19
September

(voinews.id)- Uni Eropa dan negara-negara anggotanya meningkatkan aksi kolaborasi untuk iklim melalui Pekan Diplomasi Iklim 2022, Vincent Piket, ujar Duta Besar UE untuk Indonesia. “Perubahan iklim adalah tantangan global terbesar pada masa ini.

Kita melihat berbagai dampak perubahan iklim pada kehidupan kita setiap harinya, dan ini terjadi di seluruh penjuru dunia tanpa terkecuali," kata Piket dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

"Berbicara tentang aksi iklim tentunya tak lepas dari transisi menuju energi bersih, penciptaan lapangan kerja berwawasan lingkungan, juga mempromosikan ekonomi sirkular,” ujar Piket. Uni Eropa dan negara-negara anggotanya memulai rangkaian Pekan Diplomasi Iklim (Climate Diplomacy Week) pada Minggu (18/9) melalui kegiatan bersih-bersih bersama di Jakarta dan Bali.

Pekan Diplomasi Iklim merupakan bagian dari kampanye global dengan tujuan menjalin kerjasama dan menginspirasi berbagai pihak untuk beraksi nyata bagi iklim. Peringatan Pekan Diplomasi Iklim tahun 2022 berlangsung dari 18 September hingga 1 Oktober, dalam satu seri kegiatan yang mengangkat tema ‘Hijau dan Biru untuk Iklim’.

“Kami percaya bahwa aksi untuk iklim tak hanya memberikan manfaat bagi lingkungan, melainkan juga meningkatkan taraf hidup dan perekonomian masyarakat. Mengatasi perubahan iklim memerlukan kolaborasi antar seluruh pihak.

Oleh karena itu, kami tak henti menjangkau masyarakat Indonesia, terutama kaum muda, untuk merayakan dan mengambil bagian dalam aksi iklim,” katanya lewat video pembukaan Pekan Diplomasi Iklim. Uni Eropa beserta negara-negara anggota memulai rangkaian kegiatan Pekan Diplomasi Iklim dengan melakukan plogging – picking up litter and jogging atau memungut sampah sambil joging yang dilakukan pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kawasan Sudirman-Thamrin Jakarta. Kegiatan plogging sekaligus memperingati Hari Bersih-bersih Sedunia bertujuan untuk mengajak masyarakat semakin peduli tentang pentingnya mengurangi plastik sekali pakai sebagai upaya pelestarian ekosistem laut yang memiliki peranan penting dalam menjaga planet bumi dan iklimnya.

Turut berpartisipasi pada kegiatan plogging ini perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, proyek kerjasama GIZ Rethinking Plastics, serta mitra komunitas World Cleanup Day Indonesia dan Plustik. Dihadapkan pada ancaman krisis energi global, Pekan Diplomasi Iklim tahun ini memberikan perhatian lebih pada isu energi. Uni Eropa telah merumuskan sejumlah kebijakan yang komprehensif untuk mendukung percepatan transisi menuju energi terbarukan serta secara bertahap meninggalkan bahan bakar fosil.

Kebijakan ini tertuang dalam EU Green Deal atau Kesepakatan Hijau Uni Eropa dan Fit for 55. Paket kebijakan ini akan mengurangi emisi gas rumah kaca di Uni Eropa hingga 55% dan meningkatkan target efisiensi energi hingga 32,5 persen pada tahun 2030. Peran generasi muda menjadi salah satu fokus utama pada Pekan Diplomasi Iklim tahun ini, seiring dengan peringatan Tahun Pemuda Eropa 2022.

“Kami sangat terkesan dan terinspirasi oleh para pemuda dan masyarakat sipil di seluruh dunia yang telah menjadi penggerak aksi iklim, menjadikan isu iklim sebagai prioritas dan mendorong terwujudnya perubahan positif dalam kebijakan dan praktik usaha. Inilah saatnya untuk mendengarkan mereka dan bergerak bersama dalam kolaborasi aksi lingkungan yang memberikan manfaat bagi bumi, masyarakat dan kesejahteraan,” kata Piket menambahkan.

Pekan Diplomasi Iklim 2022 akan mencakup tiga tema: aksi iklim dan transisi energi bersih; pelestarian alam, lautan, hutan dan keanekaragaman hayati; kota berkelanjutan dan ekonomi sirkular.

Melalui kerjasama dengan beragam komunitas di Indonesia, Pekan Diplomasi Iklim 2022 akan menampilkan talkshow interaktif, pemutaran film, kompetisi ide untuk pemuda, bersepeda kolektif, penampilan musik, dan berbagai kegiatan lainnya.

