25
May

 

 

VOInews.id- Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan terdapat sejumlah aksi mitigasi pada sub sektor kelapa sawit yang dapat berkontribusi pada penurunan emisi gas rumah kaca, salah satunya penggunaan biofuel pada transportasi di industri kelapa sawit.

“Transportasi ini meski belum terlalu signifikan tapi cukup berpengaruh karena penggunaan transportasi yang masih menggunakan bahan bakar fosil tentunya akan menyebabkan kenaikan gas rumah kaca, beda dengan transportasi yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan,” kata Staf Direktorat Perlindungan Perkebunan Kementan Dimas Nugraha dalam Webinar Kontribusi Sawit terhadap Net Zero Emission Indonesia, yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Meski belum memiliki data persentase penurunan emisi karbon dari penggunaan biosel pada transportasi di sektor sawit, Dimas menuturkan pengangkutan buah sawit dari kebun ke pabrik menempuh jarak yang tidak terlalu jauh, tetapi dengan penggantian bahan bakar ke biofuel maka kendaraan pengangkut memiliki potensi mitigasi. Selain mengganti bahan bakar transportasi di industri sawit, aksi lain yang bisa mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor kelapa sawit adalah manajemen lahan.

Menurut dia, lahan perkebunan sawit yang dikonversi dari lahan yang memiliki stok karbon lebih rendah seperti tanah terlantar, rumput dan semak belukar, maka budi daya sawit dapat membantu meningkatkan serapan karbon. “Jika konversi dari tutupan hutan, maka justru menghasilkan emisi,” ucapnya.

Ia juga mengimbau agar Sarana Prasarana Kebakaran Lahan dan Kebun (Sarpras Karlabun) senantiasa memenuhi sarpras untuk menunjang kegiatan penanganan kebakaran lahan perkebunan berupa pompa, selang dan menara api sebagaimana tercantum pada Permentan Nomor 5 Tahun 2018.

“Ini penting karena kebakaran lahan khususnya kelapa sawit ini salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca. Kalau dapat kita tekan ini signifikan sekali untuk menekan gas rumah kaca,” tuturnya. Oleh karena itu, Kementan mendorong agar lahan gambut yang masih berupa hutan perlu dipertahankan agar tetap sebagai hutan. Termasuk juga melakukan rehabilisasi, reklamasi dan revitalisasi lahan gambut terlantar dan pengelolaan lahan gambut untuk pertanian berkelanjutan.

“Kebakaran gambut terutama terjadi pada bulan-bulan kering pada tahun El Nino di lahan semak belukar gambut dan lahan dalam transisi penggunaan, kebakaran hanya sedikit terjadi pada lahan pertanian eksisting,” katanya.

 

antara

25
May

 

VOInews.id- Industri pangan yang tergabung dalam SwissCham Indonesia atau Kamar dagang Swiss-Indonesia siap mendukung dan mewujudkan usaha pertanian bekelanjutan di Tanah Air sebagai salah satu upaya menghadapi perubahan iklim.

Perusahaan anggota SwissCham yakni Nestlé, Syngenta, dan Koltiva dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, menyatakan dengan inovasi dan kolaborasi yang tepat, seluruh pelaku bisnis dapat memprioritaskan pembangunan berkelanjutan sebagai langkah kritis untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi nasional dan membantu Indonesia mencapai pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Head of Corporate Sustainable Agriculture Nestlé Indonesia Syahrudi mengatakan pihaknya dengan mitra petani bersama memajukan praktik pertanian regeneratif, sebagai jantung di sistem pangan kami.

"Kami percaya kolaborasi yang kami bangun menuju pertanian berkelanjutan, akan menciptakan manfaat bagi petani, bisnis, dan pada saat yang sama menciptakan dampak positif bagi lingkungan," ujarnya.

 

antara

24
May

 

VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Slovenia Tanja Fajon menawarkan pemanfaatan Pelabuhan Koper di Slovenia untuk meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Slovenia. Pelabuhan Koper terletak sekitar 100 kilometer dari kota Ljubljana, ibukota Slovenia. Menurut Tanja Fajon, Pelabuhan Koper menawarkan jalur distribusi logistik terpendek dari Asia menuju Eropa.

“Kami ingin lebih banyak pengusaha Indonesia mengetahui tentang Pelabuhan Koper. Ini adalah jalan terpendek dari Asia menuju Eropa. Jadi saya mempresentasikan jalur terpendek menuju pintu Eropa melalui Pelabuhan Koper,” katanya usai bertemu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Gedung Kementerian Luar Negeri Jakarta, Rabu (24/5).

Kerja sama ekonomi Indonesia dan Slovenia tercatat sedang mengalami tren kenaikan sebesar 14,71 persen dalam lima tahun terakhir. Bahkan pada 2022, nilai perdagangan kedua negara mengalami peningkatan sebesar 45,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Tanja Fajon, masih banyak potensi yang belum terjamah dalam kerja sama ekonomi kedua negara.

