Tuesday, 16 April 2019 06:42

Maret 2019, Indonesia Nikmati Surplus Perdagangan

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2019 mengalami surplus 540 juta dolar AS, atau lebih tinggi dari posisi surplus Februari 2019 sebesar 330 juta dolar AS.  Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Gedung BPS Jakarta, Senin mengatakan  pada periode Januari-Maret 2019, neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit 0,19 miliar dolar atau 190 juta dolar AS. Hal tersebut karena neraca perdagangan nonmigas masih mengalami surplus sedangkan neraca perdagangan migasnya masih defisit.

Kinerja ekspor Indonesia tidak terlepas dari situasi ekonomi global yang masih buruk. Susah-payahnya kinerja ekspor Indonesia terlihat dari neraca  perdagangan non-migas yang kinerjanya turun drastis dibanding tahun lalu. Pada kuartal I-tahun ini neraca non-migas hanya bisa mencatatkan surplus sebesar 1,15 miliar dolar Amerika. Capaian tersebut turun hingga 61,6 persen dibanding kuartal I-tahun lalu sebesar 2,99 miliar dolar Amerika.

Lagi-lagi harga komoditas menjadi penyebabnya. Pasalnya, volume ekspor batu bara, sepanjang kuartal I-tahun ini masih lebih tinggi dibanding kuartal I-tahun lalu. Akan tetapi karena harganya turun tajam, maka total nilai ekspor batu bara harus terkoreksi hingga 9,26 persen pada kuartal I-tahun ini. Padahal diketahui bahwa batu bara memiliki peran yang paling besar terhadap total ekspor Indonesia, yaitu 15,26 persen.

Penurunan harga di pasar global juga dialami oleh golongan barang Lemak & Minyak Hewan/Nabati yang didominasi oleh minyak sawit. Menurut Suhariyanto harga minyak sawit yang melemah hingga 15,2 persen menjadi penyebab hal tersebut. Nasib paling buruk dialami komoditas karet. Harga karet yang merosot tajam telah memaksa tiga negara penghasil karet, yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand untuk sepakat menurunkan produksi.

Surplus perdagangan pada bulan Maret dapat dikatakan sebuah prestasi, mengingat situasi perekonomian global masih tidak mudah. Banyak negara sasaran ekspor utama Indonesia yang mengalami pelemahan permintaah sedangkan harga komoditas masih fluktuatif. Pemerintah perlu mengintensifkan diversifikasi pasar. Kini saatnya mencari pasar baru, di luar negara sasaran ekspor utama.

Read 914 times