Seluruh kegiatan terbuka untuk publik tanpa dipungut biaya, dengan mendaftarkan diri terlebih dahulu melalui.

 

antara

 

antara

16
September

(voinews.id)Presiden Amerika Serikat Joe Biden telah mengumumkan pemberian paket baru bantuan senjata senilai 600 juta dolar AS (sekitar Rp8,96 triliun) untuk membantu militer Ukraina memerangi Rusia. Pemberian paket baru itu terungkap dalam surat yang dikirimkan Gedung Puith kepada Departemen Luar Negeri AS pada Kamis (15/9).

Biden mengesahkan bantuan tersebut dengan menggunakan wewenangnya yang disebut sebagai Presidential Drawdown Autority. Dengan wewenang khusus itu, presiden diperbolehkan memberikan izin untuk menyalurkan kelebihan persenjataan dari persediaan yang dimiliki AS.

Memo dari Gedung Putih itu tidak memerinci bagaimana dana tersebut akan digunakan. Namun, beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa paket itu diperkirakan akan mencakup berbagai senjata, termasuk penambahan jumlah Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS).

Paket juga akan termasuk amunisi untuk howitzer, menurut dua sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.

Selain itu, memo menyebutkan bahwa dana tersebut akan digunakan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan militer. Washington sejauh ini sudah memberikan bantuan bidang keamanan senilai 15,1 miliar dolar AS (sekitar Rp225,42 triliun) kepada pemerintah Ukraina sejak Rusia menginvasi negara itu.

 

Sumber: Reuters

16
September

 

(voinews.id)- Presiden China Xi Jinping menggelar pertemuan kepala negara China, Rusia, dan Mongolia yang keenam bersama Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Mongolia Ukhnaa Khurelsukh pada Kamis (15/9) sore waktu setempat di Kompleks Forumlar Majmuasi di Samarkand.

Xi menggarisbawahi daya pendorong dan ketahanan yang kuat dalam kerja sama antara China, Rusia, dan Mongolia.

Terlepas dari dampak pandemi COVID-19, kerja sama trilateral itu tidak pernah berhenti, dan prestasi yang telah dicapai harus diakui, ungkapnya.

Xi juga menambahkan bahwa ketiga negara memerangi pandemi bersama-sama, saling mengirimkan pasokan medis sesegera mungkin, berbagi pengalaman antiepidemi tanpa menahan diri, dan bersama-sama melindungi nyawa serta kesehatan rakyatnya.

Ketiga negara itu telah melakukan diskusi secara daring untuk menjaga momentum pertukaran, dan hati rakyat di ketiga negara itu terpaut semakin erat, kata Xi.

Kerja sama dalam upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19 gabungan di wilayah perbatasan dilakukan untuk menjaga interaksi ekonomi dan perdagangan tetap stabil dan lancar, ujarnya, seraya menambahkan bahwa kemajuan signifikan berhasil dicapai dalam pengembangan transportasi jalan internasional di sepanjang Jaringan Jalan Raya Asia (Asian Highway Network) yang menghubungkan ketiga negara.

Xi mengajukan sebuah proposal dengan empat poin untuk memperdalam kerja sama China-Rusia-Mongolia. Pertama, menjaga kerja sama trilateral di arah yang benar. Penting untuk memperdalam kepercayaan politik, meningkatkan dukungan dan rasa hormat terhadap satu sama lain dan mengakomodasi kepentingan inti dan kekhawatiran utama masing-masing, serta memperkuat koordinasi dan kolaborasi dalam urusan internasional maupun regional.

Kedua, meningkatkan kerja sama dalam kerangka Organisasi Kerja Sama Shanghai (Shanghai Cooperation Organization/SCO) untuk bersama-sama membangun platform kerja sama guna melawan berbagai risiko dan tantangan serta platform pertumbuhan yang membantu melepaskan potensi pembangunan.

Ketiga, menindaklanjuti kesepahaman yang dicapai dalam pembangunan Koridor Ekonomi China-Mongolia-Rusia, mendukung kawasan yang bertetangga itu dalam memperdalam kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan, pertukaran antarmasyarakat, pariwisata, dan berbagai bidang lainnya, serta melanjutkan pembangunan platform berkualitas tinggi untuk pertukaran antara komunitas bisnis dari tiga negara.

Keempat, bekerja demi mendapatkan lebih banyak hasil dalam kerja sama trilateral dan mendukung ekspansi pembayaran dalam mata uang lokal dalam perdagangan bersama.

