03
March

 

(voinews.id) Pooling Fund Bencana (PFB) atau dana bersama penanggulangan bencana telah terkumpul Rp7,4 triliun. Dana itu akan digunakan untuk mendukung respons cepat saat terjadi bencana alam. Hal itu diungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana Tahun 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.

Menurut Sri Mulyani dana PFB akan mirip dengan dana abadi pendidikan. Penggunaan dana PFB akan bergantung pada profil risiko dan kontribusi dari masing-masing daerah yang dihitung berdasarkan Dana Alokasi Umum (DAU). Dia menjelaskan profil risiko daerah dilihat secara ilmiah dari segi meteorologi, geofisika maupun demografi seperti letak daerah yang dekat dengan gunung berapi. Daerah yang memiliki risiko tinggi akan berkontribusi lebih besar kepada dana PFB nantinya. Namun. saat ini pengumpulan dana PFB masih dilakukan oleh pemerintah pusat. (antara)

03
March

 

(voinews.id) Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta agar mitigasi bencana di Indonesia pada masa mendatang dapat diarahkan secara struktural maupun kultural. Hal itu disampaikan Ma’ruf Amin saat menutup Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana Tahun 2023 di Jakarta Kamis. Wakil Presiden mengatakan, penguatan mitigasi bencana serta praktik-praktik penanggulangan bencana harus memperhatikan aspek keselamatan masyarakat dari risiko bencana.

Selain itu perlu adanya peningkatan kerangka berpikir sadar bencana. termasuk dalam sisi pembiayaan, serta semua unsur terkait agar terus menjaga komitmen penanggulangan bencana. Mitigasi hulu ke hilir harus diperkuat untuk menekan dampak kerugian akibat kejadian bencana. (antara)

03
March

 

(voinews.id) Indonesia mendorong negara-negara G20 untuk menjadi garda terdepan dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat dunia yang membutuhkan. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada sesi kedua pertemuan para Menteri Luar Negeri G20 di New Delhi, India sebagaimana keterangan resmi Kementerian Luar Negeri Kamis (2.3).

Sesi kedua pertemuan mengusung tema Perang Melawan Terorisme, Pemetaan Keterampilan Global, Bantuan Kemanusiaan dan Penanganan Bencana. Menlu Retno menyoroti isu kemanusiaan dan penanganan bencana. Retno Marsudi mengingatkan G20 juga harus mendorong implementasi komitmen internasional di bidang pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim, termasuk Agenda 2030, Paris Agreement dan Sendai Framework.(voinews)

02
March

 

VOInews, Jakarta: Indonesia mendorong negara-negara G20 untuk menjadi garda terdepan dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat dunia yang membutuhkan.

Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada sesi kedua pertemuan para Menteri Luar Negeri (FMM) G20 di New Delhi, India.

“Kemakmuran dan kemaslahatan manusia harus terus menjadi fokus G20,” kata Menlu RI dalam keterangan resmi Kementerian Luar Negeri, Kamis (2/3), yang diterima di Jakarta.

Pada Sesi 2 pertemuan yang mengusung tema Perang Melawan Terorisme, Pemetaan Keterampilan Global, Bantuan Kemanusiaan dan Penanganan Bencana, Menlu Retno menyoroti isu kemanusiaan dan penanganan bencana.

“Mengenai masalah kemanusiaan, perang dan konflik selalu membawa kesengsaraan bagi umat manusia, mulai dari Myanmar, Afghanistan, Palestina, hingga Ukraina,” kata Retno.

Dalam kaitan dengan kemanusiaan, Menlu Retno mengingatkan sebagian negara telah abai dan mengadopsi standar ganda terhadap masalah kemanusiaan di Palestina.

“Pada saat pembukaan Pertemuan Dewan HAM di Jenewa beberapa hari lalu, tidak ada satu pun pembicara menyinggung masalah Palestina,” kata Retno.

Sementara terkait isu penanganan bencana,  Retno mengatakan, negara-negara G20 harus memperkuat aspek pencegahan dan kesiapsiagaan. Menurutnya, mencegah terjadinya bencana akan menyelamatkan nyawa dan ekonomi. 

“Sebagai negara rentan bencana, Indonesia memahami betul pentingnya pencegahan dan kesiapsiagaan. Kami telah mengakumulasi pengetahuan dan pengalaman terkait ini dan siap berbagai dengan seluruh dunia,” ujar Menlu Retno Marsudi.

Selain itu Menteri Retno juga menggaris bawahi pentingnya investasi di bidang sains, teknologi, dan inovasi. Demikian pula dengan pendekatan komprehensif yang melibatkan pemangku kepentingan secara luas.

“Presidensi G20 Indonesia tahun lalu telah mengambil inisiatif dengan meluncurkan Pandemic Fund. Praktek ini dapat diperluas ke area kerja sama yang lain,” katanya.

Lebih lanjut, Retno Marsudi menyoroti pentingnya mendorong ketahanan yang lebih kuat agar dapat menghadapi guncangan dari luar. Menurutnya, G20 harus mencari cara untuk membantu negara-negara memperluas proteksi sosial, menjaga stabilitas ekonomi, dan memperkuat upaya mengatasi perubahan iklim.

Selain itu, ia mengatakan, G20 juga harus mendorong implementasi komitmen internasional di bidang pengurangan risiko bencana dan perubahan iklim, termasuk Agenda 2030, Paris Agreement, dan Sendai Framework.

“Di kawasan, keketuaan Indonesia di ASEAN akan memperkuat mekanisme kawasan untuk menghadapi kondisi darurat di masa depan, terutama di bidang kesehatan, ketahanan pangan dan energi, dan stabilitas ekonomi,” kata Menlu.

Pertemuan FMM dilaksanakan dalam dua sesi dengan topik “Memperkuat Multilateralisme, Keamanan Pangan dan Energi, dan Kerja Sama Pembangunan” dan “Perang Melawan Terorisme, Pemetaan Keterampilan Global, Bantuan Kemanusiaan dan Penanganan Bencana.”