Transformasi energi harus dihadapi, termasuk oleh perusahaan milik negara di bidang perminyakan Pertamina. Demikian dikatakan Direktur Perencanaan, Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, Heru Setiawan, dalam penutupan Pertamina Energy Forum (PEF) 2019 di Jakarta, Rabu 27 November lalu. Heru Setiawan menjelaskan, oleh sebab itu Pertamina menyiapkan tiga skenario yang bisa dijalankan. Pertama, menjalankan bisnis seperti biasa. Kedua, menangkap keinginan pasar. Ketiga, menjalankan bisnis yang paling ramah lingkungan.
Heru menambahkan, Pertamina telah menyiapkan rencana jangka panjang yang disesuaikan dengan kondisi dan perilaku konsumen. Menurut Heru Setiawan, dalam membuat strategi bisnis jangka panjang Pertamina akan menyesuaikan pada enam tren perubahan di sektor energi dunia. Keenam tren tersebut adalah dekarbonisasi, konsumerisasi, elektrifikasi, desentralisasi, digitalisasi dan integrasi.
Sementara itu, untuk menghadapi transisi energi, Pertamina telah melakukan berbagai upaya, mulai dari melakukan penelitian untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik hingga konversi kilang minyak agar bisa mengolah minyak sawit mentah menjadi bahan bakar. Seperti yang dilakukan di Kilang Plaju dimana Pertamina telah mulai mengolah produk turunan minyak kelapa sawit mentah – CPO menjadi bensin. Selain itu, Pertamina juga memroses produk turunan CPO menjadi solar yang dilakukan di Kilang Dumai serta melakukan riset bersama perusahaan minyak yang berpusat di Italia, ENI untuk pengembangan green refinery atau kilang hijau.
Wakil Presiden Licensing Contract Management ENI, Massimo Trani, yang hadir dalam forum tersebut mengatakan, tujuan ENI mengubah kilang konvensional menjadi kilang ramah lingkungan adalah untuk menyelamatkan iklim dan menumbuhkan perekonomian dan mengurangi gas rumah kaca.
Menurut Trani, ENI fokus pada mengurangi emisi di sisi hilir dengan lima pilar. Salah satunya adalah bahan bakar terbarukan, yakni konversi minyak menjadi biofuel. Pada saat bersamaan ENI melakukan penelitian untuk sumber-sumber energi yang berkelanjutan serta mengembangkan penggunaan gas alam. Trani menjelaskan, gas memang energi tidak terbarukan, namun sangat melimpah. Gas bisa digunakan untuk kapal, truk besar dan kendaraan lain dalam bentuk gas cair LNG yang memiliki karbon rendah.
Pembicara lain, Sundeep Biswas, selaku Partner and Head of AT Kearney’s Energy Practice in Sea, mengatakan transisi energi akan memunculkan potensi bisnis baru. Misalnya, kendaraan listrik butuh baterai. Jadi Energi baru menciptakan bisnis baru.
Hal senada juga disampaikan Arifin Rudiyanto, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Ia mengatakan transisi energi sangat mendesak. Energi adalah sektor yang berkontribusi emisi karbon, untuk itu pemerintah fokus menurunkan emisi energi.