VOInews.id- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Rabu menyebut Israel "negara teroris" karena melakukan kejahatan perang dan melanggar hukum internasional di Gaza. Erdogan juga menegaskan kembali sikapnya bahwa kelompok perlawanan Palestina, Hamas, bukanlah organisasi teroris. Dalam pidatonya di parlemen Turki, Erdogan juga meminta PM Israel Benjamin Netanyahu untuk menjawab apakah Israel memiliki bom nuklir atau tidak. Dia menambahkan bahwa Netanyahu akan segera kehilangan jabatannya. Erdogan menyatakan bahwa Hamas adalah partai politik yang telah dipilih oleh rakyat Palestina.
Sumber: Reuters
VOInews.id- Menteri Kesehatan Palestina Mai Alkaila mengatakan pendudukan Israel dan komunitas internasional memikul tanggung jawab atas nyawa para pasien, staf medis, dan pengungsi di Kompleks Medis Al-Shifa. Menkes juga memperingatkan bahwa kemungkinan terjadi pembantaian di dalam fasilitas tersebut. Menurutnya, aksi menakut-nakuti tersebut dan sikap bungkam sejumlah negara mendorong pendudukan Israel menyerbu kompleks medis tersebut, yang jelas merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional. Menkes menyatakan penyerbuan pasukan pendudukan terhadap Kompleks Medis Al-Shifa adalah “kejahatan terhadap kemanusiaan.
” Penyerbuan tersebut, katanya, merupakan bagian dari sederet kejahatan yang dilakukan terhadap kompleks itu sendiri akibat pengepungan ketat yang diberlakukan beberapa hari lalu. Lebih dari lima bangunan di dalamnya dibom dan tembakan peluru diarahkan ke para korban luka, pengungsi serta tim medis yang ada di sana. Menkes juga mengatakan ribuan pasien, pengungsi dan tenaga medis saat ini tidak tahu apa yang bakal menimpa mereka.
Dia menekankan bahwa kejahatan baru Israel itu terjadi setelah tentara pendudukan melakukan pembantaian terhadap rumah sakit-rumah sakit, staf medis dan ambulans yang menyebabkan lebih dari 700 orang tewas dan terluka. Tentara pendudukan Israel telah membunuh 198 dokter, perawat dan paramedis. Mereka juga menargetkan 55 ambulans dan menyebabkan 25 rumah sakit tak beroperasi sejak awal agresi di Jalur Gaza.
Menkes bersama Komite Internasional Palang Merah dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membahas situasi di Kompleks Al-Shifa, menekankan perlunya tindakan yang efektif dan cepat untuk menyelamatkan pasien, staf medis serta pengungsi. Selain itu, diperlukan juga untuk mengamankan dan menetralisir mereka dari gerakan militer apa pun, sesuai dengan apa yang telah diatur di dalam perjanjian internasional, hukum kemanusiaan internasional serta hukum hak asasi manusia internasional.
Sumber: WAFA
VOinews.id- Kementerian Luar Negeri Mesir pada Senin mengatakan bahwa perbatasan Rafah tidak pernah ditutup dari sisi mereka sejak dimulainya pertempuran di Gaza pada 7 Oktober. Dalam sebuah pernyataan, juru bicara kementerian tersebut, Ahmed Abu Zeid, mengatakan bahwa Israel menghalangi masuknya bantuan ke Gaza dengan memberlakukan "prosedur yang menghalangi" disertai alasan yang lemah.
Dia menyerukan kepada mereka yang menuduh bahwa Kairo menutup perbatasan Rafah untuk merujuk kepada pernyataan terkait bantuan PBB dan internasional yang menegaskan bahwa Mesir memfasilitasi pengiriman bantuan dengan cara yang cepat dan berkelanjutan.
Sampai hari ke-39 serangan Israel di Jalur Gaza, sedikitnya 11.240 warga Palestina telah tewas, termasuk lebih dari 7.700 perempuan dan anak-anak, dengan sekitar 29 ribu lainnya mengalami luka-luka, menurut angka terbaru dari otoritas Palestina. Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja juga mengalami kerusakan atau hancur akibat serangan udara dan darat tanpa henti oleh Israel di daerah kantong yang terkepung itu sejak bulan lalu. Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel hampir 1.200 orang, menurut angka resmi.
Antara
VOInews.id- Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan operasi melawan pejuang Hamas di rumah sakit Al Shifa di Jalur Gaza pada Rabu dan mendesak semua anggota kelompok perlawanan di rumah sakit tersebut untuk menyerah. Kurang dari satu jam sebelum operasi tersebut, juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan Israel telah mengatakan kepada para pejabat di wilayah itu bahwa mereka akan menyerbu kompleks rumah sakit Shifa "dalam beberapa menit mendatang.
" Dalam sebuah pernyataan, angkatan bersenjata Israel (IDF) mengatakan: "Berdasarkan informasi intelijen dan kebutuhan operasional, pasukan IDF melakukan operasi yang tepat dan tepat sasaran terhadap Hamas di area tertentu di Rumah Sakit Shifa." "Pasukan IDF mencakup tim medis dan penutur bahasa Arab, yang telah menjalani pelatihan khusus untuk mempersiapkan diri menghadapi lingkungan yang kompleks dan sensitif ini, dengan tujuan agar tidak ada kerugian yang ditimbulkan pada warga sipil," lanjut pernyataan tersebut.
Israel mengklaim bahwa Hamas memiliki pusat komando di bawah rumah sakit Al Shifa, yang terbesar di Gaza, dan menggunakan rumah sakit dan terowongan di bawahnya untuk menyembunyikan operasi militer dan menyandera. Hamas telah berulang kali membantah tudingan tersebut. AS pada Selasa mengatakan bahwa badan intelijennya mendukung klaim Israel tersebut. Lima pekan setelah Israel bertekad untuk menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan lintas batas yang dilakukan militan, nasib Al Shifa telah menjadi fokus kekhawatiran internasional karena memburuknya kondisi di fasilitas tersebut. Staf medis mengatakan rumah sakit tersebut hampir tidak berfungsi karena serangan Israel dan kurangnya bahan bakar untuk generator listrik. Pasukan Israel telah melancarkan pertempuran jalanan yang sengit melawan pejuang Hamas selama 10 hari terakhir sebelum maju ke pusat Kota Gaza dan sekitar Al Shifa.
Sumber: Reuters