Tuesday, 18 August 2020 00:00

Istana Negara

Written by 
Rate this item
(0 votes)
Antara Foto Antara Foto

VOI PESONA INDONESIA Memperingati hari Kemerdekaan 17 Agustus, setiap tahunnya pemerintah menggelar upacara kenegaraan di lapangan Istana Merdeka di kawasan kompleks Istana Jakarta. Tahun ini upacara kenegaraan tetap berlangsung, meski dalam kondisi terbatas, karena pandemic Covid-19. Sejatinya, di kompleks istana tersebut, selain istana Merdeka, terdapat satu istana lagi. Namanya Istana Negara. Istana Negara kini digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, antara lain pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, rapat kerja nasional, kongres bersifat nasional dan internasional, dan jamuan kenegaraan. Istana Negara terletak di Jalan Rijswijk (sekarang Jalan Veteran) No. 17, Jakarta Pusat. Gedungnya berhadapan dengan Kali Ciliwung, diapit oleh gedung Bina Graha dan Sekretariat Negara. Istana ini letaknya bertolak belakang dengan Istana Merdeka, sehingga sering kali dijuluki sebagai "Istana Kembar". Bangunannya berwarna putih. Arsitektur bangunannya mengambil gaya Eropa dan bersumber dari seni arsitektur Yunani. Ia tidak mempunyai serambi yang luas dan terbuka seperti banyak rumah kediaman atau Indisch Woonhuis di Jakarta. Pintunya ada lima dan cukup lebar. Di tengah-tengah gedung terdapat ruang makan dengan gaya klasisme dengan pilar-pilar di sepanjang kedua sisi ruangan. Terdapat dua paviliun di kiri dan kanan yang menghadap ke gedung induk. Paviliun ini semula digunakan sebagai tempat tinggal staf dan ajudan Gubernur Jenderal Belanda dan kini kantor bagi staf rumah tangga kepresidenan.

Istana Negara dibangun pada tahun 1796 sebagai rumah peristirahatan luar kota. Pada mulanya milik van Isseldijk, seorang pejabat Raad van Indie kemudian kepemilikan berpindah pada JA. van Braam. Saat Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris itulah Gedung Istana Negara dibangun menjadi sebuah istana yang megah dengan gaya arsitektur Neoklasik dan dijadikan tempat terhormat. Di Istana inilah, Letnan Jenderal Raffles sejak tahun 1811 hingga 1816 tinggal bersama orang-orang penting lainnya. Tahun 1821 Istana ini dibeli oleh pemerintah kolonial Belanda untuk dijadikan tempat kediaman gubernur jenderal, jika sedang berada di Batavia, karena kediaman resmi Gubernur Jendral Belanda di Istana Bogor, Jawa Barat. Karena gedung Istana Negara dirasa sudah terlalu sempit, maka pada abad ke-19 ditambahkan istana baru pada wilayah yang sama, khususnya untuk berbagai upacara resmi yang dihadiri banyak orang. Istana tambahan ini menghadap ke Lapangan Merdeka dan kemudian lebih dikenal dengan nama Istana Merdeka.

Istana Negara dimanfaatkan sebagai tempat tinggal, sekaligus kantor oleh Gubernur Jenderal Baron van Der Cappellen. Selain itu Istana ini juga sering dipergunakan untuk tempat menginap para pegawai tinggi pemerintah Hindia Belanda setelah mengikuti sidang Dewan Hindia Belanda (Raad van Indie) setiap kali diadakan di Batavia. Hingga masa Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies tahun 1826 hingga 1830  Istana Negara masih berfungsi sebagai tempat tinggal, kantor, dan tempat sidang. Pada tahun 1942, Gubernur Jenderal Tjarda Van Starkenborch menandatangani perjanjian menyerahkan pemerintahan Hindia Belanda kepada bala tentara Jepang di Istana ini. Sejak itu, istana dihuni oleh panglima Angkatan Perang Jepang yang menguasai wilayah Jawa dan Madura. Istana ini pernah menjadi tempat tinggal Siko Shikikan atau panglima Tentara Jepang yang berkuasa atas wilayah Indonesia, yaitu Hitosji Imamura (1942-1943), Kumakichi Harada (1943-1945), dan Jenderal Yamaguchi. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno juga tinggal di Istana Negara sampai pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949. Istana ini pula, pernah menjadi saksi bisu penandatanganan perjanjian Linggarjati. Kemudian juga menjadi tempat penandatanganan naskah perundingan antara Indonesia-Belanda pasca Konferensi Meja Bundar.(VOI)



Read 747 times Last modified on Wednesday, 19 August 2020 09:48