Pasar Indonesia akan terbuka hingga 65 persen terhadap para negara mitra saat awal implementasi perjanjian perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP). Demikian ditegaskan Direktur Perundingan ASEAN Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Donna Gultom dalam diskusi bertajuk “RCEP: Berharap Investasi” di Jakarta, Rabu. Donna mengatakan pembukaan pasar itu akan dilakukan bertahap setelah putusan perundingan perjanjian itu rampung pada 2020 mendatang.
Donna Gultom merinci, pasar Indonesia terbuka 65 persen pada saat implementasi, dan akan terus bertambah hingga 20 tahun ke depan sampai 89,5 persen.
Donna Gultom memastikan pemerintah akan berusaha semaksimal mungkin untuk menempatkan sejumlah barang atau komoditas yang sensitif untuk masuk kategori highly sensitive list atau bahkan masuk daftar exclusion atau dikecualikan dalam perdagangan bebas dengan negara-negara mitra. Beberapa yang jadi daftar sensitif adalah besi dan baja, beras, gula, hingga daging
Ia mencatat ada 8 persen daftar exclusion, karena Indonesia tidak memiliki komitmen untuk membuka pasar ke semua negara, bahkan tidak membuka pasar ke beberapa negara tertentu.
Donna Gultom mengatakan, ketentuan itu diberlakukan agar arus investasi tetap bisa didorong masuk agar ke 15 negara bisa saling memanfaatkan dibukanya pasar antara negara-negara tersebut.
Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional-RCEP dibentuk sebagai wujud respon ASEAN terhadap dinamika ekonomi di kawasan dan global berupa integrasi negara-negara ASEAN dengan perekonomian global.
RCEP memiliki tujuan progresif untuk menghapuskan tarif dan hambatan nontarif serta memfasilitasi dan meningkatkan transparansi antarnegara anggota.
Penyatuan 16 negara, yakni 10 negara ASEAN dengan enam negara mitra yakni Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru dan India, dalam satu skema perjanjian perdagangan bebas akan menjadikan RCEP sebagai blok perdagangan besar yang menguasai sepertiga dunia.
Kendati demikian, India belum menyepakati dan memastikan diri untuk ikut tergabung dalam RCEP meski perundingan seharusnya sudah selesai tahun ini.
Jika India resmi bergabung dalam RCEP, kawasan itu akan menjadi pasar terbesar, karena 29 persen perdagangan dunia berada di kawasan tersebut. Kawasan itu juga akan memiliki potensi pasar yang besar dengan populasi hingga 48 persen dari populasi dunia dan total Produk Domestik Bruto-PDB hingga 32 persen dari PDB dunia. Potensi-potensi itu diharapkan dapat mendorong arus investasi langsung masuk ke kawasan RCEP.