Lembaga-lembaga keuangan Rusia dan Mongolia dipersilakan untuk bergabung dengan Sistem Pembayaran Antarbank Lintas Batas RMB (Renminbi) untuk membangun sebuah benteng keamanan keuangan yang kuat di kawasan tersebut.

Putin mengatakan bahwa kerja sama trilateral Rusia-China-Mongolia telah membuat kemajuan yang signifikan, dan dengan sifatnya yang saling menguntungkan, menambah nilai dalam pengembangan hubungan timbal balik mereka.

Sebagai tetangga dekat, ketiga negara harus saling memberikan pengertian dan dukungan, serta mengonsolidasikan dan mempromosikan kerja sama trilateral di semua bidang, sebutnya.

Ketiga negara harus mendorong dan mendukung para pengusaha dari wilayah mereka untuk memperkuat pertukaran dan kerja sama, serta mendorong kemajuan yang lebih substansial dalam kerja sama di bidang-bidang seperti transportasi, logistik, transportasi lintas batas, energi, teknologi tinggi dan baru, pariwisata, dan pertukaran antarmasyarakat, katanya. Khurelsukh mengatakan bahwa pengembangan kerja sama persahabatan dan bertetangga yang baik dengan China dan Rusia merupakan prioritas diplomatik bagi Mongolia.

Mengingat situasi internasional yang kompleks, sangat penting untuk memperkuat kerja sama trilateral antara Mongolia, China, dan Rusia, ujarnya. Pihak Mongolia siap untuk memperkuat komunikasi dengan China dan Rusia serta bersama-sama bekerja demi kemajuan baik dalam kerja sama bilateral dan trilateral di sektor perdagangan, investasi, lingkungan, energi, kereta api, pariwisata, dan sebagainya, sebut presiden Mongolia itu.

Ketiga negara telah mengonfirmasi perpanjangan Garis Besar Rencana Pembangunan terkait Pembentukan Koridor Ekonomi China-Mongolia-Rusia (Outline of the Development Plan on Establishing the China-Mongolia-Russia Economic Corridor) selama lima tahun, secara resmi meluncurkan studi kelayakan tentang peningkatan dan pengembangan jalur kereta rute sentral Koridor Ekonomi China-Mongolia-Rusia, dan sepakat untuk secara aktif memajukan proyek di pipa gas alam China-Rusia seksi Mongolia.

Ding Xuexiang, Yang Jiechi, Wang Yin, dan He Lifeng juga turut hadir dalam pertemuan tersebut.

 

antara

16
September

 

(voinews.id)Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kepada Presiden China Xi Jinping bahwa Moskow mendukung kebijakan "Satu China" dan menghargai "posisi seimbang" China di Ukraina. Kedua pemimpin tersebut bertemu di sela-sela KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Uzbekistan, Kamis. Itu adalah pertemuan tatap muka pertama mereka sejak Rusia meluncurkan "operasi militer khusus" di Ukraina pada Februari.

"Kami sangat menghargai posisi seimbang dari rekan China kami dalam hal krisis Ukraina. Kami memahami pertanyaan dan kekhawatiran Anda tentang hal ini. Selama pertemuan hari ini, kami tentu saja akan menjelaskan posisi kami," kata Putin dalam pidato pembukaan yang disiarkan televisi pada pertemuan bilateral tersebut.

Rusia telah mendekati China sejak mengirim angkatan bersenjata ke Ukraina--sebuah keputusan yang memicu rentetan sanksi Barat yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Moskow.

Putin juga menyatakan dukungannya terhadap posisi Beijing dalam apa yang dianggap analis sebagai aliansi anti AS dan anti Barat. Pernyataan Putin merujuk pada ketegasan Beijing agar negara-negara lain tidak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka.

Beijing mengklaim pulau tersebut sebagai bagian dari China. "Kami bermaksud untuk secara tegas mematuhi prinsip 'Satu China'," kata Putin.

Dia menambahkan bahwa Rusia “mengutuk provokasi oleh Amerika Serikat dan satelit mereka di Selat Taiwan”, yang mungkin merujuk pada kapal perang Angkatan Laut AS yang berlayar melalui perairan internasional di Selat Taiwan pada 27 Agustus lalu.

AS tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan tetapi terikat oleh hukum untuk menyediakan pulau itu sarana untuk mempertahankan diri. Sementara China tidak pernah mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk membawa Taiwan di bawah kendalinya.

 

Sumber: Reuters