VOinews.id- Paus Fransiskus mengutarakan harapannya untuk perpanjangan jeda kemanusiaan di Jalur Gaza, serta mengingatkan bahwa bagi semua orang, kecuali produsen senjata, perang selalu menjadi sebuah kekalahan. “Saya berharap gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza dapat berlanjut, sehingga semua sandera dapat dibebaskan, dan bantuan kemanusiaan yang diperlukan bisa masuk,” kata Paus Fransiskus pada akhir audiensi umum, Rabu. “Perang selalu merupakan kekalahan. Semua orang kalah.
Ya, tidak semua orang--ada kelompok yang mendapat banyak uang. Mereka yang membuat senjata. Mereka mendapat banyak uang dari kematian orang lain," lanjut Paus Fransiskus. Usai berbicara di sebuah Gereja Katolik di Gaza, Paus Fransiskus menceritakan bahwa warga Gaza tidak memiliki air ataupun roti untuk dimakan. "Rakyatlah yang menderita, bukan mereka yang berperang yang menderita," ujar dia. Pada Senin (27/11), Qatar mengumumkan perpanjangan jeda kemanusiaan selama dua hari, dari semula empat hari, yang telah disepakati oleh Israel dan kelompok Hamas Palestina. Selama jeda tersebut, Israel menghentikan sementara serangannya di Gaza dan kedua pihak menyetujui masuknya bantuan kemanusiaan serta melakukan pertukaran tahanan.
Para juru runding yang sedang berupaya memperpanjang gencatan senjata enam hari di Gaza meyakini bahwa kesepakatan itu bisa diperpanjang dua hari lagi, kata dua sumber keamanan Mesir pada Rabu (29/11). Sumber tersebut mengatakan negosiasi untuk pembebasan warga sipil yang menjadi sandera berjalan dengan baik, tapi pembebasan tentara yang ditahan Hamas menemui kendala. Israel dan Hamas menyepakati jeda kemanusiaan pada Jumat pekan lalu sejak serangan mematikan 7 Oktober 2023. Sejauh ini, Hamas telah membebaskan 60 perempuan dan anak-anak Israel dari 240 sandera yang mereka tangkap dalam serangan mematikan pada 7 Oktober 2023. Sebagai gantinya, Israel telah membebaskan 180 tahanan asal Palestina, yang semuanya perempuan dan remaja. Israel menyatakan bersedia memperpanjang gencatan senjata jika Hamas membebaskan 10 sandera per hari.
Antara
VOInews.id- Rusia menyatakan sedang melakukan segala cara untuk mengurangi ketegangan Israel-Palestina dan berkomunikasi dengan negara-negara Timur Tengah serta negara-negara kekuatan politik lainnya guna mendukung tujuan ini. "Kami telah melakukan ini sejak hari pertama, dalam meredakan ketegangan, mencapai gencatan senjata, mengumumkan jeda kemanusiaan, menyelesaikan masalah kemanusiaan yang mendesak, situasi penyanderaan, dan evakuasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova pada konferensi pers di Moskow, Rabu.
Zakharova mengatakan upaya-upaya politik juga terus berlanjut, termasuk melalui badan-badan PBB seperti Dewan Keamanan dan Majelis Umum. Menurut dia, meskipun ditolak Barat, posisi mayoritas dunia yang sejalan dengan pandangan Rusia tetap berhasil.
"(Jeda kemanusiaan) tidak akan terganggu; semuanya akan terlaksana. Kami sangat berharap dan berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan hal ini," kata dia. Qatar pada Senin malam mengumumkan perjanjian jeda kemanusiaan yang awalnya disepakati selama empat hari, diperpanjang dua hari lagi untuk membebaskan lebih banyak lagi tahanan dan sandera serta pemberian bantuan. Serangan Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 perempuan, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut. Korban tewas di pihak Israel mencapai 1.200 orang.
Antara
VOInews.id- Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa campur tangan apa pun terhadap urusan internal Rusia akan dianggap aksi "agresi" "Kita menganggap campur tangan pihak luar, provokasi dengan tujuan memicu konflik antaretnis atau antaragama sebagai tindakan agresif terhadap negara kita," kata Putin dalam sidang pleno Dewan Rakyat Rusia Sedunia di Moskow. Putin menyatakan segala upaya yang "mengobarkan terorisme dan ekstremisme di Rusia sebagai alat untuk melawan kita, akan kami lawan dengan tepat."