“Ada banyak potensi kerja sama yang belum dimanfaatkan termasuk dalam hal hubungan people-to-people contact dan antar perusahaan,” katanya.

Kunjungan Menlu Slovenia Tanja Fajon ke Indonesia merupakan kunjungan yang tertunda selama 17 tahun. Meskipun demikian, menurutnya, kedua negara telah bertemu dalam banyak forum multilateral. Ia percaya kunjungannya kali ini menjadi kesempatan baik untuk lebih meningkatkan kerja sama kedua negara.

“Saya sangat senang atas keterbukaan, kejujuran dan saling mendengarkan satu sama lain untuk saling memahami dan untuk memperkuat dialog antara kedua negara kita,” katanya.

Tanja Fajon juga menyampaikan apresiasi terhadap kontribusi Indonesia dalam penyelesaian isu-isu regional dan global. Ia optimis, kerja sama Indonesia dan Slovenia akan terus berkembang di masa mendatang.

“Izinkan saya mengatakan sekali lagi betapa senangnya saya berada di sini di Jakarta. Hari ini telah menjadi diskusi yang sangat inspiratif dan sangat informatif dan sangat terbuka. Saya tetap yakin untuk masa depan hubungan bilateral kita pasti aman di tangan dua menteri wanita,” tutupnya.

24
May

 

VOInews, Jakarta: Indonesia dan Slovenia sepakat untuk menjajaki kerjasama perdagangan yang lebih potensial, seperti farmasi, produk tekstil, dan furnitur. Kedua negara juga menjajaki kemungkinan kerja sama logistik dengan Pelabuhan Koper untuk meningkatkan perdagangan keduanya.

“Kami sangat senang mencatat bahwa perdagangan kami sedang menikmati tren kenaikan sebesar 14,71% dalam lima tahun terakhir. Dan tahun lalu, nilai perdagangan meningkat sebesar 45,4%,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangan yang disampaikan usai menerima Menteri Luar Negeri Slovenia Tanja Fajon, di Gedung Kementerian Luar Negeri Jakarta, Rabu (24/5).

Sementara di bidang investasi, menurut Retno, dirinya menyampaikan sejumlah prioritas investasi di Indonesia antara lain energi terbarukan, teknologi, dan inovasi.

“Dan kami sepakat untuk mempercepat penyelesaian negosiasi Indonesia-EU CEPA,” katanya.

Kedua Menteri juga membahas kerja sama di sektor pendidikan dan pertukaran pemuda. Menurut Retno, Indonesia dan Slovenia mencari cara untuk memperluas kerja sama ini.

“Kami akan menyelesaikan pembahasan rencana kerja sama berkelanjutan antara Universitas Jambi dan Universitas Llubljana,” kata Retno.

Selain itu, menurutnya, kedua negara sepakat untuk mendorong kolaborasi lebih lanjut antara lembaga akademik. Ia menambahkan, upaya ini akan didorong antara lain melalui Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia untuk Pemuda Internasional.

“Kami juga sepakat untuk mengadakan forum konsultasi bilateral secepatnya. Forum ini akan menjadi forum yang baik untuk mengidentifikasi secara konkret bagaimana meningkatkan kerja sama kedua negara kita,” kata Menlu Retno.

Selain kerja sama bilateral, pertemuan kedua Menteri luar negeri itu juga membahas sejumlah isu regional dan internasional. Menurut Menlu Retno, dalam kesempatan tersebut, dirinya menyampaikan tentang Keketuaan Indonesia di ASEAN, situasi di Myanmar dan juga Indo-Pasifik.

“Di Myanmar, ASEAN tetap tegas mendorong kemajuan implementasi 5PC. Di Indo-Pasifik, kami memiliki visi yang sama tentang kawasan Indo-Pasifik dan Indo-Pasifik yang stabil dan damai sebagai pusat pertumbuhan ekonomi,” kata Retno.

Menurut Retno, dirinya pun telah menyampaikan undangan kepada Slovenia untuk berpartisipasi dalam Forum Infrastruktur Indo-Pasifik ASEAN yang akan diselenggarakan pada bulan September.

Lebih lanjut, kedua Menteri juga membahas promosi agenda perempuan, perdamaian dan keamanan. Menurut Retno, dirinya juga berbagi dengan Menlu Tanja tentang upaya Indonesia di Afghanistan, khususnya tentang akses pendidikan bagi perempuan.

“Dan tentunya terakhir Indonesia dan Slovenia sepakat untuk memperkuat kerjasama kita di forum multilateral, termasuk pencalonan kita di Dewan HAM dan Dewan Keamanan,” tutup Retno.