VOInews, Medan: Konsul Jenderal Malaysia untuk Indonesia di Medan Shahril Nizam Abdul Malek optimis aspek kebudayaan dapat mempererat hubungan antar negara. Saat menjadi pembicara dalam Diplomatic Forum, Rabu (27/3/2024) di Medan, Sumatera Utara, ia mengatakan negara-negara bahkan memiliki potensi untuk berbagi diplomasi budaya bersama.
“Sebagai contoh saya ingat peristiwa dimana masyarakat Malaysia, Indonesia, Brunei, Singapura dan bahkan Thailand, bahu membahu menolak wacana rendang crispy. Rendang harus dimasak sesuai aturannya. Budaya benar-benar mempersatukan kita,” katanya.
Sementara itu Konsul Kehormatan Belanda untuk Indonesia Ony Hindra Kusuma mengatakan perbedaan yang dimiliki masyarakat di tiap Negara menjadi modal kuat untuk mempersatukan bangsa. Menurut dia, perbedaan menjadikan masyarakat lebih toleran dan semakin mempererat hubungan antar masyarakat.
“Saya kira dengan adanya perbedaan kita menjadi lebih toleran dan mengerti satu sama lain. Hal itu mempererat kita,” katanya.
Di sisi lain, akademisi dari Universitas Sumatera Utara Robert Sibarani menyoroti pentingnya pelestarian budaya yang dapat dilakukan oleh Negara dan masyarakat. Menurut dia, upaya-upaya itu dapat dilakukan termasuk melalui pendidikan budaya, pertunjukan budaya, diplomasi budaya.
“Pembangunan infrastruktur budaya, seperti investasi untuk pusat budaya juga penting untuk dilakukan oleh pemerintah,” katanya.
VOInews, Medan: Penjabat Bupati Batubara Nizhamul mengatakan pemerintah kabupaten Batubara, provinsi Sumatera Utara, berupaya mengenalkan potensi budaya daerah kepada masyarakat Internasional. Menurut dia, upaya itu mencakup upaya mendaftarkan Hak Paten atas kekayaan budaya daerah, hingga keikutsertaan daerah pada penyelenggaraan festival internasional.
“Memberikan dan mendaftarkan Hak Paten terhadap setiap kebudayaan daerah sebagai warisan budaya asli daerah, dan mengikuti event-event baik secara nasional maupun internasional, dan menggelar acara kesenian daerah,” katanya dalam Diplomatic Forum ke-47, di Medan, Rabu (27/3/2024).
Ia menjelaskan, pemerintah kabupaten Batubara memberikan prioritas pembangunan daya tarik wisata budaya berupa pertunjukan budaya, wisata budaya hasil buatan manusia dan pembinaan sumber daya manusia kebudayaan.
“Lembaga kebudayaan, dan Pranata Kebudayan dalam meningkatkan dan memperluas peranaktif dan inisiatif masyarakat. Dan peningkatan kerja sama dengan lembaga kebudayaan, intensifikasi koordinasi antar instansi bidang kebudayaan di daerah,” katanya.
Namun demikian, upaya mendorong pengenalan kebudayaan daerah masih mendapatkan tantangan. Menurut dia, tantangan tersebut datang dari keterbatasan sarana dan prasarana pendukung kesenian dan kebudayaan, kurangnya sumber daya manusia yang bergerak di bidang pariwisata dan budaya, hingga kerja sama antar pemangku kepentingan yang belum optimal.
“Sementara untuk mempromosikan budaya ke luar negeri, kami masih kekurangan anggaran karena bidang budaya belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Dan kurangnya sinergi stakeholder pendukung yang bergerak dalam hal budaya dan pariwisata,” katanya.
VOInews, Medan: Indonesia siap untuk memimpin langkah transformasi dunia melalui diplomasi budaya. Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan diplomasi budaya tidak hanya memerlukan dialog substantif tentang peran keragaman budaya dalam memecahkan tantangan global, namun merupakan sarana untuk bisa membangun kerja sama yang saling menguntungkan dan saling transformasi.
“Indonesia siap memimpin perbincangan ini, berbagi pengetahuan dan belajar dari negara lain, seiring kita membangun komunitas global yang menghargai keberagaman kehidupan dalam segala bentuknya,” kata Hilmar Farid dalam sambutannya pada Diplomatic Forum ke-47, di Medan, Sumatera Utara, Rabu (27/3/2024).
Ia menjelaskan, diplomasi budaya saat ini masih menghadapi tantangan. Menurutnya, komunitas global menghadapi kepentingan dan sistem mengakar dan menolak perubahan.
“Dominasi model ekonomi global yang memprioritaskan keuntungan jangka pendek dibandingkan keberlanjutan jangka panjang menimbulkan tantangan besar terhadap penerapan praktik-praktik alternatif, bahkan ketika praktik-praktik tersebut menawarkan solusi terhadap permasalahan kita yang paling mendesak,” katanya.
Hal ini justru menunjukkan kekuatan dari diplomasi budaya. Menurut Hilmar, diplomasi budaya tidak sekedar pertukaran barang-barang budaya tetapi juga pertukaran ide, praktik dan filosofi yang menantang status quo.
“Indonesia, dengan warisan budaya dan alamnya yang kaya, mempunyai posisi yang unik untuk memimpin pembicaraan ini. Kami menawarkan perspektif yang menghargai keberagaman, harmoni, dan keberlanjutan, yang memanfaatkan kehidupan yang seimbang selama berabad-abad dengan ekosistem paling beragam di dunia,” katanya.
Dirinya pun menegaskan pesan penting Indonesia kepada dunia mengenai tantangan kehidupan modern, mulai dari perubahan iklim, hingga krisis kesehatan global yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, upaya ini memerlukan evaluasi mendasar terhadap cara hidup, bekerja dan berinteraksi dengan lingkungan.
“Keanekaragaman budaya dan hayati Indonesia, bukan hanya sekedar latar belakang pariwisata atau gudang bahan mentah, merupakan sumber solusi dan inspirasi bagi kehidupan berkelanjutan,” katanya.
VOInews, Medan: Direktur Utama (Dirut) Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) Hendrasmo berharap Diplomatic Forum dapat berkontribusi untuk mendorong peran budaya dalam diplomasi yang dimainkan oleh negara-negara. RRI Voice of Indonesia menggelar Diplomatic Forum ke-47 dengan tema Diplomasi Budaya Perekat Bangsa-Bangsa, Rabu (27/3/2024), di Medan, Sumatera Utara.
"Keberhasilan proses diplomasi suatu negara menjadi lebih kuat tergantung pada budaya yang dimiliki oleh masyarakatnya, karena budaya tersebut mempunyai peranan yang krusial dalam membentuk pola pikir negara lain. Saya berharap forum ini dapat memberikan kontribusinya pada hal tersebut," katanya dalam sambutan yang disampaikan secara virtual.
Hendrasmo mengatakan diplomasi budaya merupakan bentuk diplomasi yang menggunakan unsur budaya untuk memajukan hubungan baik antar negara, membangun saling pengertian, dan meningkatkan kepercayaan antar berbagai masyarakat.
"Isu budaya telah menjadi fokus global dalam konteks diplomasi, menarik perhatian negara-negara yang berupaya mengelola hubungan internasional sesuai dengan kebijakan dan sikap negara lain guna mencapai kepentingan nasional secara lebih efektif," katanya.
Ia pun menegaskan bahwa pengaruh fenomena budaya tidak hanya bertumpu pada dimensi material saja, namun mencakup aspek normatif dan ideologis suatu negara.