"Saya yakin kita semua ingat, dan harus ingat, pelajaran dari Revolusi 1917, yang berlanjut ke Perang Saudara, dan disintegrasi Uni Soviet pada 1991" yang menjerumuskan Rusia ke dalam kekacauan sehingga memakan banyak korban jiwa dan kehancuran serta penderitaan dalam masyarakat, tambah Putin. Konflik yang muncul setelah bubarnya Imperium Rusia dan Uni Soviet masih belum terselesaikan, kata Putin. Dia menegaskan Rusia modern “sedang mengklaim kembali, mengkonsolidasikan dan meningkatkan kedaulatannya sebagai kekuatan global."
"Kita memiliki tujuan ambisius di depan kita, dan mewujudkannya memerlukan upaya terpadu, dan kita siap untuk itu. Kita semakin kuat. Wilayah historis kita telah kembali ke pangkuan Rusia. Rakyat menolak segala hal dangkal dan beralih ke nilai-nilai yang benar dan sejati," kata Putin. Putin menegaskan bahwa di Rusia meski agama dipisahkan dari negara, agama tak dapat dipisahkan dari masyarakat, yang merupakan bagian organiknya.
Saat ini, “perjuangan Rusia menegakkan kedaulatan dan keadilan adalah salah satu bentuk pembebasan nasional,” tergantung kepada “hak historisnya menjadi Rusia yang kuat, mandiri dan beradab," tegas Putin. "Keberagaman dan kesatuan budaya, tradisi, bahasa dan etnis kita tidak sesuai dengan logika dengan Barat si rasis dan penjajah," kata dia. Tujuan sebenarnya Barat adalah “memecah-mecah dan menjarah Rusia," tegas Putin, seraya memperingatkan bahwa upaya-upaya seperti itu akan dibalas dengan setimpal. Dewan Rakyat Rusia Sedunia adalah organisasi publik internasional dan forum bagi orang-orang yang bersatu karena peduli masa kini dan masa depan Rusia.
Antara
VOInews.id- Raja Yordania Abdullah II pada Selasa (28/11) menegaskan kembali bahwa negaranya menolak upaya apa pun untuk memisahkan Tepi Barat dari Jalur Gaza. Dalam sebuah pesan kepada pemimpin Komite Pelaksanaan Hak-Hak yang Tidak Dapat Dicabut dari Rakyat Palestina (CEIRPP), Raja Abdullah II memastikan bahwa baik Tepi Barat maupun Jalur Gaza "adalah negara Palestina." “Nilai-nilai semua agama ilahiah dan nilai-nilai kemanusiaan kita menolak pembunuhan warga sipil,” tambahnya, menurut Pengadilan Kerajaan Yordania.
Dia menyatakan: "Serangan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza melanggar hukum humaniter internasional dan akan memicu kekerasan dan kehancuran lebih lanjut di wilayah itu dan dunia." Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina "muncul di bawah situasi luar biasa yang menyeru seluruh dunia untuk bertindak menghentikan perang dan memaksa Israel untuk mencabut blokade di Jalur Gaza," lanjut Raja.
Raja juga menegaskan kembali penolakan Yordania mengenai "pendudukan kembali sebagian wilayah Gaza atau membangun zona penyangga di dalamnya, serta memisahkan Tepi Barat dari Gaza." Rakyat Palestina dan pendukung mereka di seluruh dunia akan merayakan Hari Solidaritas Internasional untuk Rakyat Palestina pada Rabu. Hari ini menandai resolusi Majelis Umum PBB pada 1947 yang meminta pemisahan Palestina menjadi negara bagian Arab dan Yahudi. Israel meluncurkan serangan militer besar-besaran di Jalur Gaza setelah serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober. Sejak itu sebanyak 15.000 warga Palestina terbunuh, termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 wanita menurut otoritas kesehatan di wilayah kantung tersebut. Jumlah korban resmi di Israel mencapai 1.200 orang.
Antara