.
“IDF melakukan serangan yang ditargetkan di Beirut, terhadap komandan yang bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak di Majdal Shams dan pembunuhan sejumlah warga sipil Israel lainnya,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, kata CBC News.
Serangan tersebut merusak bangunan tetapi tidak jelas apakah ada korban jiwa.
Sumber : Anadolu-OANA
VOInews.id, Istanbul:Yordania pada Senin menangguhkan penerbangan ke Ibu Kota Beirut di tengah kekhawatiran akan kemungkinan serangan Israel ke Lebanon. Maskapai Royal Jordanian mengatakan pembatalan penerbangan akan berlangsung pada Senin hingga Selasa (30/7) setelah keputusan Komisi Regulasi Penerbangan Sipil untuk menangguhkan semua penerbangan ke Bandara Beirut, demikian dilaporkan kantor berita Petra.
Langkah penangguhan diambil ketika ancaman Israel mencapai puncaknya, menyusul serangan rudal pada Sabtu (27/7) di Dataran Tinggi Golan -- yang diduduki Israel-- ke Kota Majdal Shams. Serangan itu mengakibatkan kematian 12 warga suku Druze dan sekitar 40 orang terluka. Sementara Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan di Majdal Shams, kelompok paramiliter Lebanon itu membantah bertanggung jawab. Menurut Radio Angkatan Darat Israel, militer sudah merumuskan skenario kemungkinan serangan terhadap Hizbullah dan sedang membahas rencana tersebut secara politis guna menilai situasi.
Pada Sabtu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah bahwa Hizbullah akan "membayar harga yang mahal" atas serangan tersebut. Kekhawatiran meningkat mengenai kemungkinan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah, di tengah serangan lintas batas yang dilancarkan kedua belah pihak. Eskalasi tersebut terjadi sebagai akibat dari rentetan serangan maut oleh Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 39.300 korban sejak Oktober 2023.
Sumber: Anadolu
VOinews.id, Jenewa:Kantor Hak Asasi Manusia PBB menyatakan bahwa berdasarkan hukum humaniter internasional, adalah sangat dilarang untuk menyerang objek yang penting bagi kelangsungan hidup penduduk sipil, termasuk penampungan air. Pernyataan kantor PBB tersebut mengacu pada pemboman Israel terhadap reservoir air minum untuk warga Palestina di Rafah, Jalur Gaza selatan.
“Memang dilarang keras berdasarkan hukum humaniter internasional untuk menyerang objek sipil,” kata Juru Bicara Kantor HAM PBB, Jeremy Laurence kepada Anadolu, Senin (29/7). Laurence mengkritik kurangnya kemampuan Israel untuk memastikan akuntabilitas berdasarkan hukum humaniter internasional (IHL) dan hukum hak asasi manusia internasional (IHRL), serta mengemukakan tentang perlunya tindakan internasional diperlukan untuk memastikan agar akuntabilitas itu dijalankan. "Kantor Hak Asasi Manusia tidak menerima informasi apa pun tentang investigasi apa pun oleh Israel terhadap insiden khusus penghancuran cadangan air tersebut," ucapnya.
Ia juga menekankan bahwa dengan adanya kegagalan Israel yang terdokumentasi dengan baik dalam memastikan akuntabilitas atas pelanggaran serius HHI dan IHRL, maka penyelesaian di tingkat internasional sangat penting untuk mengatasi kesenjangan akuntabilitas yang sudah berlangsung lama. Kalangan aktivis baru-baru ini menyebarkan sebuah video di media sosial yang memperlihatkan seorang tentara Israel menanam alat peledak di waduk utama Tal al-Sultan yang kemudian diledakkan.
Tentara Israel pada Senin mengakui tentaranya bertanggung jawab atas pengeboman waduk air di Tal al-Sultan. Salah seorang tentara mengunggah video ledakan di media sosial dengan judul "Penghancuran waduk Tel Sultan untuk menghormati Shabbat, menurut harian Israel Haaretz. Penyelidikan atas insiden tersebut juga telah dimulai. Adapun lembaga-lembaga lokal dan kota-kota di Gaza telah berulang kali menuduh militer Israel sengaja menghancurkan jaringan air, sumur, dan pabrik desalinasi yang memperburuk krisis air minum. Selain itu, pembatasan bahan bakar yang diberlakukan oleh Israel telah semakin menghambat pengoperasian fasilitas desalinasi yang tersisa di wilayah tersebut.
Sumber : Anadolu