04
April

 

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, meragukan keakuratan data dari Tiongkok  terkait wabah virus corona (Covid-19), setelah anggota Kongres Amerka menyebutkan beberapa laporan intelijen yang menunjukkan indikasi Tiongkok seakan menutupi data Trump, dilansir dari AFP, Jumat (3/4) mengatakan,  bagaimana tahu jika data Tiongkok  akurat, jumlahnya tampaknya sedikit berada di sisi terang. Meski begitu, Trump menegaskan hubungan Amerika  dengan Tiongkok  masih tetap baik. Dia juga mengaku tetap dekat dengan Presiden Tiongkok , Xi Jinping. (Cnn)

04
April

 

Amerika Serikat  mencatat 1.169 kematian akibat pandemi virus corona COVID-19 dalam 24 jam terakhir. John Hopkins University menyatakan angka kematian pada Kamis itu merupakan rekor kematian harian tertinggi di dunia sejak pandemi dimulai. Rekor maut sebelumnya terjadi di Italia, di mana 969 orang meninggal dalam 24 jam pada 27 Maret.

Menurut data John Hopkins University Amerika  telah mencatat 5.926 kematian akibat virus corona COVID-19 sejak awal pandemi.Namun, data dari situs pelaporan online worldometers.info pada Jumat (3/4/2020) angka kematian di Amerika sudah mencapai 6.075 jiwa dari total kasus 245.066. Secara global, Italia masih memiliki jumlah total kematian tertinggi di dunia yakni 13.915 jiwa, diikuti Spanyol sebanyak 10.348 jiwa. (Sindo)

04
April

 

Israel terpaksa mengonversi fasilitas produksi rudal menjadi produksi massal ventilator.Langkah ini diambil untuk mengatasi kekurangan alat bantu pernapasan yang dipicu oleh wabah virus corona COVID-19. Kementerian Pertahanan Israel telah mengonfirmasi pengubahan fungsi pabrik-pabrik rudal di negara tersebut.

Data pada hari Jumat  (3/4/2020) menunjukkan Israel memiliki 6.857 kasus infeksi COVID-19 dengan 36 orang di antaranya telah meninggal 338 pasien berhasil disembuhkan. Menteri Pertahanan Naftali Bennett telah memperingatkan bahwa Israel hanya memiliki 2.000 ventilator dan membutuhkan lebih banyak alat pernapasan untuk membantu para korban pulih dari COVID-19. (sindo)

04
April

 

Komisi Uni Eropa mengusulkan inisiatif bantuan baru sebesar 100 miliar euro atau sekitar 1.812 triliun rupiah untuk negara-negara anggota mengatasi persoalan kehilangan pekerjaan. Diperkirakan, jutaan orang di Uni Eropa kehilangan pekerjaan mereka atau terkena  pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi virus corona.

Dana bantuan ini dimaksudkan untuk mendorong perusahaan mengurangi jam kerja karyawan mereka ketimbang menempuh pemutusan hubungan kerja, persis dengan model yang digunakan di Jerman. Presiden Komisi Uni Eropa  Ursula von der Leyen, dilansir CNN.com, Jumat (3/4) mengatakan, dalam krisis virus corona ini, hanya respons terkuat yang akan bertahan. Karenanya, setiap euro yang tersedia dalam anggaran Uni Eropa akan diarahkan untuk mengatasi persoalan ini. (Cnn)