Presiden Joko Widodo menargetkan peremajaan 500 ribu hektare kebun kelapa sawit dalam tiga tahun kedepan. Program peremajaan atau replanting ini merupakan bagian dari usaha pemerintah untuk meningkatkan produktivitas kebun sawit rakyat, yang sekarang masih sangat rendah. Peningkatan produktivitas ini diharapkan akan dapat mengurangi kerusakan lingkungan.
Sejak 2017 pemerintah mulai menggalakkan program replanting kepada para petani kelapa sawit, dengan tidak membuka lahan baru untuk dijadikan lahan perkebunan. Tujuannya agar produksi minyak kelapa sawit di Indonesia bisa terus meningkat dan tetap bisa menjaga kelestarian lingkungan. Secara alami, pohon kelapa sawit akan menjadi kurang produktif ketika memasuki usia 25 tahun. Alhasil ketika memasuki masa tersebut, pendapatan para petani sawit menjadi menurun.
Jokowi menuturkan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit juga merupakan langkah untuk tetap mematuhi moratorium lahan hutan dan gambut. Jokowi mengatakan produktivitas kebun sawit negara lain bisa mencapai 7-8 ton, maka Indonesia juga harus bisa melakukannya. Menurut Jokowi, produktivitas tanaman kelapa sawit bisa meningkat antara lain karena penggunaan bibit yang berkualitas baik.
Kementerian Koordinator Perekonomian menyatakan akan mengalokasikan plafon Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus untuk program peremajaan (replanting) kelapa sawit. Rencananya, total luas replanting sawit yang bisa mendapatkan pembiayaan KUR seluas 500 ribu hektare. Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, dengan total plafon KUR tahun 2020 sebanyak 190 triliun rupiah, plafon KUR untuk masing-masing sektor akan meningkat. Namun, Airlangga mengaku, alokasi detail KUR khusus untuk replanting sawit masih dibahas oleh internal pemerintah.
Selain untuk replanting sawit, pemerintah juga akan menyiapkan skema KUR untuk replanting karet. Hanya saja, pihaknya mengaku masih ingin menggodok skema pembiayaan untuk KUR sawit sebelum pada akhirnya masuk ke karet.